(Kisah
Bersambung)
Perang
Hudaibiyah hingga Fatchu-Makkah
(Sapar, tahun tujuh Hijriyyah / Agustus 628 M), seusai ‘Perang
Khaibar’ kaum Yahudi terperangah, menyaksikan nabi tidak wafat, meskipun telah menelan
racun mereka. Mata mereka makin terbuka; menyaksikan ‘Muhammad Utusan
Allah’ صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ.
Bukhari meriwayatkan:
“عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ - قَالَ لَمَّا فُتِحَتْ خَيْبَرُ
أُهْدِيَتْ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - شَاةٌ فِيهَا سُمٌّ فَقَالَ
النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « اجْمَعُوا إِلَىَّ مَنْ كَانَ هَا هُنَا مِنْ
يَهُودَ »
. فَجُمِعُوا لَهُ فَقَالَ « إِنِّى
سَائِلُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْهُ » . فَقَالُوا نَعَمْ
. قَالَ لَهُمُ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « مَنْ أَبُوكُمْ » . قَالُوا
فُلاَنٌ . فَقَالَ « كَذَبْتُمْ ، بَلْ أَبُوكُمْ فُلاَنٌ » .
قَالُوا صَدَقْتَ . قَالَ « فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْ شَىْءٍ
إِنْ سَأَلْتُ عَنْهُ » فَقَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ ، وَإِنْ كَذَبْنَا
عَرَفْتَ كَذِبَنَا كَمَا عَرَفْتَهُ فِى أَبِينَا . فَقَالَ لَهُمْ « مَنْ أَهْلُ
النَّارِ »
. قَالُوا نَكُونُ فِيهَا يَسِيرًا ثُمَّ
تَخْلُفُونَا فِيهَا . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « اخْسَئُوا
فِيهَا ، وَاللَّهِ لاَ نَخْلُفُكُمْ فِيهَا أَبَدًا - ثُمَّ قَالَ - هَلْ
أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْ شَىْءٍ إِنْ سَأَلْتُكُمْ عَنْهُ » . فَقَالُوا نَعَمْ
يَا أَبَا الْقَاسِمِ . قَالَ « هَلْ جَعَلْتُمْ فِى هَذِهِ الشَّاةِ سُمًّا » .قَالُوا
نَعَمْ . قَالَ « مَا حَمَلَكُمْ عَلَى ذَلِكَ قَالُوا أَرَدْنَا إِنْ كُنْتَ
كَاذِبًا نَسْتَرِيحُ ، وَإِنْ كُنْتَ نَبِيًّا لَمْ يَضُرَّكَ .
Artinya:
Dari Abi
Hurairah رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ: Ketika Khaibar telah
ditaklukkan, kambing (bakar) berracun, dihidangkan pada nabi صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Nabi SAW bersabda ‘kumpulkan kaum Yahudi yang di sini!’.
Mereka dikumpulkan ke
hadapan nabi SAW yang lalu bersabda ’sungguh saya akan bertanya kalian:
bukankah kalian sanggup berkata jujur padaku?‘.
Mereka berkata ‘ya’.
Pada mereka, nabi صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda ‘siapa ayah-ayah kalian?’.
Mereka berkata ‘fulan’.
Nabi bersabda ‘kalian
telah berbohong! Yang benar ayah kalian fulan’. (Nama ayah mereka
disebut satu-persatu).
Mereka berkata ‘kau
telah benar’.
Nabi bersabda
‘bukankah kalian sanggup berkata jujur padaku, mengenai sesuatu, jika saya
menanyakan?’.
Mereka berkata ‘sanggup ya Ayah
Qasim! Jika kami berbohong, kau mengetahui, sebagaimana kau telah mengetahui
kebohongan kami, tentang ayah kami’.
Nabi bersabda pada
mereka ‘sipakah ahli neraka?’.
Mereka menjawab ‘kami
akan di dalam neraka sebentar, lalu kalian akan menggantikan kami di dalamnya’.
Nabi صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda ‘hinalah di dalamnya! Demi Allah, selamanya kami
takkan menggantikan kalian di dalamnya!’
Lalu bersabda lagi ‘sanggupkah kalian berkata jujur padaku mengenai sesuatu, jika saya menanyakan pada kalian?’.
Lalu bersabda lagi ‘sanggupkah kalian berkata jujur padaku mengenai sesuatu, jika saya menanyakan pada kalian?’.
Mereka berkata
‘tentu ya Ayah Qasim’.
Beliau bersabda
‘bukankan kalian telah menaruh racun di dalam ini kambing (bakar)?’.
Mereka menjawab
‘betul’.
Beliau bertanya ‘apa
yang mendorong kalian melakukan demikian?’.
Mereka menjawab
‘tujuan kami, jika kau bohong, agar kami istirahat darimu; jika kau benar-benar
nabi, racun tersebut takkan membahayakan kau’." [1]
Budi-Pekerti Mulia
Diakui atau tidak, nabi adalah orang yang ‘akhlaqnya’ sangat
indah. Karena akhlaqnya pula, maka musuh-musuh beliau berubah mencintai, bahkan
membela mati-matian. [2] Termasuk
di antara mereka; Khalid bin Al-Walid dan Ikrimah, putra dua tokoh besar Kafir
Quraisy.
Tentang Khalid dan Ikrimah, Ibnul-Atsir menjelaskan di dalam
A-Kamil, yang menarik untuk dikaji: [3]
Jurjah keluar menuju
pertengahan dua himpunan laskar, mencari Khalid. Dengan waspada penuh, Khalid
dan Jurjah berhadap-hadapan.
Jurjah berkata, “Hai
Khalid! Jujurlah! Jangan berbohong kepadaku! Karena orang merdeka tidak pantas
berbohong! Jangan menipu saya! Karena seorang kesatria tak pantas menipu orang
baik-baik. Betulkah Allah menurunkan pedang dari langit pada nabi kalian?
Selanjutnya diberikan padamu? Kaum yang kau hunuskan pedang untuk kau serang,
pasti morat-marit?.”
Khalid menjawab, “Itu
berita yang belum lengkap.”
Dia bertanya, “Kenapa
kau bernama Pedang Allah?.”
Khalid menjawab,
“Kisah lengkapnya, sungguh Allah telah mengutus Nabi-Nya صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ di kalangan kami. Saya dulu termasuk orang yang
mendustakan dan memerangi dia. Namun akhirnya Allah benar-benar telah memberi
saya hidayah, hingga saya menjadi pengikutnya. Tak lama kemudian, beliau
bersabda ‘kaulah Pedang Allah yang dihunuskan untuk kaum kafir’. Beliau
juga mendoakan agar saya diberi pertolongan.”
Jurjah berkata,
“Katakan padaku! Aku akan kau ajak kemana?.”
Khalid menjawab, “Pada
Islam! Atau menyerahkan pajak pada kami! Atau berperang melawan kami.”
Dia bertanya, “Lalu
seberapa kedudukan orang yang mengabulkan dakwah ini, dan memasuki agama
kalian?.”
Khalid menjawab,
“Kedudukan kita ‘jadi sama’.”
Dia bertanya,
“Betulkan pahala dan tabungan dia, akan sama dengan kalian?.”
Khalid berkata,
“Betul! Bahkan lebih utama. Karena kami menjadi pengikut nabi, di saat beliau
masih hidup. Beliau SAW menjelaskan pada kami, tentang barang-barang ghaib, dan
memiliki banyak keajaiban, maupun mukjizat yang kami saksikan. Sudah semestinya
orang yang melihat dan mendengar keajaiban seperti kami, masuk Islam. Sedangkan
kalian mutlak takkan menyaksikan dan mendengar ‘Keajaiban Beliau’, seperti
kami. Oleh karena itu barang siapa masuk Islam dengan tekat bulat dan niat yang
benar, kedudukannya lebih utama dari pada kami.”
Jurjah membalik
perisainya dan mendekati Khalid, untuk menyatakan Islam.
Khalid mengajarkan
agama Islam, pada Jurjah.
Jurjah mandi dan shalat dua rakaat, lalu keluar dari tenda bersama Khalid, untuk memerangi kaum Romawi.
Jurjah mandi dan shalat dua rakaat, lalu keluar dari tenda bersama Khalid, untuk memerangi kaum Romawi.
Bangsa Romawi
melancarkan serangan bertubi-tubi untuk memukul mundur pasukan Muslimiin. Yang
tetap melawan, mereka yang pemberani, di bawah pimpinan Ikrimah dan pamannya,
bernama Charits bin Hisyam.
Ikrimah berkata, “Saya
dulu telah memerangi nabi صّلى اللّهُ عَلَيْهِ
وَآلِهِ وَسَلّمَ di
segala tempat. Akankah saya lari hari ini?.”
Dia berteriak, “Siapa
yang mau berbai’at sanggup mati?.”
Charits bin Hisyam dan
Dhirar bin Al-Azwar bersama empatratus tokoh, dan sejumlah pasukan berkuda,
menyambut ajakannya berbai’at.
Mereka berperang
dengan sengit, di depan tenda Khalid, yang diberi pagar keliling. Hingga dari
mereka banyak yang luka berat. Dari mereka ada yang bisa disembuhkan; ada yang
wafat.
Khalid dan Jurjah
melancarkan serangan bertubi-tubi, atas kaum Romawi, akhirnya Jurjah gugur di
sore hari. Di dalam mengamalkan shalat khauf dluhur dan asar, mereka hanya dengan isarah,
karena peperangan terlalu membahayakan.
Pasukan Romawi semakin
melemah; Khalid RA menggelembungkan dada, lalu bergerak untuk memasuki
pertengahan pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki, dari Romawi.
Pasukan berkuda mereka
bergerak-cepat; melarikan diri, menjauhi Khalid. Pasukan pejalan kaki mereka
ditinggalkan.
Umat Islam sengaja
memberi jalan pada pasukan berkuda Romawi, yang berlari kencang ke tanah
lapang. Namun akhirnya kaum Romawi berpencar di atas kuda mereka. Sementara
pasukan pejalan kaki Romawi, banyak yang tersungkur, oleh pedang Khalid yang
ditebas-tebaskan cepat sekali.
Pasukan berkuda Romawi
turun memasuki jurang; disusul oleh Khalid yang mengejar. Banyak pasukan Romawi
yang berlari cepat hingga terjebak jala-jebakan. Jumlah mereka yang gugur
terkena jala-jebakan, mencapai delapanpuluh ribu; yang tewas di jala-jebakan
lainnya, empat-puluh ribu orang. Itu belum terhitung mereka yang gugur karena
peperangan. [4]
Ini baru kisah Khalid dan Charits bin Hisyam. Kisah selain
mereka berdua ‘masih banyak’ sekali, yakni kaum yang tadinya memusuhi nabi,
akhirnya menjadi pengikut dan sahabatnya yang membela mati-matian, karena cinta
padanya yang berlebihan. Yang paling menyolok adalah saat Fatchu Makkah,
yakni saat nabi menaklukkan penduduk Makkah. Banyak sekali musuh-musuh nabi SAW
yang berbalik menjadi pecintanya hingga nabi bersabda, “Yang ini juga
menyatakan demikan." [5]
[1] Yang
meracuni nabi SAW adalah Zainab binti Al-Harits istri Sallam bin Musykam.
Sahabat nabi yang wafat di dalam jamuan tersebut; Bisyr bin Al-Barra’. [Fatchul-Bari].
[2]
Allah mengajarkan: ادْفَعْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ
وَلِيٌّ حَمِيمٌ * وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا
إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ –
Tolaklah dengan yang lebih baik; tahu-tahu orang yang di antara kau dan dia ada
permusuhan, mirip sekali kekasih yang sangat kental. Namun takkan diberi
anugrah itu kecuali orang-orang yang telah bersabar. Dan takkan diberi itu
kecuali pemilik bagian yang sangat besar.
[3]
Dalam kitab rujukan kisah ini dijelaskan: خرج
جرجة إلى بين الصفين وطلب خالداً، فخرج إليه، فآمن كل واحد منهما صاحبه، فقال
جرجة: يا خالد اصدقني ولا تكذبني، فإن الحر لا يكذب، ولا تخادعني، فإن الكريم لا
يخادع المسترسل، هل أنزل الله نبيكم سيفاً من السماء فأعطاكه فلا تسله على قوم إلا
هزمتهم؟ قال: لا. قال: ففيم سميت سيف الله؟ فقال له: إن
الله بعث فينا نبيه، صلى الله عليه وسلم، فكنت فيمن كذبه وقاتله، ثم إن الله هداني
فتابعته، فقال: (أنت سيف الله سله على المشركين)! ودعا لي بالنصر. قال: فأخبرني
إلى ما تدعوني. قال خالد: إلى الإسلام أو الجزية أو الحرب. قال: فما منزلة من الذي
يجيبكم ويدخل فيكم؟ قال: منزلتنا واحدة. قال:
فهل له مثلكم من الأجر والذخر؟ قال: نعم وأفضل لأننا اتبعنا نبينا وهو حي يخبرنا
بالغيب ونرى منه العجائب والآيات، وحق لمن رأى ما رأينا وسمع ما سمعنا أن يسلم،
وأنتم لم تروا مثلنا ولم تسمعوا مثلنا، فمن دخل بنية وصدقٍ كان أفضل منا. فقلب
جرجة ترسه ومال مع خالد وأسلم وعلمه الإسلام واغتسل وصلى ركعتين ثم خرج مع خالد
فقاتل الروم. وحملت الروم حملة أزالوا المسلمين عن مواقفهم إلا المحامية، عليهم
عكرمة وعمه الحارث بن هشام، فقال عكرمة: قاتلت
النبي، صلى الله عليه وسلم، في كل موطن ثم أفر اليوم! ثم نادى: من يبايع على
الموت؟ فبايعه الحارث بن هشام وضرار بن الأزور في أربعمائة من وجوه المسلمين
وفرسانهم، فقاتلوا قدام فسطاط خالد حتى أثبتوا جميعاً جراحاً، فمنهم من برأ ومنهم
من قتل. وقاتل خالد وجرجة قتالاً شديداً، فقتل جرجة عند آخر النهار وصلى الناس
الأولى والعصر إيماء وتضعضع الروم ونهد خالد بالقلب حتى كان بين خيلهم ورجلهم،
فانهزم الفرسان وتركوا الرجالة. ولما
رأى المسلمون خيل الروم قد توجهت للمهرب أفرجوا لها، فتفرقت وقتل الرجالة واقتحموا
في خندقهم، فاقتحمه عليهم، فعمدوا إلى الواقوصة حتى هوى فيها المقترنون وغيرهم،
ثمانون ألفاً من المقترنين وأربعون ألف مطلق سوى من قتل في المعركة،.
[4] Futuchus-Syam menjelaskan, “Dia pandai berbahasa
Arab.”
[5]
Rujukan dari tulisan ini:
عَنِ الزُّهْرِيِّ،
حَدَّثَنِي عُرْوَةُ، أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: "
جَاءَتْ هِنْدٌ بِنْتُ عُتْبَةَ، قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كَانَ عَلَى
ظَهْرِ الأَرْضِ مِنْ أَهْلِ خِبَاءٍ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ يَذِلُّوا مِنْ أَهْلِ
خِبَائِكَ، ثُمَّ مَا أَصْبَحَ اليَوْمَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَهْلُ خِبَاءٍ،
أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ يَعِزُّوا مِنْ أَهْلِ خِبَائِكَ، قَالَ: «وَأَيْضًا
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ» قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ
رَجُلٌ مِسِّيكٌ، فَهَلْ عَلَيَّ حَرَجٌ أَنْ أُطْعِمَ مِنَ الَّذِي لَهُ عِيَالَنَا؟
قَالَ: «لاَ أُرَاهُ إِلَّا بِالْمَعْرُوفِ»
Artinya:
Dari Az-Zuhri murid ‘Urwah:
Sesungguhnya ’A’isyah RA berkata, “Hindun binti ‘Utbah datang untuk berkata ‘ya Rasulallah, dulu di bumi tak ada keluarga yang lebih menyenangkan saya; jika mereka hina, daripada keluarga kau. Namun di pagi ini tak ada keluarga yang lebih menyenangkan saya, jika berjaya, daripada keluarga kau’.
Nabi bersabda ’ini juga begitu lagi’.
Sesungguhnya ’A’isyah RA berkata, “Hindun binti ‘Utbah datang untuk berkata ‘ya Rasulallah, dulu di bumi tak ada keluarga yang lebih menyenangkan saya; jika mereka hina, daripada keluarga kau. Namun di pagi ini tak ada keluarga yang lebih menyenangkan saya, jika berjaya, daripada keluarga kau’.
Nabi bersabda ’ini juga begitu lagi’.
Hindun berkata ‘sesungguhnya Abu
Sufyan lelaki yang pelit sekali. Apa saya berdosa jika mengambil miliknya
untuk memberi makan orang yang menjadi tanggungannya?’.
Nabi bersabda ‘saya tidak setuju, kecuali jika bil-ma’ruf (sekedar)’.”
Nabi bersabda ‘saya tidak setuju, kecuali jika bil-ma’ruf (sekedar)’.”
Anak para musuh nabi yang masuk Islam, juga sangat banyak sekali, termasuk di antara mereka adalah putra ‘Uqbah bin
Abi Mu’aith yang bernama Ummu Kultsum. Dialah wanita yang setelah
perjanjian Hudaibiyyah ‘hijrah ke Madinah’. Dua saudaranya bernama Umarah dan
Al-Walid, datang ke Madinah menghadap Rasulillah, untuk menarik dia lagi; merujuk
butir Perjanjian Hudaibiyyah yang ada, yang telah disepakati oleh kaum
Muslimiin dan kaum Kafir. Namun nabi tidak mengabulkan karena Allah
melarang dia SAW.
0 komentar:
Posting Komentar