(Bagian ke-163 dari seri tulisan Khalid bin
Walid)
Tujuan bathriq berbicara panjang-lebar di depan Raja Hiraqla,
menghina Rifaah dan teman-temannya yang hina di mata mereka, dan untuk pamer
pengetahuan pada Jabalah bin Aiham yang berada di situ bersama putranya. Memang
hubungan antara sang bathriq dan Jabalah, kurang baik. Karena pernah terjadi
perselisihan.
Sang bathriq pernah membangun perkampungan besar untuk
mengundang rakyat dalam perayaan tiap tahun. Tiba-tiba tempat itu diberikan
oleh Hiraqla pada Jabalah, dan dikuasai oleh Jabalah.
Rifaah mendengarkan ucapan sang bathriq dengan tersenyum, lalu
berkata, “Hai bathriq! Kau telah menyanjung kaum yang tidak hebat. Mereka bukan
orang yang mentauhidkan Allah yang Maha Agung, yang tiada Bandingan-Nya. Yang
memiliki kefadhalan adalah:
1.
Nabi Ismail AS penguasai Baitullah, Zamzam,
Maqam Ibrahim AS, dan Masyaril-Charam. Yang menurunkan raja-raja Tababiah (التبابعة), yang pernah menguasai dunia.
2.
Yang menonjol dari raja-raja kami, Assha’bu Al-Iskandar
(الصعب الإسكندر), yang pernah menguasai dua tanduk dunia, yang pernah memasuki
beberapa kegelapan. Yang ditaati orang sedunia, yang pernah sampai pada tempat
terbit dan terbenamnya matahari. Yang menaklukkan raja-raja bumi, dan disebut ‘Dzul-Qarnain’
oleh Allah.
3.
Tokoh hebat selain itu Saba bin Yarib (سبأ بن يعرب).
4.
Syadad bin Ad (شداد ين عاد).
5.
Syadid bin Ad (شديد بن عاد) dua raja zaman Nabi Hud AS.
6.
Amer Dzul-Adzqan.
7.
Hudhud bin Ad.
8.
Luqman bin Ad (لقمان بن عاد).
9.
Syuban bin Ukaisir (شعبان بن أكسير).
10.
Abbad bin Raqim (عباد بن رقيم).
11.
Hadil bin Itban (هاديل بن عتبان).
12.
Dari bangsa kami juga ada nabi bernama
Chandlalah bin Shafwan (حنظلة بن صفوان) AS, yang bertempat
tinggal di Arras (الرس).
13.
Kami memiliki tokoh yang mampu bertahan hidup
selama 500 tahun, bernama Nufail bin Abdil-Madan (نفيل بن عبد المدان), cucu Nabi Hud AS yang punya keahlian mengeluarkan kekayaan di
dalam bumi, dan ahli berperang.
14. Yang paling menonjol
dari tokoh-tokoh kami, Muhammad SAW. Karena barakah beliau, kami telah dan akan
menjadi penguasa. Sementara kalian akan menjadi bawahan kami.”
Rifaah sangat Alim dalam bidang informasi dan nasab (silsilah
kaum) Arab. Dia telah mempelajari kitab Nabi Hud, Nabi Shalih dan Nabi
Chandlalah AS. Oleh sang bathriq, dia diberondong pertanyaan, “Coba jawab!
Apa yang membuat hati bisa menyelami akal rohani? Hingga mencapai Kerajaan
Tuhan? Apa yang membuat akal bisa melayang jauh dari pandangan mata? Hingga
menemukan mutiara akal suci nan indah?.”
Rifaah menjawab, “Pertanyaanmu salah hai bathriq!.”
Bathriq bertanya, “Kenapa salah?.”
Rifaah menjawab, “Bagaimana mungkin hati bisa menyelami akal
rohani hingga mencapai Kerajaan Tuhan? Padahal ada yang berusaha menutupi
kebenaran? Dan bagaimana mungkin kekufuran bisa menemukan mutiara hikmah?
Bagaimana mungkin pikiran bisa menemukan rahasia kebenaran? Padahal pikiran
justru sering tertipu? Hai bathriq! Yang kau katakan itu, ungkapan kaum Arab!
Kenapa kau berkata ‘asal hikmah (filsafat) bukan dari Arab?’.
Raja dari Yaman ada yang bernama Saif bin Dzu Yazan (سيف بن ذو يزن), yang pernah mengkhabarkan kenabian Muhammad SAW, nabi kami.
Dia ahli hikmah. Ucapannya diabadikan oleh penyair kami yang fasih bernama Quss
bin Saidah (قُسُّ بنُ
ساعِدَةَ):
Ketahuilah bahwa sungguh kita
Tergolong Kaum yang mendapatkan Al-Cusna [1]
Maka maafkanlah kebodohan manusia [2]
Pada Rifaah, Abdullah bin Rabiah (عبد الله بن ربيعة) bertanya, “Ya Paman! Kenapa si bathriq memahami ucapan Paman?
Dan Paman memahami ucapannya?.”
Rifaah menjawab, “Nak, setahu saya justru orang laknat itu sangat
fasih berbahasa Arab. Saya bertanya pada Yuqana tentang ‘kenapa dia pandai
berbahasa Arab?’ Yuqana menjawab ‘apa kau tak tahu bahwa kekuasan raja-raja dan
bathriq-bathriq Romawi, takkan sempurna, kecuali jika telah menguasai bahasa
Arab?.”
Penjelasan Rifaah mengenai perdebatannya dengan sang bathriq
dicatat oleh kaum Muslimiin yang mendengarkan.
0 komentar:
Posting Komentar