(Bagian ke-158 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Dhirar menyerang dengan garang, didampingi oleh 100 pasukan.
Serangan yang menggila membuat musuh kuwalahan melawan, hingga Jabalah teheran-heran.
Kuda Dhirar jatuh karena terkena beberapa anak-panah pada beberapa
titik. Dhirar jatuh dan ditangkap oleh sejumlah pasukan Jabalah.
Serangan pasukan Dhirar dipatahkan dan mereka ditawan untuk dibawa ke Anthaqiyah.
Serangan pasukan Dhirar dipatahkan dan mereka ditawan untuk dibawa ke Anthaqiyah.
Dalam perjalanan, Jabalah dan pasukanya bertemu Yuqana mengawal Zaitunah binti Hiraqla.
Safinah mantan budak Rasulillah SAW juga tertawan bersama Dhirar
dan lainnya.
Di malam kelam itu, Safinah lepas dan kabur menuju Abu Ubaidah. Di tengah perjalanannya dia terkejut oleh
singa jantan besar yang menghadang.
Dia berkata pada singa itu, “Hai Ayah Charits, saya ini maula (mantan budak) Rasulillah SAW. Saya sedang begini dan akan begini.”
Dia berkata pada singa itu, “Hai Ayah Charits, saya ini maula (mantan budak) Rasulillah SAW. Saya sedang begini dan akan begini.”
Singa mendekati Safinah sambil
mengibas-ngibaskan ekor, lalu berhenti dan menundukkan kepala yang maksudnya
berkata ‘silahkan berjalan’.
Safinah berjalan didampingi singa jantan, sampai kota yang
penduduknya telah berdamai dengan kaum Muslimiin.
Singa pergi meninggalkan Safinah.
Kedatangan Safinah mengejutkan pasukan Muslimiin. Laporan Safinah bahwa Dhirar dan pasukannya ditawan, setelah seratus kawannya ditawan, membuat Muslimiin sama menangis sedih. Bahkan Abu Ubaidah dan Khalid RA pun juga menangis pilu.
Mereka berdua membaca, “Laa chaula walaa quwwata illaa bi
Allah Al-Aliyyi Al-Adliim.”[1]
Saudara perempuan Dhirar bernama Khaulah terkejut mendengar berita bahwa Dhirar ditawan oleh lawan. Dia membaca, “Innaa lillaahi wainnaa ilai-Hi raajiuun.” Lalu berkata, “Oh anak ibuku, betapa bahagianya jika saya bersama kau di dalam tawanan. Dengan tali atau rantai kah mereka mengikat kau? Mereka membuang kau di Baida? Atau melukai kau dengan senjata?.”
Kaum Muslimiin terperangah dan bergetar oleh syair yang dibaca
oleh Khaulah:
Tak adakah kaum yang menjelaskan ini berita
Akankah kami datang sendiri ke sana
Kalau saya tahu bahwa perjanana mereka akhir pejumpaan
Niscaya kami kemarin ikut dalam perjalanan
Hai si burung gagak! Bisakah kau memberi tahu tentang mereka?
Berhari-hari kami menunggu berita mereka
Semoga Allah melaknat penawan mereka
Yang bersamaku mengukir sejarah
Kini telah berubah
Jika mereka pulang kemari
Akan berjuang bersama lagi
Hatiku galau ketika mereka
Berkata Dhirar ditawan oleh lawan
Hari-hari selanjutnya kesedihan
Semangat hidupku hilang
Memikirkan orang-orang
Yang telah menempati ruang hatiku
Salamku
Untuk kalian tercinta
Yang jauh dari mata
Api kemarahan pasukan Muslimiin berkobar-kobar.
Mazruah binti Amluq Al-Chimyariyah (مزروعة
بنت عملوق الحميرية)
dan sejumlah wanita, mengerumuni Khaulah.
Putra Mazruah bernama Shabir bin Aus, juga ditawan bersama Dhirar.
Melaui syair, Mazruah menangisi putranya:
Hai putraku! Kemarahanku pada mereka telah berkobar
Hingga tubuhku bergetar
Ini musibah besar
Yang hampir membuat aku terkapar
Kafilah yang kutanya mengenani kau diam
Kapankah dendamku redam
Tak ada yang menjelaskan mengenai kau
Air mataku berderai karena risau
Sejak kau pergi dari sisiku
Hidupku susah air mataku tumpah
Karena memikirkan kau hai pahlawan
Asal kau hidup, saya sanggup membisu setahun lamanya
Namun jika telah tiada
Saya bingung harus bagaimana
Syair itu membuat tangisan para wanita makin keras.
Salma binti Said bin Zaid yang khusuk dalam ibadah, berkata,
“Apa Allah perintah agar kalian menangis seperti ini? Yang benar Allah perintah agar
kalian bersabar agar diganjar. Apa kalian lupa pada Firman ‘alladziina idzaa
ashaabathum mushiibatu qaaluu innaa li Allahi wainnaa ilaiHi raajiuun. Ulaaaika
alaihim shalawaatun min Rabbihim wa rachmatun waulaaika humul muhtaduun’.[2] Bersabarlah!
Agar mendapatkan pahala!.”
Sontak mereka diam.
Sontak mereka diam.
[2] الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ [البقرة/156، 157]. Artinya: Orang-orang yang ketika musibah menimpa mereka, berkata, “Sungguh kita milik Allah dan sungguh kita akan kembali pada-Nya." Shalawat dan rahmat dari Tuhan mereka melimpah atas mereka. Dan mereka orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
0 komentar:
Posting Komentar