SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2015/06/13

PS 134: Pembebasan Syam





Abu Ubaidah melipat dan mengecap surat, lalu menyerahkan pada Chudzaifah bin Al-Yaman (حذيفة بن اليمان). 
Sepuluh orang dari Muhajirin dan Anshar diperintah oleh Abu Ubaidah, agar menemani Chudzaifah ‘mengantar surat’ pada Umar, di Madinah. “Antarkanlah berita Kemenangan ini, pada Amirul Mukminiin! Yang akan memberi upah kalian, Allah!,” perintahnya.

Chudzaifah menerima surat itu, lalu bersama teman-temannya pergi, mengantarkan surat.

Ketika pasukan Romawi kalah di dalam Perang Yarmuk, hati Umar di Madinah justru sedang masgul. Malam itu Umar tidur dan bermimpi melihat Rasulallah SAW bersama Abu Bakr di Roudhah (الروضة). Umar mengucapkan salam pada mereka berdua, dan berkata, “Ya Rasulallah! Sungguh hati saya sedang masgul, memikirkan pasukan Muslimiin dan Perlakuan Allah pada mereka di Yarmuk. Berita terakhir yang sampai pada saya, jumlah pasukan berkuda Romawi 1.060.000 orang.”
Nabi SAW bersabda, “Ya Umar! Berbahagialah! Sungguh Allah telah menolong pasukan Muslimiin! Dan membuat musuh porak poranda! Yang terbunuh sekian sekian.”
Lalu Rasulullah membacakan dalil yang artinya, “Itu kampung akhirat, akan Kami pastikan ‘untuk kaum yang tidak menghendaki kesombongan’ maupun kerusakan.”  [1]

Di pagi yang indah, Umar mengimami shalat subuh, lalu memberitakan mimpinya pada Jamaah.
Mereka berbahagia karena tahu bahwa mimpi itu jelas ‘bukan dari Syaitan’. Syaitan takkan mampu menjelma Rasulallah SAW. Mereka mengingat-ingat malam Umar mimpi itu malam apa? Tanggal berapa?.
Ternyata betul sabda nabi SAW yang disampaikan pada Umar melalui mimpi itu. Begitu Chudzaifah dan rombonganya datang membawa ‘Berita Kemenangan’, Umar bersujud syukur.

Umar membuka surat untuk dibacakan pada Jamaah. Seusai surat dibaca, mereka memekikkan tahlil dan takbir, dan membaca sholawat untuk nabi SAW. Karena terlalu berbahagia. Dunia pun berubah menjadi indah sekali, dan Janji Allah yang sebelumnya dirasakan terlalu Agung, menjadi kenyataan.  

Dengan berbahagia, Umar bertanya, “Ya Chudzaifah? Apakah Abu Ubaidah telah membagi rampasan perang?.”
Chudzaifah menjawab, “Ya Amiral Mukminiin! Dia sedang menunggu surat jawaban dan perintah anda.”

Umar minta tinta dan lembaran, untuk menulis surat jawaban, untuk Abu Ubaidah:

بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Hamba Allah, Umar bin Al-Khatthab, untuk pegawainya di Syam
سلام عليك
Amma ba’du: Sungguh saya memuji Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Saya juga berdoa semoga Sholawat melimpah pada Nabi-Nya bernama Muhammad SAW. Saya sungguh berbahagia atas Anugrah Allah untuk kaum Muslimiin, berupa Kemampuan Menaklukkan Lawan. Jika surat saya telah sampai padamu, segera bagilah rampasan perang untuk pasukan! Utamakan mereka yang duluan masuk Islam! Semua yang berhak, supaya mendapatkan haknya! Lindungilah dan syukurilah kesabaran pasukan Muslimiin! Jangan meninggalkan tempat! Sehingga surat perintahku datang padamu!.
والسلام عليك وعلى جميع المسلمين ورحمة الله وبركاته

Surat dilipat lalu diberikan pada Chudzaifah, agar segera diantar pada Abu Ubaidah, di Damaskus (Dimasyqa/دمشق).



Chudzaifah bersama sepuluh temannya datang, dan mengucapkan salam pada Abu Ubaidah dan Muslimiin. Lalu menyerahkan surat Umar.
Abu Ubaidah membacakan surat pada mereka. Lalu membagi rampasan perang menjadi lima bagian. Tiap pasukan berkuda mendapatkan 24.000 mitsqal emas dan 24.000 mitsqal perak.
Tiap pasukan berjalan kaki mendapat 8.000 mitsqal emas dan 8.000 mitsqal perak. Pembagian harta sebanyak itu, menghabiskan waktu cukup lama.
Kuda yang dikendarai untuk perang, juga mendapat bagian rampasan. Kuda yang bagus diberi dua bagian, yang jelek diberi satu bagian.
Orang-orang yang berkendaraan himar sama protes, karena merasa bagiannya kurang.

Abu Ubaidah berkata, “Saya sudah membagi rampasan perang ini, seperi nabi membagi pada para sahabatnya SAW.”
Namun mereka tidak menerima keputusannya. Pada Umar, Abu Ubaidah melaporkan mereka yang tidak mau menerima kebijakannya.


Melalui surat, Umar menjawab, “Sungguh kau telah mengamalkan Sunnah Rasulullah SAW. Kau tidak melanggar hukumnya. Kuda yang baik berilah dua bagian, yang jelek berilah satu bagian. Ketauilah bahwa sungguh Rasulullah SAW mengutamakan yang orang Arab di atas lainnya di zaman Perang Khaibar.”

Abu Ubaidah membacakan surat Umar pada mereka, lalu menjelaskan, “Abu Ubaidah tidak meremehkan sebagian kalian, tetapi mengikuti Sunnah Rasulillah SAW.”
Pembagian rampasan perang telah hampir selesai. 
Pada Abu Ubaidah, Khalid berkata, “Ada lelaki yang minta tolong saya, agar bagiannya ditambahi lagi.”
Namun Abu Ubaidah tidak mengabulkan.

Zubair berkata, “Kenapa kau tidak memperlakukan saya seperti Rasulallah, di Perang Khaibar? Saat itu saya membawa dua kuda dan diberi lima bagian. Yang empat bagian untuk kuda saya, yang sebagian untuk saya?.”
Abu Ubaidah belum menjawab. Karena mendengar ucapan, “Saya dan kau di zaman Perang Badar dulu, membawa dua kuda. Rasulullah memberi dua bagian, pada kuda” dari Miqdad.
Abu Ubaidah menjawab, “Kau betul. Saya juga akan mengikuti Rasulallah SAW.”
Lalu memberi dua bagian pada Zubair.

Jabir bin Abdillah Al-Anshari menyampaikan persaksian bahwa dulu Rasulullah memberi lima bagian pada Zubair. Ketika Abu Ubaidah memberikan lima bagian pada Zubair; beberapa orang berdatangan membawa empat kuda, ada yang membawa lima kuda. Mereka berkata, “Kami juga minta diperlakukan seperti Zubair.”
Abu Ubaidah tidak mau memperlakukan mereka seperti pada Zubair. Walau begitu Abu Ubaidah minta idzin melalui surat, pada Umar untuk ‘mengabulkan’ permintaan mereka.

Umar menjawab melalui surat, “Bedakan Zubair dengan mereka! Jangan kau perlakukan mereka seperti Zubair!.”

Di hari itu, Zubair menemukan budaknya dari rampasan Perang Oman, yang telah kabur. Budak itu ditangkap, mumpungung belum dibagi.
Al-Muwakkil (الموكل) menegur, “Jangan mengambil budak duluan!.”
Perdebatan Zubair dan Al-Muwakkil berhenti setelah Abu Ubaidah datang dan bertanya, “Ada apa ini?.”
Zubair menjawab, “Pemuda ini tadinya budak saya dari rampasan Perang Oman yang berlari, kini saya tangkap lagi.”
Abu Ubaidah mendamaikan, “Putra bibi Rasulillah SAW ini telah benar. Dia memang budak Zubair, pemberian dari saya dari tawanan Perang Oman.”
Zubair mengambil lagi pada budak itu.

Pada Abu Ubaidah, Zaid Al-Muradi melaporkan, mengenai budak perempuannya ‘yang kabur’, ditemukan lagi di dalam tawanan.
Sebelum mengembalikan budak itu, Abu Ubaidah bertanya pada Umar, melalui surat.
Umar menjawab melalui surat, “Kalau budak itu ikut melawan, harus diperlakukan seperti tawanan lainya. Kalau nggak ikut melawan, harus dikembalikan pada Zaid.”
Banyak orang yang gaduh, memohon agar budak itu dikembalikan pada Zaid yang mereka cintai. Mereka diam ketika Abu Ubaidah bersumpah, “Demi Allah satu-satnya Tuhan yang harus disembah! Ini keputusan Umar di dalam suratnya!.”


Hiraqla sangat sedih, karena 1.060.000 pasukan berkudanya yang dikirim ke Yarmuk, telah dikalahkan oleh pasukan Muslimiin, yang jumlahnya hanya 41.000 orang. Apa lagi panglimanya bernama Mahan juga gugur. Jarjir dan raja lainnya juga gugur.
Dengan lunglai dia berkata, “Sebelumnya saya sudah yakin bahwa akhirnya nasib kita pasti akan begini.”

Hatinya berdebar-debar, karena khawatir pasukan Muslimiin akan melakukan tindakan yang lebih mengerikan. [2] Bagi dia dan seluruh rakyatnya; hari itu seakan-akan gelap-gulita.




In syaa Allah bersambung.



[1] تِلْكَ الدَّارُ الْآَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ [القصص/83].
[2] Hiraqla pernah membaca kitab, “Nabi terakhir bernama Muhammad. Jika telah wafat, kepemimpinannya akan berpindah pada asmar, artinya orang yang agak hitam, bernama Abu Bakr. Di masa itu ada sahabat nabi bernama Khalid yang akan merebut sejumlah wilayah Hiraqla. Jika Abu Bakr telah wafat, akan diganti oleh shachibul futuch, artinya pemborong kemenangan, yakni Umar. Saat itu wilayah kekuasaannya yang luas sekali akan direbut oleh pasukan Muslimiin.”   

Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

2015/06/12

Bathriq Sampaikan Persaksian


Rahasia yang ditutup oleh Abu Sufyan, ‘terungkap’ oleh Ibnu Katsir yang agung. Yakni mengenai ‘saat dia dipanggil’ oleh raja terbesar sejagad bernama Hiraqla. Di hadapannya, dia ditanya panjang lebar mengenai nabi SAW. Ada ‘Pertanyaan’ yang ditutup oleh beliau atau oleh para ahli Hadits setelahnya. Yakni tentang ucapan dia di hadapan Hiraqla, dan persaksian Bathriq (kepala Gereja yang membawahi setidaknya 5.000 orang). Bathriq berkata, “Semalam Masjid Iliya ini dimasuki oleh seorang Nabi SAW.”

Dengan serius, Abu Sufyan berusaha menjatuhkan dan merendahkan nama nabi SAW, di hadapan Kaisar Hiraqla.
Uraian ini, (dalam kitab lain) dijelaskan oleh Abu Sufyan, “Demi Allah, yang mencegah saya menjelaskan keadaan nabi SAW:
1.     ‘Takut dicap bohong.
2.     Takut Beliau tak percaya lagi pada saya’.
Hingga saya menjelaskan Sabda Nabi SAW:
‘Di malam saya dinaikkan (ke langit)’.
Pada Hiraqla, saya berkata, ‘kepada yang Mulia, bolehkah saya bercerita? Agar Tuan tahu bahwa ‘dia (SAW) telah berbohong?’.
Beliau bertanya ‘apa itu?’.
Saya berkata ‘dia’ berkata pada kami ‘di suatu malam, dia sungguh telah keluar dari kota kami (Tanah Haram), menuju Masjid Tuan, Masjid Iliyak ini. Malam itu juga, sebelum subuh, dia telah kembali menuju kami’.
Seorang Bathriq (Kepala Gereja) Iliyak berada di arah kepala Hiraqla, berkata ‘malam itu saya tahu’.
(Dengan takjub) Hiraqla memandang dan bertanya ‘dengan apa kau bisa tahu?’.
Dia menjawab ‘biasanya saya tidak tidur, sebelum menutup seluruh pintu Masjid. Malam itu semua pintu saya tutup, kecuali satu, karena sulit ditutup. Semua bawahan saya, saya minta agar membantu. Bahkan siapa saja yang ada, saya minta membantu. Namun pintu tetap tidak bisa ditutup, bahkan tidak bisa digerakkan. Kami sangat kesulitan, bagai ‘memindahkan’ gunung. Hingga saya memanggil beberapa tukang kayu. Setelah meneliti, mereka berkata ‘ternyata terganjal oleh najaf (benda di atas pintu) dan bangunan. Kami takkan mampu menggerakkan ini hingga subuh. Di waktu subuh, kita cek penyebabnya apa?’.
Dua pintu saya biarkan terbuka hingga pagi.
Setelah saya cek, ternyata batu yang dibalik pintu ‘dilobang’. Dan ternyata di situ, ada bekas ikatan kendaraan. Pada para sahabat, saya berkata ‘semalam pintu ini tidak bisa ditutup, karena dimasuki oleh seorang Nabi SAW. Tadi malam Beliau telah shalat di Masjid kita.”  [1]



وَجَعَلَ أَبُو سُفْيَانَ يَجْهَدُ أَنْ يُحَقِّرَ أَمْرَهُ وَيُصَغِّرَهُ عِنْدَهُ. قَالَ فِي هَذَا السِّيَاقِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ: وَاللَّهِ مَا يَمْنَعُنِي أَنْ أَقُولَ عَلَيْهِ قَوْلًا أُسْقِطُهُ مِنْ عَيْنِهِ إِلَّا أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أَكْذِبَ عِنْدَهُ كَذْبَةً يَأْخُذُهَا عَلَيَّ، وَلَا يُصَدِّقُنِي بِشَيْءٍ. قَالَ: حَتَّى ذَكَرْتُ قَوْلَهُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ قَالَ: فَقُلْتُ: أَيُّهَا الْمَلَكُ، أَلَا أُخْبِرُكَ خَبَرًا تَعْرِفُ أَنَّهُ قَدْ كَذَبَ؟ قَالَ: وَمَا هُوَ؟ قَالَ: قُلْتُ: إِنَّهُ يَزْعُمُ لَنَا أَنَّهُ خَرَجَ مِنْ أَرْضِنَا -أَرْضِ الْحَرَمِ-فِي لَيْلَةٍ فَجَاءَ مَسْجِدَكُمْ هَذَا-مَسْجِدَ إِيلِيَاءَ، وَرَجَعَ إِلَيْنَا تِلْكَ اللَّيْلَةَ قَبْلَ الصَّبَاحِ. قَالَ: وبَطْرِيقُ إِيلِيَاءَ عِنْدَ رَأْسِ قَيْصَرَ، فَقَالَ: بَطْرِيق إِيلِيَاءَ: قَدْ عَلِمْتُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ، قَالَ: فَنَظَرَ قَيْصَرُ، وَقَالَ: وَمَا عِلْمُكَ بِهَذَا؟ قَالَ: إِنِّي كُنْتُ لَا أَنَامُ لَيْلَةً حَتَّى أُغْلِقَ أَبْوَابَ الْمَسْجِدِ، فَلَمَّا كَانَ تِلْكَ اللَّيْلَةُ أَغْلَقْتُ الْأَبْوَابَ كُلَّهَا غَيْرَ بَابٍ وَاحِدٍ غَلَبَنِي، فَاسْتَعَنْتُ عَلَيْهِ بِعُمَّالِي وَمَنْ يَحْضُرُنِي كُلِّهِمْ فَعَالَجْتُهُ فَغَلَبَنِي، فَلَمْ نَسْتَطِعْ أَنْ نُحَرِّكَهُ، كَأَنَّمَا نُزَاوِلُ بِهِ جَبَلًا فَدَعَوْتُ إِلَيْهِ النَّجَاجِرَةَ، فَنَظَرُوا إِلَيْهِ فَقَالُوا: إِنَّ هَذَا الْبَابَ سَقَطَ عَلَيْهِ النِّجَافُ وَالْبُنْيَانُ وَلَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نُحَرِّكَهُ حَتَّى نُصْبِحَ فَنَنْظُرَ مِنْ أَيْنَ أَتَى. قَالَ: فَرَجَعْتُ وَتَرَكْتُ الْبَابَيْنِ مَفْتُوحَيْنِ. فَلَمَّا أَصْبَحْتُ غَدَوْتُ عَلَيْهِمَا فَإِذَا الْحَجَرُ الَّذِي فِي زَاوِيَةِ الْبَابِ (3) مَثْقُوبٌ، وَإِذَا فِيهِ أَثَرُ مَرْبَطِ الدَّابَّةِ قَالَ: فَقُلْتُ لِأَصْحَابِي: مَا حُبِسَ هَذَا الْبَابُ اللَّيْلَةَ إِلَّا عَلَى نَبِيٍّ، وَقَدْ صَلَّى اللَّيْلَةَ فِي مَسْجِدِنَا.  

Ponpes Mulya Abadi Mulungan

2015/06/10

Nama Tujuh Neraka



Ibnu Juraij berkata, “Neraka tujuh tingkatan:
1.     Jahannam.
2.     Lazho.
3.     Huthomah.
4.     Saiir.
5.     Saqor.
6.     Jahiim.
7.     Haawiyah.
Firman Allah, “Tiap pintunya berhak (dipenuhi dengan) bagian yang ditentukan.” Maksudnya, “Tiap tingkatan dihuni oleh kaum tertentu.” [1]




[1] تفسير البغوي - إحياء التراث (3/ 59)
قَالَ علي كرم الله وجهه: تَدْرُونَ كَيْفَ أَبْوَابُ النَّارِ هَكَذَا ووضع إِحْدَى يَدَيْهِ عَلَى الْأُخْرَى، أَيْ: سبعة أطباق بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ وَإِنَّ اللَّهَ وَضَعَ الْجِنَانَ عَلَى الْعَرْضِ وَوَضَعَ النيران [أطباق] بَعْضَهَا فَوْقَ بَعْضٍ. قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: النَّارُ سَبْعُ دَرَكَاتٍ أَوَّلُهَا جَهَنَّمُ ثُمَّ لَظَى ثُمَّ الْحُطَمَةُ ثُمَّ السَّعِيرُ ثُمَّ سَقَرُ ثُمَّ الْجَحِيمُ ثُمَّ الْهَاوِيَةُ. لِكُلِّ بابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ، أَيْ: لِكُلِّ دَرَكَةٍ قَوْمٌ يَسْكُنُونَهَا.  


Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

Jahannam Berpintu Tujuh


Jahannam Berpintu Tujuh


Lahaa sab’atu abwaabin likulli baabin minhum juzun maqsuum. Dia berpintu tujuh. Tiap pintunya berhak dimasuki oleh bagian (kaum) yang ditentukan. [Qs Al-Hijr 44].
Dalam kitab Al-Khazin dijelaskan, Addhohak berkata:
1.     “Lapisan neraka terdangkal, dihuni oleh kaum Tauhid. Mereka dimasukkan dan disiksa di dalamnya, sekadar dosa-dosa mereka. Akhirnya dikeluarkan.
2.     Bawahnya dihuni oleh kaum Nashrani.
3.     Bawahnya dihuni oleh kaum Yahudi.
4.     Bawahnya dihuni oleh kaum Shobiin.
5.     Bawahnya dihuni oleh kaum Majusi.
6.     Bawahnya dihuni oleh kaum Syirik.
7.     Bawahnya dihuni oleh kaum Munafiq, sebagaimana Firman Taala ‘sungguh kaum Munafiq di lapisan neraka lebih redah’.”


Addhohak adalah guru besar Bukhari. Dan Salamah bin Al-Akwak veteran Perang Mutah, yakni Abu Ashim Addhohak bin Makhlad, murid Yazid bin Abi Ubaid, murid Salamah bin Al-Akwa’ sahabat Rasulillah SAW. [2]



[1] تفسير الخازن = لباب التأويل في معاني التنزيل (3/ 57)
 قال الضحاك: في الدركة الأولى أهل التوحيد الذين أدخلوا النار يعذبون فيها بقدر ذنوبهم ثم يخرجون منها، وفي الثانية النصارى، وفي الثالثة اليهود، وفي الرابعة الصابئون، وفي الخامسة المجوس، وفي السادسة أهل الشرك، وفي السابعة المنافقون فذلك، قوله سبحانه وتعالى «إن المنافقين في الدرك الأسفل من النار» عن ابن عمر عن النبي صلّى الله عليه وسلّم قال «لجهنم سبعة أبواب باب منها لمن سل السيف على أمتي أو قال على أمة محمد صلّى الله عليه وسلّم» أخرجه الترمذي.

[2] صحيح البخاري (5/ 144)
4272 - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: «غَزَوْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعَ غَزَوَاتٍ، وَغَزَوْتُ مَعَ ابْنِ حَارِثَةَ اسْتَعْمَلَهُ عَلَيْنَا»
__________

[تعليق مصطفى البغا]
4023 (4/1556) -[ش (ابن حارثة) هو زيد رضي الله عنه. (استعمله) جعله أميرا والظاهر أن هذا في غزوة مؤتة].  



Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

2015/06/09

Dosa Makan Riba



Kajian Bersambung
Surat Al-Baqarah 275 – 277

Dosa Makan Riba

{الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (275) يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ (276) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (277)} [البقرة: 275 - 277].


Artinya:
(Di hari Kiamat), para pemakan riba takkan berdiri, kecuali seperti berdirinya orang yang didorong oleh Syaitan, karena mass (kerasukan jin). Itu karena sungguh mereka telah berkata, “Hakikinya dagangan seperti riba.” Padahal perdagangan telah dihalalkan, dan riba telah diharamkan (oleh Allah). Maka barangsiapa telah kedatangan Peringatan dari Tuhannya, lalu berhenti, yang telah berlalu ‘untuk’ dia. Urusan dia terserah Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (275)

Allah melebur riba dan mengembangkan shodaqoh-shodaqoh. Allah tidak senang tiap-tiap kaum Kafir yang banyak dosa. (276)

Sungguh kaum yang beriman, menegakkan sholat, dan menunaikan zakat, berhak mendapatkan pahala mereka di sisi Tuhan mereka. Tiada khawatir atas mereka dan mereka tiada susah. (277)