SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Saat Mendengar Firman Tuhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saat Mendengar Firman Tuhan. Tampilkan semua postingan

2013/11/07

Saat Mendengar Firman Tuhan


Ketika Allah berfirman; seluruh anggota tubuh Musa AS mendengarkan. Walau tidak shohih, riwayat ini bisa dijadikan rujukan: تفسير الزمخشري = الكشاف عن حقائق غوامض التنزيل (3/ 54)

 روى أنه لما نودي يا مُوسى قال: من المتكلم؟ فقال له الله عز وجل: إِنِّي أَنَا رَبُّكَ، وأن إبليس وسوس إليه فقال: لعلك تسمع كلام شيطان. فقال: أنا عرفت أنه كلام الله بأنى أسمعه من جميع جهاتى الست، وأسمعه بجميع أعضائى. وروى أنه حين انتهى رأى شجرة خضراء من أسفلها إلى أعلاها كأنها نار بيضاء تتقد ، وسمع تسبيح الملائكة، ورأى نورا عظيما فخاف وبهت، فألقيت عليه السكينة ثم نودي، وكانت الشجرة عوسجة. وروى: كلما دنا أو بعد لم يختلف ما كان يسمع من الصوت. وعن ابن إسحاق: لما دنا استأخرت عنه، فلما رأى ذلك رجع وأوجس في نفسه خيفة، فلما أراد الرجعة دنت منه، ثم كلم. قيل: أمر بخلع النعلين لأنهما كانتا من جلد حمار ميت غير مدبوغ عن السدى وقتادة. وقيل: ليباشر الوادي بقدميه متبركا به. وقيل: لأن الحفوة تواضع لله، ومن ثم طاف السلف بالكعبة حافين، ومنهم من استعظم دخول المسجد بنعليه، وكان إذا ندر منه الدخول منتعلا تصدق، والقرآن يدل على أن ذلك احترام للبقعة وتعظيم لها وتشريف لقدسها. وروى أنه خلع نعليه وألقاهما من وراء الوادي طُوىً.

Artinya:
Diriwayatkan, “Sungguh ketika diseru, Musa menjawab ‘siapa yang berbicara ini?’. 
Allah menjawab ‘Sungguh Aku Tuhanmu’
Iblis menggoda dengan serius pada Musa ‘barangkali yang kau dengar ucapan Syaitan?’. 
Musa berkata ‘saya tahu bahwa ini Firman Allah! Karena saya mendengar dari enam arah! Dan seluruh anggota tubuh saya mendengar!’.”
Diriwayatkan, “Sungguh ketika telah sampai, Musa melihat pohon yang mulai bawah hingga atasnya berwarna hijau. Seperti api berwarna putih menyala-nyala. Dan mendengar tasbih para malaikat. Dan ada api yang indahnya luar biasa. Musa takut dan bingung, namun lalu diberi ketenangan, lalu diseru. Nama pohon tersebut ‘Ausajah’.”
Diriwayatkan, “Setiap Musa mendekat atau menjauh, suara yang didengar tidak berubah.”
Menurut Ibnu Ishaq, “Ketika Musa mendekat; pohon menjauh. Ketika telah menyadari keadaan, Musa memutuskan untuk pulang, dengan ketakutan. Ketika telah bergerak; pohon mendekat. Dan Allah berdialog dengan dia.”
Ada yang menjelaskan, “Musa diperintah agar melepas dua sandalnya. Karena dibuat dari kulit himar membangkai, yang belum disamak.”
Menurut dua tabiin hebat; Assuddi dan Qatadah, “Agar dua telapak kakinya bersentuhan langsung pada jurang tersebut. Agar mendapatkan barakah.”
Ada yang menjelaskan, “Karena telanjang kaki adalah sebagai pernyataan merendah pada Allah. Berangkat dari itu, jika thowaf di Ka’bah, kaum Salaf sama telanjang kaki. Sebagian mereka ada yang beranggapan ‘masuk Masjid’ dengan bersandalan ‘perkara yang besar’. Kalau ketika masuk Ka’bah; keliru ‘bersandal’, dia bersodaqoh. 
Al-Qur’an juga menunjukkan bahwa perintah agar Musa melepaskan sandal; sebagai mengagungkan dan memuliakan perbukitan (بقعة) tersebut.”  


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia