Abdullah
bin Dawud Al-Wasithi berkata, “Suatu hari saya wuquf di Arafah. Tiba-tiba ada
wanita membaca Ayat yang artinya, ‘barangsiapa dibimbing oleh Allah, maka tak ada yang menyesatkan
dia. Barang siapa disesatkan oleh Allah, maka tiada yang menunjukkan dia’.
Saya
bertanya ‘siapa kau?’.
Dia
menjawab ‘saya wanita tersesat’.
Saya
segera turun dari unta, dan berkata ‘hai! Bagaimana kisahmu? Hingga tersesat?’.
Dia membaca Ayat ‘{وَلَا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا}’.
(Artinya: Jangan mengikuti yang kau tak
memiliki ilmunya! Sungguh pendengaran, penglihatan, dan hati; semua itu, akan
ditanya tentang ilmu).
Saya
berkata dalam hati ‘mungkin dia orang Haruriah, yang tidak memahami bahasa
kami’. Lalu saya bertanya ‘kau datang dari mana?’.
Dia
membaca Ayat ‘{سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى} [الإسراء: 1]’.
(Artinya: Maha Suci yang telah
menjalankan HambaNya, di waktu malam, dari Masjidil-Haram menuju
Masjidil-Aqsha).
Saya
menyuruh agar dia naik unta saya, yang segera saya tuntun, membawa dia ke kota-kota Al-Maqdis.
Ketika
sampai ke tengah kota, saya bertanya ‘hai Bu! Di sini, siapa yang harus saya
panggil?’.
Dia
membaca beberapa Ayat ‘{يَا
دَاودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ} ، {يَا زَكَرِيَّا إِنَّا
نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ} [مريم: 7] ، {يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ}
[مريم: 12]’.
(Artinya: Hai Dawud! Sungguh Kami telah
menjadikan Khalifah di bumi, padamu!. Hai Zakariya! Sungguh Kami memberi kabar
gembira mengenai bayi. Hai Yahya! Ambilah Kitab ini dengan kuat!).
Saya
segera berteriak ‘Ya Dawud! Ya Zakariya! Ya Yahya!’.
Tak
lama kemudian, muncul tiga pemuda, dari tiga kampung. Dengan berbahagia mereka
berkata ‘demi Tuhan Ka’bah! Dia ibu kami yang telah hilang selama tiga hari’.
Setelah
diturunkan dari unta, si ibu membaca Ayat ‘{فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ
إِلَى الْمَدِينَةِ} [الكهف: 19]’. (Artinya: Maka utuslah seorang kalian!
Agar membawa uang perak ini, menuju kota! (Selanjutnya agar dia mengecek, mana
yang lebih suci makanannya? Hendaklah dia membawakan pada kalian, sebagian makanan
tersebut, untuk kalian! Namun hendaklah dia berhati-hati!)).
Saya
menerima pemberian, dan bertanya ‘kenapa ibu ini, tidak mau berbicara dengan
bahasa kita pada umumnya?’.
Tambahan
keterangan:
Mestinya
dalam perjalanan itu, lelaki penuntun unta itu, berkali-kali bertanya.
Tetapi selalu dijawab, dengan kalimat-kalimat Al-Qur’an. Hingga dia
terheran-heran, dan bertanya pada keluarga wanita tersebut.