SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/03/07

Api di Bawah Kabah




Adam AS yang pertama kali membangun Kabah
Dalam Umdatul-Qari juz 14 halaman 389 dijelaskan:
Mereka telah berselisih paham tentang Awal Pembangun Kabah. 
Dijelaskan, “Awal orang yang membangun Adam AS.”
Ini pendapat Ibnu Ishaq.

Ada yang berkata, “Awal yang membangun ulang Kabah, Nabi Syits AS. Konon sebelum dibangun ulang oleh Syits AS, Kabah berupa bangunan dari mutiara merah. Nabi Adam mengelilingi dan memasuki agar merasa tenang, karena dia diturunkan dari surga.”
Ada yang berkata, “Awal orang yang membangun ulang, para malaikat. Itu terjadi karena di saat mereka berkata pada Allah:
‘Kenapa Tuhan akan mencipta orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya?’ (Al-Ayah).
Mereka khawatir dan tawaf tujuh kali mengelilingi Arasy. Mencari Keridhoan Allah dan merendah pada Allah.
Allah perintah agar mereka membuat Bait Al-Ma’mur di langit tujuh, agar mereka mengelilingi. Mengelilingi Baitil-Ma’mur lebih ringan daripada mengelilingi Arasy. Lalu Allah perintah agar para malaikat membangun Bait (Rumah) pada setiap langit dan setiap bumi.”
Mujahid berkata, “Jumlah Bait (Rumah), 14.”
Diriwayatkan, “Ketika para malaikat memberi pondasi Kabah, bumi terbelah hingga dasarnya. Lalu ada bebatuan yang dilemparkan seperti kawanan unta. Itulah yang akhirnya menjadi pondasi Baitillah, yang diletakkan oleh Ibrahim dan Isma’il AS, agar menjadi Kabah.
Ketika banjir besar zaman Nuh AS melanda, Kabah diangkat dan Hajar Aswad ditinggalkan di gunung Abal-Qubais.”

Dalam Ar-Rudhul-Unuf, juz 1 halaman 335, dijelaskan:
1.     Kabah dibangun ulang, pertama kali oleh Nabi Syits bin Adam AS.
2.     Pembangunan kedua oleh Nabi Ibrahim AS, dengan mengikuti pondasi sebelumnya.
3.     Pembangunan ketiga dilakukan oleh kaum Quraisy, lima tahun sebelum Islam datang.
4.     Pembangunan keempat dilakukan, setelah Kabah  kebakaran di zaman Ibnu Zubair. Kebakaran terjadi karena batu api yang dilontarkan dari atas gunung Abi Qubais, mengenai dan membakar selambu Kabah. Ibnu Zubair bermusyawarah mengenai Rencana Merobohkan Kabah. Namun, mereka takut diajak merobohkan Kabah, “Kami berpandangan, sebaiknya tuan cukup memperbaiki bagian yang rusak saja, tidak perlu merobohkan.” Ibnu Zubair berkata, “Kalau rumah seorang kalian kebakaran, tentu dia ingin menyempurnakan pembenahannya. Dan tidak mungkin sempurna, kecuali dengan cara dirobohkan dulu.” Akhirnya Ibnu Zubair merobohkan. Ia menggali sampai pondasi Ibrahim AS. Ia menyuruh agar penggaliannya diperdalam lagi. Ketika menggerak-gerakkan batu pondasi, mereka kaget karena melihat api. Ibnu Zubair menyuruh agar mereka membiarkan pondasi tersebut, lalu mengawali penggalian dari dasar galian. Ketika perobohan Kabah berhasil sampai pondasi, Ibnu Zubair menutup Kabah dengan sitir, sehingga orang-orang yang thawaf mengelilingi sitir tersebut sebagai ganti dinding Kabah sementara. Masyarakat kurang berkenan dengan keadaan tersebut. Jumlah orang yang thawaf menjadi berkurang. Ada yang menjelaskan, “Di hari Ibnu Zubair dibunuh, terjadi peperangan dahsyat. Mayoritas manusia sangat sibuk karena peperangan tersebut. Tak seorang pun mengelilingi Kabah. Hanya ada unta yang mengelilingi.” Pintu Kabah diturunkan hingga menempel tanah. Sebelum wafat, Ibnu Zubair telah memasang pintu Kabah bagian belakang (barat), dan memasukkan Hijr Isma’il ke dalam Kabah. Alasan Ibnu Zubair, Hadits yang diterimanya dari ‘Aisyah. Nabi SAW bersabda, “Apa kau tak berpikir mengenai Saat Kaummu Membangun Ulang Kabah? Mereka telah mengurangi dari pondasi Ibrahim, di saat biaya mereka kekurangan. Kalau bukan karena kaummu yang baru meninggalkan adat Jahiliyah, niscaya aku telah merobohkan. Selanjutnya aku membuat pintu belakang turun ke tanah. Dan Hijr Isma’il tentu telah kumasukkan ke dalam Kabah. Ibnu Zubair berkata, “Kini kami tidak keberatan membiayai.” Beliau RA membangun ulang, berdasarkan Hadits yang ia terima dari ‘A’isyah tersebut. Ketika telah menjadi penguasa Islam sedunia, Abdul-Malik bin Marwan berkata, “Kami tidak menggubris Abi Khubaib (Ibnu Zubair) sedikitpun.” Lalu beliau merobohkan bangunan Kabah tersebut.

5.     Selanjutnya dibangun lagi seperti yang ada pada zaman Nabi SAW. Setelah rampung dibangun ulang, Harits bin Abi Rabi’ah (seorang tokoh Islam yang terkenal dengan julukannya ‘Al-Quba’, datang kepada Abd Al-Malik. Saudara laki-laki Umar bin Abi Rabi’ah yang menjadi penyair terkenal tesebut, ditemani seorang lelaki. Menyampaikan Hadits dari ‘Aisyah yang tertulis di atas. Abd Al-Malik menyesali perbuatannya. Ia menancapkan tongkat yang ia pegang ke bumi, sambil berkata, “Mestinya aku senang membiarkan Aba Khubaib (Ibnu Zubair) merubah Kabah seperti itu, seperti yang ia inginkan.” Inilah pembangunan ulangan kelima.

0 komentar:

Posting Komentar