Salib
tertua dan terkeramat, Salib Shalbut. Di atas Salib itu, diyakini Yesus pernah disalib oleh kaum Yahudi, atas perintah raja mereka bernama Dawud. Mungkin diberi nama Shalbut karena dibuat dari kayu Shalbut.
Ketika Perang Salib Tiga berlangsung, Salib ini pernah direbut oleh pasukan Shalahuddiin; dan sontak kaum Nashrani pembawanya menjadi lemah dan putus-asa.
Ibnul-Atsir
menjelaskan:
“وأخذ المسلمون صليبهم الأعظم الذي يسمونه صليب الصلبوت، ويذكرون أن فيه
قطعة من الخشبة التي صلب عليها المسيح، عليه السلام، بزعمهم، فكان أخذه عندهم من
أعظم المصائب عليهم، وأيقنوا بعده بالقتل والهلاك، هذا والقتل والأسر يعملان في
فرسانهم ورجالتهم .
Artinya:
Orang-orang Islam merebut
Salib paling agung yang mereka namakan Salib Shalbut. Mereka menjelaskan ‘di
dalam Salib tersebut ada kayu yang dulu dipergunakan menyalib Al-Masih AS’ menurut keyakinan mereka. Konon
penyitaan Salib Shalbut dari mereka merupakan musibah terbesar bagi mereka.
Mereka yakin akan segera terrenggut kematian dan kerusakan. Inilah kenyataan,
pembunuhan dan penawanan pun bertubi-tubi melanda para pasukan berkuda maupun
angkatan darat mereka.”
Hanya
saja pengikut Isa AS tidak menyembah Salib sebelum ada Raja Qusthantin
(Konstantin). Tigaratus tahun setelah Yesus (Isa AS) diangkat ke langit. Raja Qusthantin (قسطنطين) mengikuti ajakan ibunya menjadi pengikut
Isa AS. Raja Romawi yang pertama-kali pengikut Nashrani inilah yang memaksa pengikut Isa AS agar menyembah Salib. Dia membakar siapa saja yang membangkang perintahnya. Cukup banyak orang
yang meninggal-dunia dalam keadaan matang karena kekejaman tersebut. Tetapi
keinginannya tercapai: mulai sejak itu Salib disembah.
Bukhari
juga pernah menyebutkan Salib:
عَنْ
أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى
رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ « هَلْ تُضَارُونَ فِى رُؤْيَةِ الشَّمْسِ
وَالْقَمَرِ إِذَا كَانَتْ صَحْوًا » . قُلْنَا لاَ . قَالَ « فَإِنَّكُمْ لاَ
تُضَارُونَ فِى رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ يَوْمَئِذٍ ، إِلاَّ كَمَا تُضَارُونَ فِى
رُؤْيَتِهِمَا - ثُمَّ قَالَ - يُنَادِى مُنَادٍ لِيَذْهَبْ كُلُّ قَوْمٍ إِلَى
مَا كَانُوا يَعْبُدُونَ . فَيَذْهَبُ أَصْحَابُ الصَّلِيبِ مَعَ صَلِيبِهِمْ ،
وَأَصْحَابُ الأَوْثَانِ مَعَ أَوْثَانِهِمْ ، وَأَصْحَابُ كُلِّ آلِهَةٍ مَعَ
آلِهَتِهِمْ حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ
، وَغُبَّرَاتٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ ، ثُمَّ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ تُعْرَضُ
كَأَنَّهَا سَرَابٌ فَيُقَالُ لِلْيَهُودِ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ قَالُوا
كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ . فَيُقَالُ كَذَبْتُمْ لَمْ يَكُنْ
لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ فَمَا تُرِيدُونَ قَالُوا نُرِيدُ أَنْ
تَسْقِيَنَا ، فَيُقَالُ اشْرَبُوا فَيَتَسَاقَطُونَ فِى جَهَنَّمَ ثُمَّ يُقَالُ
لِلنَّصَارَى مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ فَيَقُولُونَ كُنَّا نَعْبُدُ الْمَسِيحَ
ابْنَ اللَّهِ . فَيُقَالُ كَذَبْتُمْ لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ
، فَمَا تُرِيدُونَ فَيَقُولُونَ نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا . فَيُقَالُ اشْرَبُوا
. فَيَتَسَاقَطُونَ حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ
فَاجِرٍ فَيُقَالُ لَهُمْ مَا يَحْبِسُكُمْ وَقَدْ ذَهَبَ النَّاسُ فَيَقُولُونَ
فَارَقْنَاهُمْ وَنَحْنُ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَيْهِ الْيَوْمَ وَإِنَّا سَمِعْنَا
مُنَادِيًا يُنَادِى لِيَلْحَقْ كُلُّ قَوْمٍ بِمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ .
وَإِنَّمَا نَنْتَظِرُ رَبَّنَا - قَالَ - فَيَأْتِيهِمُ الْجَبَّارُ . فَيَقُولُ
أَنَا رَبُّكُمْ . فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا . فَلاَ يُكَلِّمُهُ إِلاَّ
الأَنْبِيَاءُ فَيَقُولُ هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ آيَةٌ تَعْرِفُونَهُ
فَيَقُولُونَ السَّاقُ . فَيَكْشِفُ عَنْ سَاقِهِ فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ
، وَيَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ لِلَّهِ رِيَاءً وَسُمْعَةً ، فَيَذْهَبُ كَيْمَا
يَسْجُدَ فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا ، ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ
فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَىْ جَهَنَّمَ » . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا
الْجَسْرُ قَالَ « مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ ، عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلاَلِيبُ
وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ ، لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ تَكُونُ بِنَجْدٍ يُقَالُ
لَهَا السَّعْدَانُ ، الْمُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ
وَكَالرِّيحِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ ، فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَنَاجٍ
مَخْدُوشٌ وَمَكْدُوسٌ فِى نَارِ جَهَنَّمَ ، حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ
سَحْبًا ، فَمَا أَنْتُمْ بِأَشَدَّ لِى مُنَاشَدَةً فِى الْحَقِّ ، قَدْ
تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِ يَوْمَئِذٍ لِلْجَبَّارِ ، وَإِذَا رَأَوْا
أَنَّهُمْ قَدْ نَجَوْا فِى إِخْوَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِخْوَانُنَا
كَانُوا يُصَلُّونَ مَعَنَا وَيَصُومُونَ مَعَنَا وَيَعْمَلُونَ مَعَنَا .
فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ
دِينَارٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ . وَيُحَرِّمُ اللَّهُ صُوَرَهُمْ عَلَى
النَّارِ ، فَيَأْتُونَهُمْ وَبَعْضُهُمْ قَدْ غَابَ فِى النَّارِ إِلَى قَدَمِهِ
وَإِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا ، ثُمَّ يَعُودُونَ
فَيَقُولُ اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ
فَأَخْرِجُوهُ . فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا ، ثُمَّ يَعُودُونَ فَيَقُولُ
اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ
فَأَخْرِجُوهُ . فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا » . قَالَ أَبُو سَعِيدٍ فَإِنْ لَمْ
تُصَدِّقُونِى فَاقْرَءُوا ( إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ
تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا ) « فَيَشْفَعُ النَّبِيُّونَ وَالْمَلاَئِكَةُ
وَالْمُؤْمِنُونَ فَيَقُولُ الْجَبَّارُ بَقِيَتْ شَفَاعَتِى . فَيَقْبِضُ
قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجُ أَقْوَامًا قَدِ امْتُحِشُوا ، فَيُلْقَوْنَ
فِى نَهَرٍ بِأَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ مَاءُ الْحَيَاةِ ، فَيَنْبُتُونَ
فِى حَافَتَيْهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِى حَمِيلِ السَّيْلِ ، قَدْ
رَأَيْتُمُوهَا إِلَى جَانِبِ الصَّخْرَةِ إِلَى جَانِبِ الشَّجَرَةِ ، فَمَا
كَانَ إِلَى الشَّمْسِ مِنْهَا كَانَ أَخْضَرَ ، وَمَا كَانَ مِنْهَا إِلَى
الظِّلِّ كَانَ أَبْيَضَ ، فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ اللُّؤْلُؤُ ، فَيُجْعَلُ
فِى رِقَابِهِمُ الْخَوَاتِيمُ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فَيَقُولُ أَهْلُ
الْجَنَّةِ هَؤُلاَءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ أَدْخَلَهُمُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ
عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلاَ خَيْرٍ قَدَّمُوهُ . فَيُقَالُ لَهُمْ لَكُمْ مَا
رَأَيْتُمْ وَمِثْلُهُ مَعَهُ » .
Artinya:
Dari Abi Sa’id: “Kami pernah berkata ‘ya Rasulallah, bukankah di hari Kiamat
nanti kita akan melihat Tuhan kita?’.
Nabi bersabda ‘apakah
kalian merasa kesulitan melihat matahari dan bulan ketika terang benderang?’.
Kami menjawab ‘tidak’.
Nabi bersabda ‘sungguh kalian di hari itu takkan kesulitan melihat Tuhan
kalian, kecuali bagaikan kalian kesulitan menyaksikan duanya’, lalu besabda
lagi ‘akan ada penyeru yang menyerukan semua kaum agar datang menuju
yang dulunya mereka sembah!’.
Para penyembah berhala
bergerak bersama berhala mereka.
Semua kaum bergerak
bersama Tuhan-Tuhan mereka.
Yang tersisa hanya orang yang menyembah Allah yang baik maupun yang
jelek, dan sisa-sisa ahli kitab.
Lalu Jahanam akan
didatangkan, bentuknya mirip sekali fatamorgana. Selanjutnya dikatakan pada
umat Yahudi ‘apa yang dulu kalian sembah?’.
Mereka menjawab ‘kami dulu
menyembah Uzair Putra Allah’.
Akan dilontarkan jawaban ‘kalian
telah bohong. Allah mutlak tidak beristri maupun berputra. Lalu apa yang kalian
inginkan?’.
Mereka berkata ‘kami
ingin Tuhan memberi minum kami’.
Ada jawaban yang
dilontarkan ‘minumlah!’.
Ternyata mereka justru
berguguran ke Jahanam, saat memasuki fatamurgana itu.
Selanjutnya dikatakan
pada umat Nashrani ‘apa yang dulu kalian sembah?’.
Mereka berkata ‘kami dulu
menyembah Al-Masih Putra Allah’.
Ada jawaban yang
dilontarkan ‘kalian telah bohong, Allah mutlak tak beristri dan tak berputra.
Lalu apa yang kalian inginkan?’.
Mereka berkata ‘kami
ingin Tuhan memberi minum kami’.
Ada jawaban yang
dilontarkan ‘minumlah!’.
Ternyata mereka
berguguran (ke Jahanam), ketika memasuki fatamorgana. Hingga akhirnya tak
tersisa kecuali orang yang dulu menyembah Allah yang baik maupun yang jelek.
Sebuah pertanyaan
dilontarkan pada mereka ‘apa yang menghalang-halangi kalian di sini?’; padahal
orang-orang sudah pergi?’.
Mereka berkata ‘dulu kami
memang memisahi mereka, sementara di hari ini, kami lebih membutuhkan Allah. Sungguh kami telah mendengar
penyeru menyerukan ‘semua kaum agar bergabung pada yang dulu mereka sembah!.
Sungguh kami menunggu Tuhan kami’.
Al-Jabbar datang pada
mereka untuk berfirman ‘Aku-lah Tuhan kalian’.[1]
Mereka berkata ‘Engkau-lah Tuhan kami’.
Yang berani berbicara
pada Allah hanya para Nabi.
Allah berfirman ‘apakah
ada tanda antara kalian dan Dia untuk mengenali Dia?’.
Mereka berkata ‘Betis’.
Allah menyingsingkan
Betis-Nya; sontak semua orang iman bersujud pada-Nya. Yang ketinggalan bersujud
hanya orang yang dulunya bersujud dengan riya’ atau pamer dan sum’ah, atau ingin
disebut-sebut. Mereka berusaha bersujud namun punggung mereka kembali tegak lagi bagaikan
sebuah kayu-elastis. Lalu Jembatan didatangkan untuk dipasang di antara dua
punggung Jahanam.
Kami bertanya ‘ya
Rasulallah, apakah Jembatan tersebut?’.
Nabi bersabda ‘lincin
menggelincirkan’.
Di jembatan tersebut ada
beberapa penyambar,
pengait, dan Chasakah yang panjang dan lebar.[2]
Pengait bermata tajam lumayan besar. Di kota Najed duri demikian itu disebut
duri Sa’dan.
Orang iman ada yang
berjalan di atas Jembatan cepat bagaikan kedipan mata. Ada yang cepat bagaikan
kilat. Ada yang cepat bagaikan angin menyambar. Ada yang cepat bagaikan kuda
dan kendaraan pilihan. Ada yang selamat tak terkena sambaran pengait. Ada yang selamat namun
tergores pengait. Ada yang selamat namun
akhirnya terlempar kedalam Jahanam. Ada juga yang harus ditarik dengan paksa.
Di hari itu kalian bukan yang lebih sangat memohon padaku ihwal hak kalian yang
jelas pada Al-Jabbar, daripada seorang iman, demikian pula ketika mereka telah
menyaksikan diri mereka selamat: yakni tentang hak mereka membela sudara-saudara
mereka. Mereka berkata ‘wahai Tuhan kami, saudara-saudara kami dulu shalat, berpuasa, dan beramal bersama
kami’.
Allah Ta’ala berfirman
‘pergilah! Orang yang di dalam hatinya kalian jumpai ada keimanan sedinar, keluarkanlah!’.
Allah mengharamkan api
neraka membakar wajah mereka.
Mereka mendatangi saudara-saudara mereka di neraka, yang saat itu ada yang
telah terbenam hingga telapak kaki. Ada juga yang tenggelam hingga pertengahan
dua betisnya. Orang-orang iman mengeluarkan saudara-saudara mereka yang mereka
kenali di dalam neraka. Lalu kembali lagi menghadap Allah yang lalu berfirman ‘berangkatlah!
Orang yang dalam hatinya kalian jumpai keimanan seberat dzarrah, keluarkanlah!’.
Mereka mengeluarkan saudara-saudara mereka dari neraka.”
Abu Sa’id berkata, “Kalau kalian tidak percaya aku, bacalah ‘إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً
يُضَاعِفْهَا –
Sungguh Allah takkan menganiaya sebobot dzarrah pun. Jika berupa kebaikan, Dia
akan melipatkannya’. [Qs An-Nisa’
40].
Lalu para Nabi AS, para Malaikat,
dan orang-orang iman,
sama memberi syafa’at kaum
iman yang di dalam neraka. Hinggga Al-Jabbar berfirman ‘yang tersisa tinggal Syafa’at-Ku’.
Allah menggenggam dari
neraka Satu Gengam,
untuk mengeluarkan kaum yang benar-benar telah hangus. Mereka diletakkan di
sungai bernama Air Kehidupan,
yang berada di mulut-mulut Surga.
Mereka tumbuh di dua pinggirannya bagaikan biji-bijian yang tumbuh di dalam
bawaan banjir. Kalian pasti pernah menyaksikan hal tersebut di sisi batu besar di
sisi sebuah pohon. Yang condong ke arah mata-hari menjadi hijau; yang condong
ke arah teduh memutih.
Mereka keluar dari
kawasan tersebut dalam keadaan indah mirip mutiara. Ada cap-cap yang melekat di pundak-pundak mereka.
Mereka pun masuk surga.
Di saat itu orang-orang
surga berkata ‘mereka ini orang-orang yang dimerdekakan oleh Rahman. Rahman
telah memasukkan mereka ke surga dengan tanpa amalan maupun kebaikan.
Akhirnya dilontarkan
perkatan ‘apa yang telah kalian saksikan dan yang semisal itu adalah
hak kalian’.” [Juz 24 halaman 290].
Oleh
karena itu sembahlah Allah yang telah perintah agar shalat menghadap Qiblat yakni Ka’bah: “وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
– Dan berasal dari manapun kau keluar, maka palingkan wajahmu ke arah Masjidil-Haram ! Dan di manapun kalian telah berada, maka palingkan wajah
kalian ke arahnya!.”
[1] Al-Jabbar adalah Allah yang Maha Pemaksa.
0 komentar:
Posting Komentar