SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/03/03

Cerita Islami : Bersyukur pada Dua Orang Tua


Di dalam kitab Az-Zawajir, diterangkan mengenai sahabat nabi SAW yang rajin beribadah, namun kesulitan mengucapkan, “Laa Ilaaha illallaah,” di waktu akan wafat. Karena kurang bersyukur pada ibunya. Nabi  SAW tahu kalau kesulitan tersebut disebabkan dia membuat ibunya sakit hati dan benci.
Memang dalam kenyataan, seorang ibu yang sedang terganggu syaitan, kalau marah ucapan dan perbuatannya tidak terkendali, membuat anak benci dan marah. Namun sebagai anak yang baik, tetap memaafkan dan mengingatkan dengan cara sebaik mungkin. Yang lebih baik lagi mendoakan hidayah dan ampunan serta rahmat, untuk mereka berdua. Itulah yang dimaksud Allah, “Wa shaachibhumaa fid-dunyaa ma’ruufa – Dan di dunia, jadikan selalu, mereka berdua, sebagai sahabatmu, dengan baik-baik.” [2]
Ada yang meyakini huruf alif setelah shad, dalam lafal shaachibhumaa di atas, litaktsir, yakni untuk menyatakan berkali-kali, sehingga di sini diartikan “Selalu.”

Banyak yang meyakini bahwa, di saat nabi SAW bersabda, “Hidung lelaki growong,” tiga kali, para sahabat terperangah, karena yang sudah-sudah, segala sabdanya selalu tentang ilmu. Ada yang memberanikan diri bertanya, “Siapakah ya Rasulallah SAW?.”
Nabi bersabda, “Orang yang menjumpai dua orang tuanya di waktu tua
. Baik seorang atau mereka berdua. Namun dia tidak masuk surga.”
Maksudnya jika dia berbakti pada dua orang tuanya, niscaya mempermudahkan dia masuk surga.

Seorang sahabat nabi SAW bernama Abdullah bin Abi Aufa berkisah, “Kami dulu pernah duduk bersama nabi SAW. Tiba-tiba datang seorang untuk melaporkan ‘ada seorang pemuda sakarat yang kesulitan mengatasi dirinya. Dia telah dituntun untuk berkata laa Ilaaha illallaah, namun tak mampu mengucapkan’.
Nabi SAW bertanya ‘apakah sebelum itu dia telah mengamalkan shalat?’.
Dia menjawab ‘tentu’.
Sontak Rasulullah SAW bangkit, dan kami pun bangkit mengikuti beliau SAW memasuki rumahnya dengan cepat.
Nabi menuntun ‘katakan laa Ilaaha illallaah’.
Dia menjawab ‘saya tidak bisa’.
Nabi bertanya ‘kenapa?’.
Ada yang menjawab ‘dia telah menentang ibunya’.
Nabi bertanya ‘apakah ibu tersebut masih hidup?’.
Beberapa orang berkata ‘betul’.
Nabi perintah ‘panggil dia!’.
Beberapa orang bergegas mengundang
, hingga Ibu Alqamah datang.
Nabi bertanya ‘apakah ini anakmu?’.
Dia berkata ‘betul’.
Nabi bertanya ‘bagaimana pendapatmu kalau saya menyalakan api besar, lalu kamu ditanya, anakmu ini kubebaskan dari api, hanya kalau kau memberi dia syafaat. Namun jika kau bersikukuh tak mau memberi syafaat, dia akan kubakar dengan api ini! Apa jika diancam begitu, kau baru akan memberi dia syafaat?’.
Dia berkata ‘ya Rasulallah, jika begitu, jelas saya akan memberi dia syafaat’.

Singkat cerita
, nabi SAW perintah padanya ‘kini saksikan pada Allah dan padaku bahwa, kebencianmu padanya telah reda!’.
Dia berdoa ‘ya Allah, sungguh hamba mempersaksikan pada-Mu dan pada Rasul-Mu bahwa sungguh kebencianku pada anakku telah reda’.
Nabi menuntun pemuda sakarat tersebut ‘katakan asyhadu an laa Ilaaha illallaahu wachdahu laa syariika lah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh’.
Ternyata dia bisa mengucapkan. Rasulullah SAW bersyukur ‘segala Puji, hak Allah yang telah menyelamatkan dia dari neraka’.”

Dalam riwayat yang lebih panjang dijelaskan, “Nama lelaki tersebut Alqamah. Mengenai mempersungguh dia dalam urusan ketaatan pada Allah, yakni shalat, puasa, dan shadaqah, sungguh sangat ‘tertib. Namun akhirnya dia terserang penyakit berat, hingga terpaksa istrinya datang ke hadirat nabi SAW untuk melaporkan ‘sungguh Alqamah suamiku sedang sakarat, saya melaporkan agar tuan mengetahui keadaannya’ (dengan menangis).
Nabi perintah Amar, Bilal dan Shuhaib ‘datanglah padanya dan tuntunlah dia agar mengucapkan syahadat !’.
Ketika tiga orang tersebut telah datang ke alamat yang dituju; saat itu Alqamah masih sakarat. Ketika mereka menuntun agar Alqamah mengucapkan laa Ilaaha illallaah; ternyata lidahnya tidak bisa mengucapkan. Mereka melaporkan kejadian tersebut pada Rasulallah SAW.
Nabi bertanya ‘apakah orang tuanya masih ada yang hidup?’.
Ada yang menjawab ‘dia masih memiliki ibu yang telah tua renta’.
Nabi mengirim pesan ‘jika kau masih mampu datang pada Rasulallah, silahkan datang kemari. Namun jika tak mampu, tunggulah saya mau datang’.
Ketika utusan Rasulullah telah datang dan menyampaikan pesan Rasulullah; dia berkata ‘diriku kupergunakan menebus nabi, saya lebih berhak datang ke hadirat beliau’.
Tak lama kemudian dia bertumpu pada tongkatnya, untuk datang dan mengucapkan salam pada Rasulillah SAW. Nabi SAW menjawab salamnya lalu bertanya ‘hai Ibu Alqamah, jujurlah padaku. Kalau kau berani bohong, Wahyu dari Allah Ta’ala akan datang padaku: Alqmah anakmu selama ini bagaimana?’.
Dia menjawab ‘memang dia rajin shalat puasa dan shadaqah’.
Rasulullah SAW bertanya ‘lalu kau sendiri bagaimana terhadap dia?’.
Dia menjawab ‘saya marah padanya’.
Nabi bertanya ‘kenapa?’.
Dia menjawab ‘dia mementingkan istri, dan menentang saya’.
Nabi bersabda ‘sungguh kemarahan Ibu Alqamah inilah, yang telah mempersulit Alqamah membaca syahadat’.
Nabi perintah Bilal ‘hai Bilal! Pergi dan kumpulkan kayu bakar yang banyak untukku!’.
Perempuan tua tersebut bertanya ‘akan kau pergunakan untuk apa ya Rasulallah?’.
Nabi menjawab ‘akan kugunakan membakar dia’. (Tentu saja ibu tersebut ketakutan. Diperkirakan di saat dia menyaksikan api yang berkobar-kobar dahsyat; air matanya berucuran membasahi pipinya. Bibirnya bergetar dan) berkata ‘ya Rasulllah, saya takkan tega menyaksikan anakku dibakar di depan mataku’.
Dengan penuh kasih sayang Rasulullah mengajarkan, ‘Siksa Allah lebih dahsyat dan lebih kekal, kalau kau senang jika Allah mengampuni anakmu, maka redakanlah kemarahanmu padanya! Selama kau masih marah padanya; shalat, puasa, dan shadaqahnya, takkan bermanfaat’.
(Barangkali wanita tua tersebut lalu meledakkan tangisan) ‘ya Rasulallah, sungguh saya mempersaksikan pada:
1.     Allah Ta’ala.
2.     Malaikat-Malaikat-Nya.
3.     Dan Muslimiin yang hadir di sini bahwa:
Sungguh kemarahanku pada Alqamah anakku telah reda’.
Rasulullah perintah ‘ya Bilal, datanglah untuk mengecek dia bisa mengucapkan laa Ilaaha illallaah apa tidak? Siapa tahu Ibu Alqamah menyatakan hanya dengan lidahnya, hanya karena sungkan padaku?.’  
Bilal segera berangkat untuk mengecek; ternyata di dalam rumah; Alqamah mengucapkan laa Ilaaha illallaah. Setelah masuk ke dalam, Bilal berkata ‘hai hadirin sekalian, yang selama ini mempersulit lidah Alqamah mengucapkan syahadat, kemarahan ibunya. Dan keridhoan Ibunya yang mempermudahkan dia mengucapkan syahadat’.
Di hari itulah Alqamah meninggal dunia. Nabi melayati dan perintah agar Alqamah dimandikan dan dikafani. Beliau menshalati bahkan menghadiri pemakamannya.
Di atas bibir kubur beliau SAW bersabda:
‘Hai kaum Muhajirin dan Anshar, barang siapa mengutamakan istri mengalahkan ibunya, maka mendapatkan Laknat Allah, malaikat, dan makhluq semuanya. Allah takkan menerima amalan sunah maupun wajibnya, kecuali jika dia:
1.     Bertobat pada Allah azza wa jalla.
2.     Berbuat baik padanya.
3.     Dan memohon keridoannya. Ridha Allah di dalam ridha Ibu; Murka Allah di dalam kemarahan Ibu’.” [3]

Baca Cerita Islami berikutnya


[1] {وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ} [لقمان: 14].
[2] {وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا } [لقمان: 15].
[3] الزواجر عن اقتراف الكبائر (2/ 111)
وَالطَّبَرَانِيُّ وَاللَّفْظُ لَهُ وَأَحْمَدُ مُخْتَصَرًا عَنْ «عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَتَاهُ آتٍ فَقَالَ: شَابٌّ يَجُودُ بِنَفْسِهِ قِيلَ لَهُ قُلْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ فَلَمْ يَسْتَطِعْ، فَقَالَ أَكَانَ يُصَلِّي؟ فَقَالَ: نَعَمْ، فَنَهَضَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَنَهَضْنَا مَعَهُ فَدَخَلَ عَلَى الشَّابِّ فَقَالَ لَهُ: قُلْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، فَقَالَ لَا أَسْتَطِيعُ، قَالَ: لِمَ؟ قِيلَ كَانَ يَعُقُّ وَالِدَتَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَحَيَّةٌ وَالِدَتُهُ؟ قَالُوا نَعَمْ، قَالَ اُدْعُوهَا فَدَعَوْهَا فَجَاءَتْ، فَقَالَ هَذَا ابْنُك؟ فَقَالَتْ: نَعَمْ، فَقَالَ لَهَا أَرَأَيْت لَوْ أَجَّجْت نَارًا ضَخْمَةً فَقِيلَ لَك إنْ شَفَعْت لَهُ خَلَّيْنَا عَنْهُ وَإِلَّا أَحْرَقْنَاهُ بِهَذِهِ النَّارِ أَكُنْت تَشْفَعِينَ لَهُ؟ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إذَنْ أَشْفَعُ، قَالَ فَأَشْهِدِي اللَّهَ وَأَشْهِدِينِي أَنَّك قَدْ رَضِيَتْ عَنْهُ، قَالَتْ اللَّهُمَّ إنِّي أُشْهِدُك وَأُشْهِدُ رَسُولَك أَنِّي قَدْ رَضِيتُ عَنْ ابْنِي، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَا غُلَامُ قُلْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَقَالَهَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ» . وَرُوِيَتْ هَذِهِ الْقِصَّةُ بِأَبْسَطَ مِنْ هَذَا، وَهِيَ: «أَنَّ ذَلِكَ الشَّابَّ اسْمُهُ عَلْقَمَةُ وَأَنَّهُ كَانَ كَثِيرَ الِاجْتِهَادِ فِي الطَّاعَةِ مِنْ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمِ وَالصَّدَقَةِ، فَمَرِضَ وَاشْتَدَّ مَرَضُهُ فَأَرْسَلَتْ امْرَأَتُهُ إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّ زَوْجِي عَلْقَمَةَ فِي النَّزْعِ فَأَرَدْت أَنْ أُعْلِمَك يَا رَسُولَ اللَّهِ بِحَالِهِ، فَأَرْسَلَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَمَّارًا وَبِلَالًا وَصُهَيْبًا وَقَالَ: امْضُوا إلَيْهِ وَلَقِّنُوهُ الشَّهَادَةَ، فَجَاءُوا إلَيْهِ فَوَجَدُوهُ فِي النَّزْعِ فَجَعَلُوا يُلَقِّنُونَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلِسَانُهُ لَا يَنْطِقُ بِهَا، فَأَرْسَلُوا إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بِذَلِكَ. فَقَالَ: هَلْ مِنْ أَبَوَيْهِ أَحَدٌ حَيٌّ؟ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَهُ أُمٌّ كَبِيرَةُ السِّنِّ، فَأَرْسَلَ إلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَقُولُ لَهَا: إنْ قَدَرْت عَلَى الْمَسِيرِ إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَإِلَّا فَانْتَظِرِيهِ فِي الْمَنْزِلِ حَتَّى يَأْتِيك، فَجَاءَ إلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَأَخْبَرَهَا بِذَلِكَ فَقَالَتْ نَفْسِي لِنَفْسِهِ الْفِدَاءُ أَنَا أَحَقُّ بِإِتْيَانِهِ فَتَوَكَّأَتْ وَقَامَتْ عَلَى عَصًا وَأَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَسَلَّمَتْ وَرَدَّ عَلَيْهَا السَّلَامَ وَقَالَ لَهَا: يَا أُمَّ عَلْقَمَةَ اُصْدُقِينِي وَإِنْ كَذَبْتنِي جَاءَ الْوَحْيُ مِنْ اللَّهِ - تَعَالَى -، كَيْفَ كَانَ حَالُ وَلَدِك عَلْقَمَةَ؟ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَانَ كَثِيرَ الصَّلَاةِ كَثِيرَ الصِّيَامِ كَثِيرَ الصَّدَقَةِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: فَمَا حَالُك؟ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا عَلَيْهِ سَاخِطَةٌ. قَالَ: وَلِمَ؟ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَانَ يُؤْثِرُ زَوْجَتَهُ وَيَعْصِينِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: إنَّ سَخَطَ أُمِّ عَلْقَمَةَ حَجَبَ لِسَانَ عَلْقَمَةَ عَنْ الشَّهَادَةِ ثُمَّ قَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: يَا بِلَالُ انْطَلِقْ وَاجْمَعْ لِي حَطَبًا كَثِيرًا، قَالَتْ وَمَا تَصْنَعُ بِهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ أُحْرِقُهُ بِالنَّارِ، قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَدِي لَا يَحْتَمِلُ قَلْبِي أَنْ تُحْرِقَهُ بِالنَّارِ بَيْنَ يَدِي، قَالَ: يَا أُمَّ عَلْقَمَةَ فَعَذَابُ اللَّهِ أَشَدُّ وَأَبْقَى، فَإِنْ سَرَّك أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُ فَارْضِي عَنْهُ فَوَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يَنْتَفِعُ عَلْقَمَةُ بِصَلَاتِهِ وَلَا بِصِيَامِهِ وَلَا بِصَدَقَتِهِ مَا دُمْت عَلَيْهِ سَاخِطَةً، فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ - تَعَالَى - وَمَلَائِكَتَهُ وَمَنْ حَضَرَنِي مِنْ الْمُسْلِمِينَ أَنِّي قَدْ رَضِيت عَنْ وَلَدِي عَلْقَمَةَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: انْطَلِقْ إلَيْهِ يَا بِلَالُ فَانْظُرْ هَلْ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَقُولَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ أَمْ لَا؟ فَلَعَلَّ أُمَّ عَلْقَمَةَ تَكَلَّمَتْ بِمَا لَيْسَ فِي قَلْبِهَا حَيَاءً مِنِّي، فَانْطَلَقَ بِلَالٌ فَسَمِعَ عَلْقَمَةَ يَقُولُ مِنْ دَاخِلِ الدَّارِ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ فَدَخَلَ بِلَالٌ فَقَالَ يَا هَؤُلَاءِ إنَّ سَخَطَ أُمِّ عَلْقَمَةَ حَجَبَ لِسَانَهُ عَنْ الشَّهَادَةِ وَإِنَّ رِضَاهَا أَطْلَقَ لِسَانَهُ ثُمَّ مَاتَ عَلْقَمَةُ مِنْ يَوْمِهِ. فَحَضَرَهُ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَمَرَ بِغُسْلِهِ وَتَكْفِينِهِ ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهِ وَحَضَرَ دَفْنَهُ، ثُمَّ قَامَ عَلَى شَفِيرِ قَبْرِهِ وَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ مَنْ فَضَّلَ زَوْجَتَهُ عَلَى أُمِّهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا إلَّا أَنْ يَتُوبَ إلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَيُحْسِنَ إلَيْهَا وَيَطْلُبَ رِضَاهَا فَرِضَا اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي رِضَاهَا وَسَخَطُ اللَّهِ جَلَّ جَلَالُهُ فِي سَخَطِهَا» ..

0 komentar:

Posting Komentar