SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/03/03

IAP 10: Kealiman Abu Bakr RA

(Bagian ke-10 dari seri tulisan Imam Al-Ghazali Pengikut Ahlus-Sunnah



Dalil lebih jelas mengenai Kealimanan Abu Bakr mengalahkan sahabat Nabi SAW lainnya :

Dari Abi Sa’id Al-Khudri, Nabi SAW telah berkhotbah untuk menyatakan ‘sungghuh Allah telah menyuruh seorang hamba, dunia atau yang di Sisi-Nya. Dia telah memilih yang di Sisi Allah’. Sontak Abu Bakr RA  menangis.
Saat itu saya berkata dalam hatiku ‘apa yang membuat Syaikh ini menangis? jika Allah menyuruh seorang hamba agar memilih, dunia atau yang di sisi Allah (kenapa dia menangis)’. Ternyata Rasulullah SAW yang dimaksud hamba tersebut. Sejak dulu memang Abu Bakr[1] lebih pandainya kami. Saat itu beliu SAW bersabda ‘ya Aba Bakr, jangan menangis! Sungguh lebih terpercayanya mengenai persahabatan dan harta manusia menurutku, Abu Bakr. Sejak dulu kalau saya mau memilih pilihan terbaik dari umatku, pasti saya telah memilih Abu Bakr. Tetapi persaudaraan dan cinta kasih Islam yang telah kulakukan. Takkan ada satu celah pun di dalam Masjid kecuali harus ditutup, kecuali celah jurusan Abi Bakr!’.”

Rujukan aslinya: صحيح البخاري (1/ 100)

466 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ حُنَيْنٍ، عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: خَطَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ» ، فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي مَا يُبْكِي هَذَا الشَّيْخَ؟ إِنْ يَكُنِ اللَّهُ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ العَبْدَ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا، قَالَ: «يَا أَبَا بَكْرٍ لاَ تَبْكِ، إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي المَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ، إِلَّا بَابُ أَبِي بَكْرٍ»
__________

[تعليق مصطفى البغا]
454 (1/177) -[ش (أمن الناس) أكثرهم جودا بنفسه وماله بدون استثابة ولا منة. (خليلا) صديقا أنقطع إليه وأفرغ قلبي لمودته من الخلة وقد قيل في معناها غير ذلك]
[3454، 3691].


Kesimpulan: Mempedulikan Kenyataan Islam makin mundur dan rapuh yang akhirnya bisa hilang dari permukaan bumi. Maka sebagai i’la’i kalimatallah [2]yang artinya menjayakan kalimat Allah, maka jalan paling tepat, kembali padaAl-Qur’an dan Al-Hadits atau As-Sunnah. Tanpa itu tidak mungkin berhasil, bahkan justru akan tersesat. Karena sejarah telah membuktikan bahwa di saat umat Islam berpegangan Al-Qur’an dan Al-Hadits, maka Allah memberi Barakah luar biasa. Sementara di saat mereka meninggalkan Al-Qur’an dan Al-Hadits; Allah menumbangkan, bahkan menukikkan mereka dari puncak kejayaan, menuju jurang dalam, bahkan turun lagi ke palung terdalam dari samodra peradaban. Bagi orang awam, bergesernya bahasa Arab ke bawah dan melambungnya bahasa English, sesuatu yang tak perlu dipersoalkan. Padahal ini termasuk hasbunalloohu laa Ilaaha illaa Huwa 'alaihi tawakkalnaa wa Huwa Robbul 'Arsyil 'Azhiiim. Dulu di saat Belanda menjajah Indonesia; mata uang Indonesia masih dihias dengan kaligrafi indah. Itu menunjukkan bahwa di saat itu bahasa Arab masih mengangkasa. Di saat itu istilah-istilah keren bagi Muslimiin adalah dari bahasa Arab. Setelah sekularisme melambung, istilah-istilah yang melambung istilah-istilah yang dari bahasa English. Ini tentu bukan karena terjadi dengan sendirinya, tetapi karena ada kekuatan yang mendorong kearah sana, Karena ada fihak yang beruntung jika umat Islam tidak tahu bahasa Arab. Yaitu akan mudah dilumpuhkan, dipengaruhi atau dibodohi, hingga akhirnya akan mudah dimusnahkan. 

Masih banyak umat Islam yang tidak tahu mengenai Perusak Agama ‘Isa Pertama-Kali.
Qurthubi menjelaskan:

قَدْ قِيْلَ: إِنَّ النَّصاَرَى كاَنُوْا عَلَى دِيْنِ اْلاِسْلاَمِ إِحْدَى وَثَماَنِيْنَ سَنَة بَعْدَماَ رُفِعَ عِيْسَى، يُصَلُّوْنَ إِلَى اْلقِبْلَةِ، وَيَصُوْمُوْنَ شَهْرَ رَمَضاَنَ، حَتَّى وَقَعَ فِيْماَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ اْليَهُوْدِ حَرْبٌ، وَكاَنَ فِي اْليَهُوْدِ رَجُلٌ شُجاعٌ يُقاَلُ لَهُ بُوْلُسُ، قَتَلَ جَماَعَةً مِنْ أَصْحاَبِ عِيْسَى فَقاَلَ: إِنْ كاَنَ الْحَقُّ مَعَ عِيْسَى فَقَدْ كَفَرْناَ وَجَحَدْناَ وَإِلَى الناَّرِ مَصِيْرُناَ، وَنَحْنُ مَغْبُوْنُوْنَ إِنْ دَخَلُوْا اْلجَنَّةَ وَدَخَلْناَ الناَّرَ، وَإِنِّي أَحْتاَلُ فِيْهِمْ فَأُضِلَّهُمْ فَيَدْخُلُوْنَ الناَّرَ، وَكاَنَ لَهُ فَرَسٌ يُقاَلُ لَهاَ الْعِقاَبُ، فَأَظْهَرَ النَّداَمَةَ وَوَضَعَ عَلَى رَأْسِهِ التُّرابَ َوَقاَلَ لِلنَّصاَرَى: أَناَ بُوْلُسُ عَدُوُّكُمْ قَدْ نُوْدِيْتُ مِنَ السَّماَءِ أَنْ لَيْسَتْ لَكَ تَوْبَةٌ إِلاَّ أَنْ تَتَنَصَّرَ، فَأَدْخَلُوْهُ فِي الْكَنِيْسَةِ بَيْتاً فَأَقاَمَ فِيْهِ سَنَة لاَ يَخْرُجُ لَيْلاً وَلاَ نَهاَراً حَتَّى تَعَلَّمَ اْلاِنْجِيْلَ، فَخَرَجَ وَقاَلَ: نُوْدِيْتُ مِنَ السَّماَءِ أَنَّ اللهَ قَدْ قَبِلَ تَوْبَتَكَ فَصَدَّقُوْهُ وَأَحَبُّوُهُ، ثُمَّ مَضَى إِلَى بَيْتِ اْلمَقْدِسِ وَاسْتَخْلَفَ عَلَيْهِمْ نَسْطُوْراً وَأَعْلَمَهُ أَنَّ عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ إِلَهٌ، ثُمَّ تَوَجَّهَ إِلَى الرُّوْمِ وَعَلَّمَهُمُ اللاَّهُوْتَ وَالناَّسُوْتَ وَقاَلَ: لَمْ يَكُنْ عِيْسَى بِإِنْسٍ فَتَأَنَّسَ وَلاَ بِجِسْمٍ فَتَجَسَّمَ وَلَكِنَّهُ ابْنُ اللهِ. وَعَلَّمَ رَجُلاً يُقاَلُ لَهُ يَعْقُوْبُ ذَلِكَ، ثُمَّ دَعاَ رَجُلاً يُقاَلُ لَهُ الْمِلْكُ فَقاَلَ لَهُ، إِنَّ اْلاِلَهَ لَمْ يَزَلْ وَلاَ يَزاَلُ عِيْسَى، فَلَمَّا اسْتَمْكَنَ مِنْهُمْ دَعاَ هَؤُلاَءِ الثَّلاَثَة وَاحِداً وَاحِداً وَقاَلَ لَهُ: أَنْتَ خاَلِصَتِيْ وَلَقَدْ رَأَيْتُ اْلمَسِيْحَ فِي النَّوْمِ وَرَضِيَ عَنِّي، وَقاَلَ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ: إِنِّيْ غَداً أَذْبَحُ نَفْسِيْ وَأَتَقَرَّبُ بِهاَ، فَادْعُ الناَّسَ إِلَى نِحْلَتِكَ، ثُمَّ دَخَلَ الْمَذَْحَ َفَذَبَحَ نَفْسَهُ، فَلَماَّ كاَنَ يَوْمُ ثاَلِثِهِ دَعاَ كُلُّ واَحِدٍ مِنْهُمُ الناَّسَ إِلَى نِحَْتِهِ، فَتَبِعَ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ طاَئِفَةٌ، فَاقْتَتَلُوْا وَاخْتَلَفُوْا إِلَى يَوْمِناَ هَذاَ، فَجَمِيْعُ النَّصاَرَى مِنَ الْفِرَقِ الثَّلاَثِ، فَهَذاَ كاَنَ سَبَبُ شِرْكِهِمْ فِيْماَ يُقاَلُ، وَاللهُ أَعْلَمُ.

Artinya:
Sungguh telah dilaporkan bahwa “Sungguh kaum Nashrani telah menetapi agama Islam selama 81 tahun, terhitung dari sejak diangkatnya ‘Isa AS kelangit. Saat itu mereka shalat menghadap qiblat, dan mengamalkan puasa Ramadhan. Akhirnya timbul peperangan antara mereka dan kaum Yahudi. Konon ada lelaki Yahudi pemberani bernama Paulus yang telah membunuh sejumlah sahabat ‘Isa AS.
Akhirnya dia berkata ‘kalau yang benar agama ’Isa berarti kami telah kafir, telah jahat, dan akan berakibat masuk neraka. Jika mereka nantinya masuk surga, sementara kita masuk neraka, kita pasti hina. Jika begitu saya akan melancarkan makar untuk menyesatkan mereka’.
Konon Paulus memiliki kuda kebanggaan bernama Iqab. Paulus berpura-pura menyesal dan meletakkan debu di atas kepalanya. Selanjutnya dia berkata pada kaum Nashrani, ‘saya Paulus musuh kalian. Sungguh saya telah diseru dari langit ‘tobatmu takkan diterima! Kecuali jika kau beragama Nashrani’. 
Kaum Nashrani mempersilahkan Paus masuk di ruangan Gereja. Dia bertempat di sana selama setahun penuh, dan tak pernah keluar untuk yang tidak perlu, siang maupun malam. Akhirnya dia berhasil mempelajari Injil. Setelah itu baru dia keluar dari Gereja. Dia berkata ‘saya telah diseru dari langit:
‘Sungguh Allah telah menerima tobatmu’.” 
Ternyata mereka mempercayai dan mencintai dia.
Dia pergi ke Baitil-Maqdis, dan mengangkat Nasthur sebagai wakil yang menggantikan kedudukannya. Saat itu Paus telah menjadi tokoh Nashrani. Dia mengajarkan pada Nasthur:
‘Sesungguhnya ‘Isa bin Maryam adalah Tuhan’.
Dia pergi ke Roma dan mengajarkan paham Lahut wa Nasut [3]Dia berkata:
’Isa bukanlah manusia, namun menjelma manusia. Dan jasad sebenarnya tidak seperti itu. Karena sebetulnya Dia Putra Allah’.
Ajaran tersebut juga diajarkan pada Ya’qub. Dia mengundang lelaki bernama Milk untuk diajar:
‘Sesungguhnya Tuhan belum dan takkan berubah sebagai ‘Isa’.
Ketika telah merasa yakin terhadap muridnya bertiga, dia mengundang mereka bertiga, satu demi satu. Semua diberi pesan, ‘kau murid khususku. Sungguh saya telah melihat ‘Isa di dalam mimpi, dan Dia telah ridha padaku’.
Pada mereka satu demi satu, dia juga berkata, ‘besok pagi saya akan menyembelih diri, sebagai taqarrub (mendekat pada Tuhan). Pesanku, ajaklah manusia menuju agamamu!’. 
Dia benar-benar memasuki ruang penyembelihan, untuk menyembelih diri.
Di hari ketiga dari peristiwa menggegerkan tersebut, murid-murid khususnya berdakwah agar manusia memasuki agama mereka. Dan tiap seorang dari mereka, mendapatkan pengikut. Pada akhirnya sekte-sekte tersebut berperang dan berselisih tak henti-henti, hingga saat ini.
Seluruh sekte Nashrani berasal dari tiga sekte tersebut. Inilah penyebab syirik mereka, menurut sebuah sumber. Dan Allah yang lebih tahu.

Masih banyak yang tidak tahu Pengertian Firman Allah:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ.
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman ‘ya ‘Isa bin Maryam, betulkah’ kau pernah berkata pada manusia ‘anggaplah aku dan ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah?’ Dia menjawab ‘Maha Suci Engkau, hamba tidak berhak mengatakan yang bukan hak hamba. Kalau hamba pernah mengatakan, tentu Tuhan telah mengetahuinya. Tuhan tahu yang di dalam hati hamba; hamba tak tahu yang di dalam Diri-Mu. Sungguh Engkau Maha Tahu Barang-Barang Ghaib.” [Qs Al-Ma’idah 116]. 
Di dalam Tafsirnya, Al-Baghawi menulis:

قاَلَ أَبُوْ رَوْقٍ: وَإِذاَ سَمِعَ عِيْسَى عَلَيْهِ السّلَام هَذاَ الْخِطاَبَ ارْعَدَتْ مَفاَصِلُهُ وَانْفَجَرَتْ مِنْ أَصْلِ كُلِّ شَعْرةٍ فِيْ جَسَدِهِ عَيْنٌ مِنْ دَمٍ، ثُمَّ يَقُوْلُ مُجِيْباً ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ: { قَالَ سُبْحَانَكَ } تَنْزِيْهاً وَتَعْظِيْماً لَكَ { مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ }.

Abu Rauq [4] berkata, “Ketika mendengar Firman ini; sendi-sendi ‘Isa AS bergetar, dan dari tiap pangkal bulu jasadnya, mengucurkan darah. Dia akan menjawab pada Allah ‘Maha Suci Engkau’, maksudnya ‘Kedahsyatan dan Keagungan [5], Hak-Mu’. Hamba tidak berhak mengatakan yang bukan hak hamba. Jika hamba pernah mengatakan tentu Engkau telah mengetahui. Kau tahu yang di dalam hati hamba; hamba tidak tahu yang di dalam Diri-Mu.” [Juz 3 halaman 122].  





Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia

[1] Abu Bakr sahabat Nabi SAW yang paling disungkani. Bukhari meriwayatkan tentang hal itu:
Riwayat aslinya: صحيح البخاري (5/ 5)
3661 - حَدَّثَنِي هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ، عَنْ بُسْرِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ عَائِذِ اللَّهِ أَبِي إِدْرِيسَ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ أَقْبَلَ أَبُو بَكْرٍ آخِذًا بِطَرَفِ ثَوْبِهِ حَتَّى أَبْدَى عَنْ رُكْبَتِهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَمَّا صَاحِبُكُمْ فَقَدْ غَامَرَ» فَسَلَّمَ وَقَالَ: إِنِّي كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ ابْنِ الخَطَّابِ شَيْءٌ، فَأَسْرَعْتُ إِلَيْهِ ثُمَّ نَدِمْتُ، فَسَأَلْتُهُ أَنْ يَغْفِرَ لِي فَأَبَى عَلَيَّ، فَأَقْبَلْتُ إِلَيْكَ، فَقَالَ: «يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ يَا أَبَا بَكْرٍ» ثَلاَثًا، ثُمَّ إِنَّ عُمَرَ نَدِمَ، فَأَتَى مَنْزِلَ أَبِي بَكْرٍ، فَسَأَلَ: أَثَّمَ أَبُو بَكْرٍ؟ فَقَالُوا: لاَ، فَأَتَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ، فَجَعَلَ وَجْهُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَمَعَّرُ، حَتَّى أَشْفَقَ أَبُو بَكْرٍ، فَجَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَاللَّهِ أَنَا كُنْتُ أَظْلَمَ، مَرَّتَيْنِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ، وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ صَدَقَ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَهَلْ أَنْتُمْ تَارِكُوا لِي صَاحِبِي» مَرَّتَيْنِ، فَمَا أُوذِيَ بَعْدَهَا
__________
[تعليق مصطفى البغا]
3461 (3/1339) -[ش (أبدى) أظهر. (صاحبكم) يعني أبا بكر رضي الله عنه. (غامر) رمى بنفسه في الأمور الخطرة. (فأسرعت إليه) بالكلام الغليظ. (يتمعر) يتغير لونه من الضجر. (واساني) من المواساة وهي التسلية والسعي في إزالة الهم وتفريج الكرب]
[4364]

[2] Bukhari meriwayatkan:

Dari Abi Musa RA,  “Seorang lelaki datang pada Nabi SAW, untuk berkata ‘seorang lelaki berperang mencari rampasan perang. Ada lagi yang karena ingin disebut-sebut. Ada lagi yang karena ingin diketahui kedudukannya. Siapakah yang di Jalan Allah?’ Nabi bersabda ‘orang yang berperang agar Kalimat Allah lebih tinggi, yang di Jalan Allah’.”
Riwayat aslinya: صحيح البخاري (4/ 20)

2810 - حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ الرَّجُلُ: يُقَاتِلُ لِلْمَغْنَمِ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلذِّكْرِ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ، فَمَنْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: «مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ العُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»
__________

[تعليق مصطفى البغا]
2655 (3/1034) -[ش أخرجه مسلم في الإمارة باب من قاتل لتكون كلمة الله هي العليا. . رقم 1904. (رجل) قيل هو لاحق بن ضميرة الباهلي رضي الله عنه. (للمغنم) أي من أجل الغنيمة. (للذكر) الشهرة بين الناس. (ليرى مكانه) مرتبته في الشجاعة]
[ر 123]

[3] Dalam Tajul-‘Urus dijelaskan:

“Sekte Nashrani lainnya, Ya’qub Al-Barda’i, kaum yang berfaham Lahut dan Nasut. Mereka Nasharni paling kafir dan paling melampaui batas” Tutur At-Taqi Al-Muqrizi di dalam sebagian risalahnya.
Rujukan aslinya: تاج العروس (3/ 423)

وفِرقَةٌ أُخرى من النصارى آل يَعْقُوب البرادعيّ، وهم يَقُولُونَ باتِّحَادِ اللَّاهُوتِ والنَّاسُوتِ، وهم أَشَدُّ النَّصَارى كُفراً وعَناداً، ذكره التقيّ المقريزيّ فِي بعض رَسَائِله.

[4] Ahli Hadits bernama Abu Rauq ada dua: أبو روق أحمد بن محمد بن بكر (Abu Rauq Achmad bin Muhammad bin Bakr), dan أَبُو رَوْقٍ عَطِيَّةُ بْنُ الْحَارِثِ (Abu Rauq ‘Athiyyah bin Al-Charits).

[5] Subhanaka atau Maha Suci Engkau maksudnya Kedahsyatan dan Keagungan adalah Hak-Mu.  



Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

0 komentar:

Posting Komentar