SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/03/03

IAP 8: Bulan Haram




Abdur-Rahman Assuhaili menulis:
قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ : فَلَمّا قَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ الْمَدِينَةَ ، قَالَ مَا أَمَرْتُكُمْ بِقِتَالِ فِي الشّهْرِ الْحَرَامِ فَوَقّفَ الْعِيرَ وَالْأَسِيرَيْنِ . وَأَبَى أَنْ يَأْخُذَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ، فَلَمّا قَالَ ذَلِكَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ سَقَطَ فِي أَيْدِي الْقَوْمِ وَظَنّوا أَنّهُمْ قَدْ هَلَكُوا ، وَعَنّفَهُمْ إخْوَانُهُمْ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فِيمَا صَنَعُوا . وَقَالَتْ قُرَيْشٌ قَدْ اسْتَحَلّ مُحَمّدٌ وَأَصْحَابُهُ الشّهْرَ الْحَرَامَ وَسَفَكُوا فِيهِ الدّمَ وَأَخَذُوا فِيهِ الْأَمْوَالَ وَأَسَرُوا فِيهِ الرّجَالَ . فَقَالَ مَنْ يَرُدّ عَلَيْهِمْ مِنْ الْمُسْلِمِينَ مِمّنْ كَانَ بِمَكّةَ إنّمَا أَصَابُوا مَا أَصَابُوا فِي شَعْبَانَ . وَقَالَتْ يَهُودُ - تَفَاءَلَ بِذَلِكَ عَلَى رَسُولِ اللّهِ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - عَمْرُو بْنُ الْحَضْرَمِيّ قَتَلَهُ وَاقِدُ بْنُ عَبْدِ اللّهِ ، عَمْرٌو ، عَمَرْت الْحَرْبَ وَالْحَضْرَمِيّ ، حَضَرْت الْحَرْبَ وَوَاقِدُ بْنُ عَبْدِ اللّهِ ، وَقُدْت الْحَرْبَ . فَجَعَلَ اللّهُ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ لَا لَهُمْ .

Artinya: Ibnu Ischaq berkata, “Maka ketika mereka telah datang pada Rasulallah SAW di Madinah, beliau bersabda ‘saya tidak perintah kalian agar berperang di bulan Haram’. Rasulallah SAW  menahan unta dan dua tawanan, tidak mau memanfatkan. Abdullah bin Jachsy dan rombongannya sedih karena teguran Rasulallah SAW  tersebut. Bahkan mereka yakin, diri mereka sungguh telah mendapat kerusakan. Saudara-saudara mereka kaum Muslimiin juga menjadi sinis terhadap Abdullah bin Jachsy dan rombongannya, karena perbuatan tersebut. Bangsa Quraisy apa lagi, mereka berkata dengan sinis ‘Muhammad dan sahabat-sahabatnya telah berani menghalalkan bulan Haram, mengalirkan darah, dan merampas harta, dan menahan beberapa pria di dalam bulan Haram’.
Kaum Muslimiin di Makkah membela saudara-saudara mereka ‘sungguh mereka berbuat demikian sudah di bulan Sya’ban.
Kaum Yahudi menyindir Rasulallah SAW’’Amer bin Al-Chadhrami dibunuh Waqid bin Abdillah. Berarti kau yang telah mengadakan peperangan karena Al-Chadhrami. Kau dan Waqid telah memancing peperangan. Kau telah mendalangi peperangan’. Namun Allah menjadikan dampak jelek justru memberatkan mereka, tiada dampak baik yang memihak mereka.”[1]’. 

Imam Al-Ghazali dan Ulama Besar Lainnya.

‘Abdur-Rahman As-Suhaili menulis:
فَلَمّا أَكْثَرَ النّاسُ فِي ذَلِكَ أَنَزَلَ اللّهُ عَلَى رَسُولِهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ { يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدّ عَنْ سَبِيلِ اللّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللّهِ } أَيْ إنْ كُنْتُمْ قَتَلْتُمْ فِي الشّهْرِ الْحَرَامِ فَقَدْ صَدّوكُمْ عَنْ سَبِيلِ اللّهِ مَعَ الْكُفْرِ بِهِ وَعَنْ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، وَإِخْرَاجُكُمْ مِنْهُ وَأَنْتُمْ أَهْلُهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللّهِ مِنْ قَتْلِ مَنْ قَتَلْتُمْ مِنْهُمْ { وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ } أَيْ قَدْ كَانُوا يَفْتِنُونَ الْمُسْلِمَ فِي دِينِهِ حَتّى يَرُدّوهُ إلَى الْكُفْرِ بَعْدَ إيمَانِهِ فَذَلِكَ أَكْبَرُ عِنْدَ اللّهِ مِنْ الْقَتْلِ { وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتّى يَرُدّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا } أَيْ ثُمّ هُمْ مُقِيمُونَ عَلَى أَخْبَثِ ذَلِكَ وَأَعْظَمِهِ غَيْرَ تَائِبِينَ ولا نَا [ ص 46 ] نَزَلَ الْقُرْآنُ بِهَذَا مِنْ الْأَمْرِ وَفَرّجَ اللّهُ تَعَالَى عَنْ الْمُسْلِمِينَ مَا كَانُوا فِيهِ مِنْ الشّفَقِ قَبَضَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ الْعِيرَ وَالْأَسِيرَيْنِ وَبَعَثَتْ إلَيْهِ قُرَيْشٌ فِي فِدَاءِ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللّهِ وَالْحَكَمِ بْنِ كَيْسَانَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لَا نُفْدِيكُمُوهَا حَتّى يَقْدَمَ صَاحِبَانَا - يَعْنِي سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقّاصٍ ، وَعُتْبَةَ بْنَ غَزْوَانَ - فَإِنّا نَخْشَاكُمْ عَلَيْهِمَا ، فَإِنْ تَقْتُلُوهُمَا ، نَقْتُلْ صَاحِبَيْكُمْ . فَقَدِمَ سَعْدٌ وَعُتْبَةُ فَأَفْدَاهُمَا رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ مِنْهُمْ . فَأَمّا الْحَكَمُ بْنُ كَيْسَانَ فَأَسْلَمَ فَحَسُنَ إسْلَامُهُ وَأَقَامَ عِنْدَ رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ حَتّى قُتِلَ يَوْمَ بِئْرِ مَعُونَةَ شَهِيدًا . وَأَمّا عُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ اللّهِ فَلَحِقَ بِمَكّةَ فَمَاتَ بِهَا كَافِرًا . فَلَمّا تَجَلّى عَنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ جَحْشٍ وَأَصْحَابِهِ مَا كَانُوا فِيهِ حِينَ نَزَلَ الْقُرْآنُ طَمِعُوا فِي الْأَجْرِ فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللّهِ أَنَطْمَعُ أَنْ تَكُونَ لَنَا غَزْوَةٌ تُعْطَى فِيهَا أَجْرَ الْمُجَاهَدِينَ ؟ فَأَنْزَلَ اللّهُ عَزّ وَجَلّ فِيهِمْ { إِنّ الّذِينَ آمَنُوا وَالّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ } فَوَضَعَهُمْ اللّهُ عَزّ وَجَلّ مِنْ ذَلِكَ عَلَى أَعْظَمِ الرّجَاءِ . وَالْحَدِيثُ فِي هَذَا عَنْ الزّهْرِيّ وَيَزِيدَ بْنِ رُومَانَ ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزّبَيْرِ . قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ : وَقَدْ ذَكَرَ بَعْضُ آلِ عَبْدِ اللّهِ بْنِ جَحْشٍ : أَنّ اللّهَ عَزّ وَجَلّ قَسَمَ الْفَيْءَ حِينَ أَحَلّهُ فَجَعَلَ أَرْبَعَةَ أَخْمَاسٍ لِمَنْ أَفَاءَهُ اللّهُ وَخُمُسًا إلَى اللّهِ وَرَسُولِهِ فَوَقَعَ عَلَى مَا كَانَ عَبْدُ اللّهِ بْنُ جَحْشٍ صَنَعَ فِي تِلْكَ الْعِيرِ . قَالَ ابْنُ هِشَامٍ : وَهِيَ أَوّلُ غَنِيمَةٍ غَنِمَهَا الْمُسْلِمُونَ . وَعَمْرُو بْنُ الْحَضْرَمِيّ أَوّلُ مَنْ قَتَلَهُ الْمُسْلِمُونَ وَعُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ اللّهِ ، وَالْحَكَمُ بْنُ كَيْسَانَ أَوّلُ مَنْ أَسَرَ الْمُسْلِمُونَ[2]

Artinya: Ketika orang-orang telah memperbanyak komentar sinis tentang tragedi tersebut; Allah menurunkan Wahyu pada Rasul-Nya, “يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدّ عَنْ سَبِيلِ اللّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللّهِ – Mereka bertanya padamu tentang bulan Haram; tentang berperang di dalamnya. Katakan ‘berperang di dalamnya (dosa) besar. Namun :
1.     Menghalang-halangi dari Jalan Allah.
2.     Mengkufuri Allah.
3.     Menghalang-halangi dari Masjidil-Haram.
4.     Dan mengusir ahlinya darinya. Lebih besar (dosanya) di sisi Allah’.” 
Maksudnya, “Kalian Muslimiin telah membunuh di bulan Haram; namun mereka kaum Kafir telah menghalang-halangi kalian dari Jalan Allah, mengkufuri Allah, menghalang-halangi dari Masjidil-Haram, dan mengeluarkan kalian dari Masjidil-Haram, padahal kalian ahli Masjidil-Haram. Adalah lebih besar di sisi Allah dari pada membunuh seorang dari mereka itu.” 
Dan fitnah lebih besar dari pada pembunuhan, maksudnya, “Mereka telah merusak agama Muslim hingga membuat dia murtad pada kekufuran setelah imannya, itu lebih besar di sisi Allah dari pada membunuh.” 
Dan mereka takkan berhenti memerangi hingga memurtadkan kalian dari agama kalian, jika mereka mampu. Maksudnya, “Lalu mereka menetapi lebih jelek dan lebih besarnya dosa tersebut dengan tidak pernah bertobat maupun menyesali.” 
Ketika Al-Qur’an [3] turun dengan membawakan sebagian jawaban tersebut; dan Allah telah memberi Jalan Keluar dari ketakutan Muslimiin; Rasulallah SAW menahan unta-unta dan dua tawanan perang.
Bangsa Quraisy mengirim orang menghadap Rasulallah SAW untuk menebus dua tawanan yang bernama ‘Utsman bin Abdillah dan Chakam bin Kaisan tersebut. Rasulallah SAW bersabda, “Kami takkan menerima tebusan kalian untuk ini semua, hingga dua sahabat kami datang” yakni Sa’ed bin Abi Waqqash [4] dan ‘Utbah bin Ghazwan. Lanjut Nabi SAW, “Karena kami mengkhawatirkan serangan kalian pada mereka berdua. Jika kalian membunuh mereka; kami juga akan membunuh dua sahabat kalian ini.” 
Sa’ed dan ‘Utbah datang-pulang. Rasulallah SAW menarik tebusan untuk unta dan dua tawanan tersebut, dari mereka. Hanya Chakam bin Kaisan justru masuk Islam dengan baik, bahkan akhirnya ia memilih tinggal di sisi Rasulallah SAW, hingga akhirnya terbunuh di dalam Perang Bi’ri Ma’unah (bulan Safar tahun empat Hijriah / Mei tahun 625 M). ‘Utsman bin Abdillah kembali ke Makkah hingga wafat di sana dalam keadaan kafir.
Ketika kasus Abdullah bin Jachsy telah membumbung ke permukaan bersamaan dengan turunnya Al-Qur’an yang membahas hal tersebut; mereka berkata, “Ya Rasulallah, bolehkah kami berangan-angan peperangan kami kemarin mendapatkan pahala sebagai orang-orang yang berjihad?.”
Allah azza wajalla menurunkan Firman mengenai mereka, “إِنّ الّذِينَ آمَنُوا وَالّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ – Sesungguhnya orang-orang yang telah berhijrah dan berjihad di Jalan Allah, mereka mengharapkan Rahmat Allah; Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” [Qs Al-Baqarah 218]. Melalui Firman tersebut, Allah telah meletkkan Lebih Besarnya Harapan untuk mereka. Sedangkan Hadits yang membahas mengenai hal ini berasal dari Az-Zuhri dan Yazid bin Ruman dari ’Urwah bin Az-Zubair [5].
Ibnu Ischaq [6]berkata, “Sungguh sebagain keluarga Abdullah bin Jachsy telah menjelaskan ‘sungguh di waktu telah menghalalkan Harta Faik [7], Allah azza wajalla membagi: yang empat perlima untuk orang yang mendapatkan Faik dari Allah, yang seperlima untuk Allah dan Rasul-Nya. Abdullah bin Jachsy dan rombongannya mendapatkan unta-unta tersebut’.”
Ibnu Hisyam[8] menyatakan, “Itulah awal-harta yang dirampas kaum Muslimiin. ‘Amer bin Al-Chadhrami awal orang yang dibunuh kaum Muslimiin. ‘Utsman bin Abdillah dan Al-Chakam bin Kaisan, awal orang yang ditawan oleh Muslimiin.”


Catatan Penting


Yang harus dicatat dan diperhatikan dari uraian di atas ialah Firman Allah, “وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ – Lagian mereka takkan berhenti memerangi kalian, hingga memurtadkan kalian dari agama kalian, jika mereka mampu. Padahal barang-siapa dari kalian murtad dari agamanya lalu mati dalam keadaan [9] kafir, maka mereka lebur amalan mereka, dan mereka penghuni neraka. Mereka akan kekal di dalamnya.” 
Memang di saat Ayat ini turun, yang dituding oleh Allah, “Mereka takkan berhenti memerangi kalian hingga memurtadkan kalian dari agama kalian, jika mereka mampu” kaum Kafir Quraisy. Walau sebetulnya mereka hanya dipengaruhi hawa-nafsu dan syaitan-syaitan. Tetapi Firrman tersebut merupakan berita dan ilmu yang harus kita respond dengan benar. Sebetulnya ada Ayat yang berhubungan erat dengan Perang Salib yang membahas mengenai Iman dan Islam: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ – Ya khususnya orang-orang yang telah beriman, jangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai kekasih! Sebagian mereka kekasih sebagian. Barang siapa dari kalian mencintai mereka, berarti dia tergolong mereka. Sungguh Allah takkan menunjukkan Kaum Aniaya. [Qs Al-Ma’idah 51]. Kenapa dikatakan “Ayat tersebut berhubungan erat dengan Perang Salib. Karena dalam Ayat tersebut terdapat seruan, larangan, berita-ramalan, hukum, dan hukum Ketuhanan:
1.     Ya khususnya orang-orang yang telah beriman.
2.     Jangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai kekasih!.
3.     Sebagian mereka kekasih sebagian.
4.     Barang siapa dari kalian mencintai mereka berarti dia tergolong mereka.
5.     Sungguh Allah takkan menunjukkan kaum Aniaya.


1.     Yang seruan sebagai dalil bahwa Allah peduli terhadap orang-orang iman.
2.     Yang larangan sebagai Petunjuk Allah agar mereka tidak tergolong Yahudi maupun Nashrani.
3.     Yang berita-ramalan sebagai bukti Muhammad seorang Nabi SAW, karena ramalan tersebut telah dinyatakan jauh-tahun sebelum terwujudnya. Bisa dikatakan sebagai Mukjizat Nabi Muhammad SAW.
4.     Yang hukum sebagai Hujah Allah di hari akhir nanti. Maksudnya jika Allah nanti menyiksa mereka yang melanggar larangan tersebut, alasannya larangan tersebut.
5.     Yang hukum Ketuhanan diberitakan agar manusia mengenal Hukum Tuhan mereka.
Yang di sini dibahas yang berita-ramalan (Nubuah) atau Mukjijzat Nabi berbentuk ramalan: بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ – Sebagian mereka kekasih-kekasih sebagian. Kalau ditinjau dari sejarah yang ada, maka takkan ditemukan kaum Yahudi menjadi kekasih kaum Nashrani, kecuali setelah Deklarasi Balfour dan seterusnya. Dan itulah titik-balik dari perubahan Perang Salib. Sebelum itu pengendali Perang Salib, kaum Salibis; namun setelah itu menjadi berubah. Di samping karena Deklarasi Balfour bertujuan membuatkan Negara Yahudi, juga karena orang Yahudi memiliki The Protokol of Zion sehingga mereka akhirnya justru yang duduk manis sambil mengomando atau membisikkan perintahnya pada kaum Salibis atas Muslimiin. Itu berarti beban umat Islam semakin berat dan sulit (Hasbunalloohu). Dan mereka tak mungkin mampu menjinjing kecuali jika mentaati Allah dan Rasul-Nya. Karena kaum Yahudi dalang berita yang mahir sejak zaman dulu, maka sudah sewajarnya jika kini istilah Perang Salib ditiadakan dalam pembicaraan, walau kenyataannya masih bahkan semakin berkobar dengan jurus-jurus sangat jitu. Semua itu membuktikan bahwa firman Allah, adalah telah dan akan selalu benar.
Selain Ayat di atas, ada lagi Ayat yang secara tidak langsung membicarkan Perang Salib: وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا – Dan tiada seorang pun dari ahli kitab kecuali sungguh akan beriman padanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti, dia akan menjadi saksi atas mereka. Bukti bahwa Ayat tersebut berbicara tentang Perang Salib, Bukhari meriwayatkan, “قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً ، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ ، وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ ، حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا » . ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ ( وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا ) – Rasulullah SAW bersabda ‘demi yang diriku di Tangan-Nya, niscaya sungguh Putra Maryam hampir sekali turun di kalangan kalian, sebagai juru hukum yang adil. Dia akan menghancurkan Salib[10], membunuh babi, dan membebaskan pajak. Dan harta akan melimpah hingga tak seorang pun menerimanya. Hingga akhirnya satu sujudan[11]lebih baik dari pada dunia seisinya’. Lalu Abu Hurairah berkata ‘bacalah jika  kalian mau: وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا – Dan tiada seorang pun dari ahli kitab, kecuali akan beriman sungguh padanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat, dia akan menjadi saksi atas mereka’.”



[1] Sya’ban dalam bahasa Jawa Ruwah, yaitu sebelum Ramadhan.
[2] Penulis meyakini naskah Maktabatus-Syamilah di atas تَائِبِينَ ولا [ ص 46 ], salah. Yang benar تَائِبِينَ وَلَا نَازِعِينَ . فَلَمّا [Siratubnu Hisyam juz 1 halaman 604].
[3] Maksud kata Al-Qur’an di sini adalah ayat Al-Qur’an.
[4] Dia veteran Perang Badar yang paling akhir wafat.
[5] Dia putra Asma’ kakak perempuan ‘A’isyah istri Rasulillah.
[6] Dia sejarawan yang juga ahli Hadits. Tulisannya banyak dinukil dalam kitab-kitab besar.
[7] Faik atau  harta-faik adalah rampasan perang. Dalam bahasa Jawa ada kata pek mungkin berasal dari bahasa Arab الْفَيْءُ (Al-Fai’) atau fai’.
[8] Dia sejarawan yang juga ahlil Hadits. Tulisannya banyak dinukil oleh para ulama termasuk Ibnu Chajar Al-Asqalani.
[9] Wa dalam kata وَمَنْ diartikan padahal karena haliyyahWa dalamوَهُوَ  (wahuwa) diartikan dalam ke-adaan juga karena haliyyah.
[10] Mungkin Al dalam kata الصَّلِيب adalah jinsiyyah, karena Ibnu Chajar menulis: هَذَا هُوَ السِّرُّ فِي تَعْمِيمِ عِيسَى كَسْر كُلِّ صَلِيبٍ لِأَنَّهُ لَا يَقْبَلُ الْجِزْيَةَ ، وَلَيْسَ ذَلِكَ مِنْهُ نَسْخًا لِشَرْع نَبِيّنَا مُحَمَّد صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ النَّاسِخ هُوَ شَرْعُنَا عَلَى لِسَانِ نَبِيِّنَا لِإِخْبَارِهِ بِذَلِكَ وَتَقْرِيره – Inilah berita rahasia mengenai pemerataan ‘Isa menghancurkan semua Salib, karena dia takkan mene-rima pajak atau upeti. Itu bukan berari dia akan merubah syari’at Nabi kita Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tetapi justru nasikh, maksudnya hukum akhir yang takkan dirubah adalah syari’at kita berdasarkan sabda Nabi kita yaitu pemberitaan dia dan persetujuan dia صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk ‘Isa. [Fatchul-Bari juz 7 halaman 408].
Abdur-Rahman As-Suhaili menulis: قَدْ رَوَى ابْنُ سَنْجَرٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ الّذِينَ خَدّدُوا الْأُخْدُودَ ثَلَاثَةٌ تُبّعٌ صَاحِبُ الْيَمَنِ ، وَقُسْطَنْطِين ابْنُ هِلَانِي - وَهِيَ أُمّهُ حِينَ صَرَفَ النّصَارَى عَنْ التّوْحِيدِ وَدِينِ الْمَسِيحِ إلَى عِبَادَةِ الصّلِيبِ وَبُخْتُنَصّرَ مِنْ أَهْلِ بَابِلَ حِينَ أَمَرَ النّاسَ أَنْ يَسْجُدُوا إلَيْهِ فَامْتَنَعَ دَانْيَالُ وَأَصْحَابُهُ فَأَلْقَاهُمْ فِي النّارِ فَكَانَتْ بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَيْهِمْ وَحَرَقَ الّذِينَ بَغَوْا عَلَيْهِمْ – Sungguh Ibnu Sanjar telah meriwayatkan dari Jubair bin Nufair “Orang yang menggali jurang-siksaan ada tiga:
  1. Raja Tuba’ (Yusuf Dzu Nu’as) penguasa kota Yaman.
  2. Raja Qusthanthin bin Hilani, Hilani adalah nama ibunya. Saat itu dia membelokkan kaum Nasharni dari tauhid dan agama Al-Masih agar menyembah Salib.
  3. Raja Bukhtunassar dari kota Babilon di saat perintah rakyatnya agar bersujud padanya; namun Nabi Danial dan sahabat-sahabatnya menentangnya. Akhirnya Bukhtunassar memasukkan mereka ke dalam api, namun api menjadi dingin dan damai atas mereka; sementara orang-orang yang menentang selain mereka dibakar.”  [Ar-Raudhul-Unuf juz 1 halaman 86].
[11] Ibnu Chajar menulis: قَالَ الْقُرْطُبِيّ : مَعْنَى الْحَدِيث أَنَّ الصَّلَاة حِينَئِذٍ تَكُون أَفْضَل مِنْ الصَّدَقَة لِكَثْرَةِ الْمَال إِذْ ذَاكَ وَعَدَم الِانْتِفَاع بِهِ حَتَّى لَا يَقْبَلهُ أَحَد . قَوْله فِي الْآيَة : ( وَإِنْ ) بِمَعْنَى مَا ، أَيْ لَا يَبْقَى أَحَد مِنْ أَهْل الْكِتَاب وَهُمْ الْيَهُود وَالنَّصَارَى إِذَا نَزَلَ عِيسَى إِلَّا آمَنَ بِهِ ، وَهَذَا مَصِير مِنْ أَبِي هُرَيْرَة إِلَى أَنَّ الضَّمِير فِي قَوْله : ( إِلَّا لَيُؤْمِنَنّ بِهِ ) وَكَذَلِكَ فِي قَوْله : ( قَبْل مَوْته ) عَوْد عَلَى عِيسَى ، أَيْ إِلَّا لَيُؤْمِنَنّ بِعِيسَى قَبْل مَوْت عِيسَى ، وَبِهَذَا جَزَمَ اِبْن عَبَّاس فِيمَا رَوَاهُ اِبْن جَرِير مِنْ طَرِيق سَعِيد بْن جُبَيْر عَنْهُ بِإِسْنَادِ صَحِيح – Al-Qurthubi berkata, “Makna Hadits tersebut di atas ‘sungguh di saat itu shalat akan lebih utama dari pada shadaqah karena di saat itu terlalu banyak harta dan tiadanya orang yang memanfaatkannya hingga tak seorang pun menerimanya’.” Firman Allah( وَإِنْ )  dalam ayat tersebut diartikan dan tiada. Maksudnya, “Tak seorang pun dari ahli kitab yaitu Yahudi dan Nashrani di saat ‘Isa AS turun, kecuai pasti beriman padanya.” Ini menunjukkan bahwa Abu Hurairah merujukkan dhamir atau kata-ganti dalam ( إِلَّا لَيُؤْمِنَنّ بِهِ ) begitu pula dalam ( قَبْل مَوْته ) pada ‘Isa. Maksudnya, “Kecuali pasti akan beriman sungguh pada ‘Isa sebelum wafatnya ‘Isa. Ibnu ‘Abbas juga telah menentukan pengertiannya pada demikian ini menurut riwayat Ibnu Jarir dari jalur Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas dengan isnad yang shahih.

0 komentar:

Posting Komentar