SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/03/03

CBI 3: Buah Cinta untuk Kaum Quraisy


(Bagian ke-3 dari seri tulisan Cinta Berbuah Indah)
Bab II


Di saat bulan, segala bintang, langit dan bumi bertasbih; Jibril memberikan Wahyu yang akhirnya diberi nama Al-Qur’an pada Nabi Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ.[1] Tak lama kemudian nabi mengajak umatnya agar menyembah Allah, dan meninggalkan berhala-berhala. Namun dakwah yang disampaikan dengan penuh ikhlas dan cinta dia pada mereka, justru ditentang mati-matian. Beruntung sekali beliau memiliki Tuhan yang sangat mencintainya. Beruntung sekali dia punya paman dan istri yang sangat mencintainya.
Bagi Nabi SAW, Al-Qur’an Anugerah Allah paling agung. Beliau pernah bersabda, “مَا مِنَ الأَنْبِيَاءِ نَبِىٌّ إِلاَّ أُعْطِىَ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِى أُوتِيتُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَىَّ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ .
Artinya:
Tiada nabi dari nabi-nabi yang telah ada, kecuali pasti telah diberi Mukjizat agar diimani manusia. Sebetulnya Mukjizat yang telah diberikan padaku adalah Wahyu (Al-Qur’an), yang telah diwahyukan padaku. Maka saya optimis, saya yang akan lebih banyak pengikutnya di hari kiamat.” [HR Bukhari]. 

Masjidil-Haram dan sekitarnya yang dulu masih sangat sederhana, tempat keluarga besar Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Beliau cucu Nabi Isma’il AS yang karena barakahnya, ada sumur Zamzam. Di saat nabi SAW masih kecil, sumur Zamzam berada di antara berhala Isaf dan Na’ilah, dua berhala yang diyakini berasal dari dua manusia berzina di dalam Ka’bah, akhirnya berubah menjadi batu dan disembah.

Dulu tempat orang-orang Quraisy menyembelih Hadyu haji atau umrah, berada di dekat sumur Zamzam. Sumur Zamzam memancarkan air pertama kali di saat Sarah ibu Isma’il sangat susah karena kehabisan persediaan air; padahal Isma’il bayinya sudah sangat kehausan. Ia melakukan sa’i hingga tujuh kali di antara gunung Shafa dan Marwah hingga capek, untuk mencari orang yang diharapkan akan bisa memberi bantuan. 
Ibu Hisyam menulis: “Tiba-tiba Sarah mendengar suara binatang-binatang buas yang mengkhawatirkan keselamatan bayinya. Dia berlari kencang mendatangi Isma’il bayinya; ternyata ada mata-air yang menyembur dari bawah tumit Jibril yang diperintah oleh Allah. Saat itu Isma’il bayi menyingkirkan air tersebut dari pipinya dan meminumnya dengan tangannya. Akhirnya Sarah membuat pematang agar air tersebut tidak pergi kemana-mana."[2]

Walau bagi orang-orang Quraisy pengakuan nabi sebagai Utusan Allah sangat asing hingga nabi dirintangi besar-besaran; namun sebetulnya bagi orang-orang Yahudi terutama bagi tokoh-tokoh mereka telah tidak asing.

Ibnu Hisyam mencatat: Chasan bin Tsabit bercerita, “Demi Allah saat itu saya masih sangat kecil, berumur tujuh atau delapan tahun. Namun saat ini saya masih bisa mengingat dengan baik apa saja yang kudengar saat itu. Ketika itu saya mendengar seorang Yahudi berteriak sekeras-kerasnya di atas rumah susun kota Yatsrib yang akhirnya disebut kota kota Madinah: ‘hai orang-orang Yahudi!’ Setelah orang-orang berkumpul dan berkata ‘celaka kau, ada apa?’ Dia menjawab ‘semalam bintang Ahmad yang menunjukkan kelahiran (Nabi) Ahmad muncul’.” [3]

Pada cucu Chasan bin Tsabit, Muhammad bin Ischaq bertanya, “Di saat Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang ke Madinah; Chasan bin Tsabit berumur berapa?.” 
Dia menjawab, “Enampuluh tahun.” 

Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ sendiri datang ke Madinah di saat berumur limapuluh tiga tahun. Berarti di saat Chasan bin Tsabit mendengar ucapan tersebut, berumur tujuh tahun. 

Ibnu Hisyam menukil tulisan Ibnu Ischaq ke dalam kitabnya mengenai Nabi Muhmmad telah diketahui sebagai nabi terakhir oleh orang-orang Yahudi pada zaman dahulu:
Sejumlah pria guru Ashim bin Umar berkata, “Selain karena Rahmat dan Hidayah Allah, yang mendorong kami masuk Islam ialah: kami dulu sering mendengar sejumlah pria Yahudi; saat itu kami masih musyrik dan menyembah berhala. Karena mereka ahli kitab maka memiliki ilmu yang tidak kami miliki. Saat itu di antara kami dan mereka sering kali ada keributan. Kalau kami di dalam keributan mengalahkan mereka hingga mereka tidak terima, mereka berkata ‘sungguh saat ini telah hampir waktunya seorang nabi diutus. Kami akan bergabung dia memerangi kalian seperti memerangi kaum Ad dan Iram’. Dulu kami sering kali mendengar perkataan tersebut dari kaum Yahudi itu. Namun setelah Allah mengutus Rasul-Nya, justru kami yang merespond ajakannya menyembah Allah Ta’ala. Di saat itulah kami menyadari maksud dari ancaman mereka pada kami dulu. Tegasnya bahwa kami justru mendahului mereka beriman padanya; sementara mereka justru mengkufurinya. Maka beberapa ayat dari Surat Al-Baqarah ini turun mengenai kami dan mereka: وَلَمّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللّهِ مُصَدّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الّذِينَ كَفَرُوا فَلَمّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ .
Artinya:
Dan ketika Kitab dari sisi Allah yang mencocoki pada yang menyertai mereka telah datang pada mereka; padahal sebelum itu mereka pernah berdoa-kemenangan untuk mengalahkan orang-orang yang telah kafir. Namun setelah yang mereka kenal telah datang pada mereka; mereka justru mengkufuri padanya. Maka laknat Allah atas orang-orang Kafir[4]

Ibnu Hisyam berkata, “يَسْتَفْتِحُونَ,” di dalam ayat tersebut artinya memohon pertolongan. Namun ada lagi “يَسْتَفْتِحُونَ,” yang diartikan minta hukum: yaitu di dalam Kitab Allah Ta’ala, رَبّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ .
Artinya:
Wahai Tuhan kami hukumilah di antara kami dan antara kaum kami dengan hak. Engkaulah sebaik-baik yang menghukumi.”



Kaum Yahudi Terperangah

Seusai Perang Khaibar (Sapar tahun tujuh Hijriah / Agustus 628 M) orang-orang Yahudi terperangah, menyaksikan nabi tidak wafat meskipun telah menelan racun mereka. Saat itulah mata mereka makin terbuka menyaksikan Muhammad Utusan Allah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ.

Bukhari meriwayatkan “عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ - قَالَ لَمَّا فُتِحَتْ خَيْبَرُ أُهْدِيَتْ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - شَاةٌ فِيهَا سُمٌّ فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « اجْمَعُوا إِلَىَّ مَنْ كَانَ هَا هُنَا مِنْ يَهُودَ » . فَجُمِعُوا لَهُ فَقَالَ « إِنِّى سَائِلُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْهُ » . فَقَالُوا نَعَمْ . قَالَ لَهُمُ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « مَنْ أَبُوكُمْ » . قَالُوا فُلاَنٌ . فَقَالَ « كَذَبْتُمْ ، بَلْ أَبُوكُمْ فُلاَنٌ » . قَالُوا صَدَقْتَ . قَالَ « فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْ شَىْءٍ إِنْ سَأَلْتُ عَنْهُ » فَقَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ ، وَإِنْ كَذَبْنَا عَرَفْتَ كَذِبَنَا كَمَا عَرَفْتَهُ فِى أَبِينَا . فَقَالَ لَهُمْ « مَنْ أَهْلُ النَّارِ » . قَالُوا نَكُونُ فِيهَا يَسِيرًا ثُمَّ تَخْلُفُونَا فِيهَا . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « اخْسَئُوا فِيهَا ، وَاللَّهِ لاَ نَخْلُفُكُمْ فِيهَا أَبَدًا - ثُمَّ قَالَ - هَلْ أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْ شَىْءٍ إِنْ سَأَلْتُكُمْ عَنْهُ » . فَقَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ . قَالَ « هَلْ جَعَلْتُمْ فِى هَذِهِ الشَّاةِ سُمًّا » . قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « مَا حَمَلَكُمْ عَلَى ذَلِكَ قَالُوا أَرَدْنَا إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا نَسْتَرِيحُ ، وَإِنْ كُنْتَ نَبِيًّا لَمْ يَضُرَّكَ  .
Artinya:
Dari Abi Hurairah رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ: Ketika Khaibar telah ditaklukkan; seekor kambing (bakar) yang diracuni dihidangkan pada nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Tak lama kemudian nabi SAW bersabda ‘kumpulkanlah orang Yahudi yang di sini!’. Akhirnya mereka dikumpulkan ke hadapan nabi. Selanjutnya nabi bersabda ’sungguh saya akan bertanya kalian: bukankah kalian sanggup berkata jujur padaku?‘. Mereka berkata ‘ya’. Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda pada mereka ‘siapa saja ayah-ayah kalian?’. Mereka berkata ‘fulan’. Tak lama kemudian nabi bersabda ‘kalian telah berbohong, yang benar ayah kalian fulan’. (Maksudnya ayah mereka disebut namanya satu-persatu). Mereka berkata ‘kau telah benar’. Nabi bersabda ‘bukankah kalian sanggup berkata jujur padaku mengenai sesuatu jika saya menanyakannya?’. Mereka berkata ‘sanggup ya ayah Qasim, jika kami berbohong kau mengetahui kebohongan kami sebagaimana kau telah mengetahui kebohongan kami tentang ayah kami’. Nabi bersabda pada mereka ‘sipakah ahli neraka?’. Mereka menjawab ‘kami akan di dalam neraka sebentar, lalu kalian akan menggantikan kami di dalamnya’. Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda ‘hinalah di dalamnya. Demi Allah selamanya kami takkan menggantikan kalian di dalamnya’ lalu bersabda lagi ‘sanggupkah kalian berkata jujur padaku mengenai sesuatu jika saya menanyakannya pada kalian?’. Mereka berkata ‘tentu ya Ayah Qasim’. Beliau bersabda ‘bukankan kalian telah menaruh racun di dalam ini kambing (bakar)?’. Mereka menjawab ‘betul’. Dia bertanya ‘apa yang mendorong kalian melakukan demikian?’. Mereka menjawab ‘tujuan kami jika kau bohong agar kami istirahat darimu; jika kau benar-benar nabi, racun tersebut takkan membahayakanmu’."[5]


Budi-Pekerti Mulia

Diakui atau tidak bahwa nabi adalah orang yang akhlaqnya sangat indah. Karena akhlaqnya pula maka musuh-musuh beliau berubah mencintai bahkan membela mati-matian.[6] Termasuk di antara mereka Khalid bin Al-Walid dan Ikrimah putra dua tokoh besar kafir Quraisy. Ibnul-Atsir menjelaskan tentang Khalid dan Ikrimah di dalam A-Kamil yang menarik untuk dikaji:[7]
Jurjah keluar menuju pertengahan dua himpunan laskar, mencari Khalid. Khalid dan Jurjah berhadap-hadapan dengan waspada penuh. Jurjah berkata, “Hai Khalid! Jujurlah! Jangan berbohong kepadaku! Karena orang merdeka tidak pantas berbohong! Jangan menipuku! Karena seorang kesatria tak pantas menipu orang yang baik-baik. Betulkah Allah menurunkan Pedang dari langit pada Nabi kalian? Selanjutnya diberikan padamu? Kaum yang kau hunuskan pedang untuk kau serang, pasti morat-marit?.” 
Khalid menjawab, “Itu berita yang belum lengkap.” 
Dia bertanya, “Kenapa kau diberi nama Pedang Allah?.” 
Khalid menjawab, “Kisah lengkapnya, sungguh Allah telah mengutus Nabi-Nya صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ di kalangan kami. Saya dulu termasuk orang yang mendustakan dan memeranginya, namun akhirnya Allah benar-benar telah memberiku Hidayah, hingga saya menjadi pengikutnya. Tak lama kemudian beliau bersabda ‘kaulah Pedang Allah yang dihunuskan untuk orang-orang Kafir’. Beliau juga mendoakan agar saya diberi Pertolongan.” 
Jurjah berkata, “Katakan padaku! Aku akan kau ajak ke mana?.”
Khalid menjawab, “Agar kalian Islam, atau memberi kami pajak, atau berperang melawan kami.” 
Dia bertanya, “Lalu seberapakah kedudukan orang yang mengabulkan Dakwah ini, dan memasuki agama kalian?.” 
Khalid menjawab, “Kedudukan kita jadi sama.” 
Dia bertanya, “Betulkan pahala dan tabungan dia akan sama dengan kalian?.” 
Khalid berkata, “Betul! Bahkan lebih utama. Karena kami menjadi pengikut Nabi, di saat dia masih hidup. Dia SAW menjelaskan pada kami tentang barang ghaib, dan banyak keajaiban maupun mukjizat yang kami saksikan dari dia SAW. Sudah semestinya orang yang melihat dan mendengar keajaiban seperti kami, masuk agama Islam. Sedangkan kalian mutlak takkan menyaksikan dan mendengar keajaiban seperti kami. Oleh karena itu barang siapa masuk Islam dengan tekat bulat, dan niat yang benar, kedudukannya lebih utama dari pada kami.” 
Jurjah membalik perisainya dan mendekati Khalid, untuk menyatakan Islam.
Khalid mengajarkan agama Islam pada Jurjah. Selanjutnya Jurjah mandi dan shalat dua rakaat, lalu keluar dari tenda bersama Khalid, untuk memerangi kaum Romawi.
Bangsa Romawi melancarkan serangan bertubi-tubi, memukul mundur pasukan Muslimiin yang segera terdesak mundur kebelakang. Kecuali mereka yang pemberani di bawah pimpinan Ikrimah dan pamannya bernama Charits bin Hisyam. 
Ikrimah berkata, “Saya dulu telah memerangi Nabi صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ di segala tempat. Akankah saya lari hari ini?.” 
Selanjutnya dia berteriak, “Siapakah yang mau Berbai’at sanggup mati?.” 
Charits bin Hisyam dan Dhirar bin Al-Azwar bersama empatratus tokoh, dan pasukan berkuda Muslimiin, menyambut ajakannya Berbai’at. Selanjutnya mereka berperang dengan sengit, di depan tenda Khalid yang dipagari keliling, hingga dari mereka banyak yang luka berat. Dari mereka ada yang bisa disembuhkan; ada yang wafat.
Khalid dan Jurjah melancarkan serangan bertubi-tubi atas kaum Romawi. Akhirnya Jurjah gugur di sore hari. Umat Islam di dalam mengamalkan shalat khauf zhuhur dan asar, hanya dengan isarah, karena peperangan terlalu membahayakan.
Pasukan Romawi makin melemah; Khalid menggelembungkan dada lalu bergerak memasuki pertengahan pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki Romawi. Pasukan berkuda mereka bergerak-cepat melarikan diri meninggalkan pasukan pejalan kaki, menjauhi Khalid sejauh-jauhnya.
Umat Islam sengaja memberi jalan pada pasukan berkuda Romawi yang berlari kencang ke tanah lapang. Namun akhirnya kaum Romawi berpencar di atas kuda mereka. Sementara pasukan pejalan kaki Romawi banyak yang gugur tersungkur tertebas pedang Khalid yang diayun-ayunkan cepat sekali. Pasukan berkuda Romawi turun memasuki jurang; disusul oleh Khalid yang mengejar mereka. Banyak pasukan Romawi yang berlari cepat ke arah jala-jebakan hingga terjebak. Jumlah mereka yang gugur terkena jala-jebakan mencapai delapanpuluh ribu; yang tewas di jala-jebakan lainnya empat-puluh ribu orang. Itu belum terhitung mereka yang gugur di dalam peperangan.[8]
Ini baru kisahnya Khalid dan Charits bin Hisyam. Kisah selain itu masih banyak sekali, yakni orang yang tadinya memusuhi nabi, akhirnya menjadi pengikut dan sahabatnya yang membela mati-matian karena cintanya padanya yang berlebihan. Yang paling menyolok adalah saat Fatchu Makkah, yakni saat nabi menaklukkan penduduk Makkah. Banyak sekali musuh-musuh nabi SAW yang berbalik menjadi pecintanya hingga nabi bersabda, “Yang ini juga menyatakan demikan."[9]


Perang Terindah Sepanjang Sejarah

Perang Fathu Makkah peperangan terindah sepanjang sejarah.[10] Ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang hal itu:
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا [الفتح/1-3].
Artinya:
Sungguh Kami telah memenangkan untukmu dengan kemenangan yang nyata. Sebagai alasan Allah mengampuni untukmu apa yang telah berlalu dan yang berakhir berupa dosamu, dan untuk menyempurnakan nikmat-Nya untukmu dan menunjukkanmu pada jalan yang lurus, dan agar Allah menolongmu dengan pertongan sangat dahsyat.

Termasuk pembahasan paling menarik mengenai Beberapa Ayat tersebut adalah yang oleh Az-Zamakhsyari:[11]
Kemenangan yang dimaksud dalam surat tersebut adalah Fatcu Makkah. Sungguh Surat tersebut turun di waktu kembalinya Rasulilah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  dari Makkah di tahun Hudaibiyyah (Dzul-Qa’dah tahun enam Hijriyyah) sebagai janji bahwa Nabi صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  akan diberi kemenangan. Lafal kata kerja yang dipergunakan dalam janji tersebut lampau:Sungguh Kami telah memenangkan untukmu dengan kemenangan yang nyata, sebagaimana adat kebiasaan Tuhan kejayaan yang Maha Suci dalam pemberitaan-pemberitaan-Nya, karena dalam rangka memastikan dan meyakinkan mengenai keadaan yang akan terjadi. Itu merupakan kebesaran dan petunjuk bahwa jelas nilai berita tersebut tinggi.
Kalau kau berkata, “Kenapa dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa Fatcu Makkah sebagai alasan Allah mengampuni dosanya?.”
Saya jawab, “Huruf lam dalam “لِيَغْفِرَ,” tersebut bukan hanya untuk menyatakan sebuah alasan, tetapi untuk menyatakan kumpulnya empat perkara sebagai anugrah nabi:
1.     Ampunan.
2.     Penyempurnaan nikmat.
3.     Petunjuk Jalan Lurus.
4.     Pertolongan sangat dahsyat.
Itu sama halnya dia SAW difirmani, “Kami telah mempermudahkan kau Fatchu Makkah, dan telah menolongmu atas musuhmu. Untuk Kami kumpulkan kejayaan dua kampong, dan meraih sasaran cepat maupun yang ditangguhkan.
Namun boleh juga diterangkan, “Fatchu Makkah yang merupakan jihad pada musuh, adalah penyebab ampunan, pahala, kemenangan, dan penaklukan dengan kekerasan maupun perdamaian, dengan serangan maupun tanpa serangan. Karena kemenangan adalah sesuatu yang diam selama belum diraih. Jika telah direbut, berarti telah dimenangkan.
Ada yang berkilah, “Kemenangan yang dimaksud dalam Surat tersebut adalah kemenangan atas Hudaibiah. Hanya saja di sana tidak ada peperangan yang berat; tetapi terjadi saling membidikkan anak panah dan melemparkan batu di antara dua-belah fihak.
Dari Ibnu Abbas, “Kaum Muslimiin melempar higga memaksa umat Musyrik masuk ke perumahan mereka.”
Dari Al-Kalbi, “Kaum Muslimiin menaklukkan higga kaum Musyrikiin minta damai.”
Kalau kau bertanya, “Bagaimana mungkin saat itu kaum Muslimiin menang; sedangkan mereka telah dihalang-halangi hingga terpaksa menyembelih Hadyu dan bergundul di Hudaibiah?.”
Saya jawab, “Itu terjadi sebelum Perdamaian Hudaibiah tersebut. Ketika mereka minta damai dan Perdamaian Hudaibiah telah terlaksana; maka saat itu terjadi kemenangan yang nyata.”
Dari Musa bin Uqbah: “Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  pulang dari Hudaibiah; seorang lelaki sahabat nabi SAW berkata ‘kemenangan apakah ini? Sungguh mereka telah menghalang-halangi kita dari Baitillah. Hadyu kita pun telah dihalang-halangi secara nyata’.
Tak lama kemudian ucapan tersebut sampai pada nabi صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ. Sontak nabi صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  bersabda ‘sejelek-jelek ucapan ya ini. Bahkan ini lebih besarnya kemenangan:
1.     Kaum musyrik telah puas kalian pulang dari kota mereka.
2.     Mereka mau berembuk pada kalian.
3.     Mereka senang berdamai dengan kalian meskipun benci melihat keadaan kalian’.”

Dari Sya’bi: "Surat tersebut turun di Hudaibaiah. Dalam peperangan tersebut Rasulullahصّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  mendapatkan Anugrah besar tidak seperti dalam peperangan lainnya:
1.     Dilakukan Bai’atur-Ridhwan.
2.     Diampuni dosanya yang telah terdahulu dan yang berakhir.
3.     Kerajaan Romawi menaklukkan kerajaan Farisi.
4.     Hadyu Muslimiin sampai pada tempatnya.
5.     Dijanji akan mendapatkan kebun kurma Khaibar.
6.     Dalam peperangan tertsebut ada Mukjizat yang unik: mata-air yang telah mongering airnya. Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  berkumur lalu menumpahkan air kumurnya ke dalamnya. Tak lama kemudian airnya memancar hingga semua orang yang barada di sana bisa minum. Ada yang memberitakan 'airnya lalu menyembur hingga memenuhi sumur tersebut, dan setelah itu airnya tak pernah surut'."

Ada yang menjelaskan, “Ayat tersebut sebagai berita kaum Muslimiin akan menaklukkan Khaibar.” 
Ada lagi yang berkata, “Itu berarti penaklukan Romawi akan segera terlaksana.”
Ada lagi yang berkata, “Surat tersebut sebagai pernyataan bahwa Allah memberi kemenangan pada nabi, dengan perantaraan Islam dan kenabian. Dan berdakwah boleh menggunakan hujah maupun pedang. Dan tidak ada kemenangan yang lebih jelas dan lebih dahsyat dari pada itu. Kemenangan tersebut yang mengepalai segala kemenangan. Tiada kemengan Islam kecuali di bawahnya, sebagai cabang dari kemenangan Hudaibiah tersebut.”

Ada lagi yang berkata, “Makna Ayat tersebut ‘Kami telah memutusan keputusan yang jelas untukmu atas penduduk Makkah, agar kau dan sahabat-sahabatmu bisa memasuki kota Makkah tahun depan. Agar kalian bisa thawaf sebagai fitachah, yakni melaksanakan keputusan dalam Perjanjian Hudaibiah tersebut. Seperti inilah penjelasan dari Qatadah tentang ‘مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ  – Dosamu yang telah duluan dan yang belakangan’, maksudnya semua dosa yang telah berlalu darimu (nabi).”
Dari Muqatil: “Maksudnya seluruh dosa nabi di zaman Jahiliah dan setelah itu dimapuni.”
Ada yang berkata, “Yang telah berlalu berupa cerita Mariyah, dan yang belakangan berupa istri Zaid. Sedangkan ‘نَصْراً عَزِيزاً  – pertolongan yang dahsyat’ maksudnya di dalam pertolongan tersebut ada kekuatan yang dahsyat. Atau sifat pertolongan tersebut di-isnad-kan sebagai majazi, atau yang dahsyat adalah pelakunya.” [Tafsir Al-Kassyaf li Az-Zamakhsyari].


Hiburan & Pelajaran  Terindah

Surat Al-Fatch yang diturunkan di saat nabi SAW dan umat Islam stres berat, murupakan hiburan, pelajaran, anugrah, dan Mukjizat Allah untuk Muhammad صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ dan umatnya.
Nabi Muhammad صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bersabda, “لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلَىَّ اللَّيْلَةَ سُورَةٌ لَهِىَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ .
Artinya: 
Niscaya semalam sungguh telah diturunkan padaku Surat yang sungguh lebih menyenangkan padaku daripada yang disinari matahari.”

Ada pernyataan dalam Surat tersebut yang membuat umat Islam makin berbahagia, ” وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ .
Artinya: 
Dan Allah mengganjar pada mereka Kemenangan yang sangat dekat dan rampasan perang yang banyak yang mereka akan mengambilinya. Dan sungguh Allah Maha Mulia Maha Hakim. Allah telah menjanjikan Rampasan Perang banyak, yang kalian akan mengambilnya. Dia telah mempercepat ini untuk kalian, dan telah mencegah tangan-tangan Manusia dari kalian." [Qs Al-Fatch 18-20].

Dalam kenyataan Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ menaklukkan kota terkaya se Arab yaitu Khaibar, tiga bulan setelah Ayat itu turun (Agustus 628 M). Pada pertengahan bulan Sapar, para sahabat sejumlah 1.500 orang berangkat menuju Khaibar dengan penuh keyakinan bahwa akan menang dan akan mendapatkan rampasan perang yang banyak.[12]

As-Suhaili menjelaskan, “Nabi tinggal di Madinah hanya tujuh hari.”
Sebelum perang, Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  menulis surat untuk penduduk Khaibar:
بِسْمِ اللّهِ الرّحْمَنِ الرّحِيمِ مِنْ مُحَمّدٍ رَسُولِ اللّهِ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - صَاحِبِ مُوسَى وَأَخِيهِ وَالْمُصَدّقُ لِمَا جَاءَ بِهِ مُوسَى : أَلَا إنّ اللّهَ قَدْ قَالَ لَكُمْ يَا مَعْشَرَ أَهْلِ التّوْرَاةِ ، وَإِنّكُمْ لَتَجِدُونَ ذَلِكَ فِي كِتَابِكُمْ { مُحَمّدٌ رَسُولُ اللّهِ وَالّذِينَ مَعَهُ أَشِدّاءُ عَلَى الْكُفّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكّعًا سُجّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزّرّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفّارَ وَعَدَ اللّهُ الّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا } وَإِنّي أَنْشُدُكُمْ بِاَللّهِ ، وَأَنْشُدُكُمْ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْكُمْ وَأَنْشُدُكُمْ بِاَلّذِي أَطْعَمَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ مِنْ أَسْبَاطِكُمْ الْمَنّ وَالسّلْوَى ، وَأَنْشُدُكُمْ بِاَلّذِي أَيْبَسَ الْبَحْرَ لِآبَائِكُمْ حَتّى أَنَجَاهُمْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ إلّا أَخْبَرْتُمُونِي : هَلْ تَجِدُونَ فِيمَا أَنْزَلَ اللّهُ عَلَيْكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِمُحَمّدٍ ؟ فَإِنْ كُنْتُمْ لَا تَجِدُونَ ذَلِكَ فِي كِتَابِكُمْ فَلَا كُرْهَ عَلَيْكُمْ . قَدْ تَبَيّنَ الرّشْدُ مِنْ الْغَيّ - فَأَدْعُوكُمْ إلَى اللّهِ وَإِلَى نَبِيّهِ .
Artinya:
Dengan Nama Allah Maha pengasih Maha penyayang. Dari Muhammad Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  sahabat Nabi Musa dan sahabat saudaranya AS. Dan yang mencocoki berita yang telah dibawa oleh Musa. Ingat! Sungguh Allah telah berfirman pada kalian “Hai golongan ahli Taurat” Kalian sendiri juga menjumpai demikin itu di dalam kitab kalian: “Muhmmad Utusan Allah. Sedangakan orang-orang yang menyertainya keras atas orang-orang kafir; sayang antar mereka. Kau lihat mereka sama rukuk sujud mencari kefadhalan dan keridhoan dari Allah. Tanda mereka di dalam wajah-wajah mereka berupa bekas sujud. Demikian itu gambaran mereka di dalam Taurat dan Injil: bagaikan padi yang mengeluarkan tunasnya untuk memperkuatnya hingga tegak  atas tangkainya; menakjubkan orang-orang yang menanam, agar dengan itu Allah membuat benci orang-orang kafir. Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar pada orang-orang yang telah beriman dan beramal shalih dari mereka.
Saya akan bertanya kalian demi Allah pada kalian. Saya akan bertanya pada kalian mendasari yang telah Allah turunkan pada kalian. Saya akan bertanya kalian karena Allah telah memberi makan madu dan burung pada orang sebelum kalian dari kekek nenek kalian. Saya akan bertanya kalian demi yang telah mengeringkan lautan untuk kakek-kakek kalian hingga akhirnya Dia menyelamatkan mereka dari Fir’aun dan usahanya. Kalian harus memberi tahu saya: bukanah kalian menjumpai perintah agar kalian  beriman pada Muhammad di dalam Kitab yang Allah turunkan pada kalian? Kalau kalian tidak menjumpainya maka tidak ada paksaan Islam atas kalian. Kebenaran telah jelas dari kesalahan. Saya mengajak kalian menuju Allah dan Nabi-Nya.”



Tempuh Perjalanan Jauh

Orang Arab zaman dulu menyebut, “Jarak tempuh dari Madinah hingga Khaibar adalah delapan barid ke arah Syam.” Satu barid: 12 mil. Khaibar adalah kawasan yang dihuni kaum Yahudi. Kota tersebut terisi beberapa benteng atau kastil dan perkebunan kurma yang sangat luas. Kastil-kastil tersebut tidak berkumpul dalam satu tempat; tetapi pada beberapa tempat terpisah di dalam beberapa dataran, namun bersebelahan. Di pertengahan perkebunan yang sangat luas mereka mendirikan kastil-kastil mereka. Khaibar merupkan tempat persembunyian umat Yahudi yang mencari kenyamanan hidup. Ada tujuh kastil dari batu yang bertengger di sana:
1.       Na’im.
2.     Al-Qamus (tempat tinggal tokoh besar mereka bernama Abul-Chuqaiq).
3.     As-Syaqq.
4.     An-Nathah.
5.     As-Salalim.
6.     Al-Wathich.
7.       Al-Katibah.
Menurut sejarawan Islam bernama Qarwini, “Khaibar saat itu kota yang sering dijangkiti penyakit panas, dan penduduknya yaitu orang-orang Yahudi, suka melancarkan makar dan kejahatan. Di antara mereka yang dikenal masyarakat luas sebagai orang baik hanya Samual bin Adiya.”

Pasukan berkuda Muslimiin 300 orang. Istri Nabi yang mendampingi beliau dalam peperangan tersebut Ummu Salamah. Ummu Salamah pula yang mendampingi nabi di waktu Perang Hudaibiah beberapa bulan sebelumnya. Yang dipercaya oleh nabi agar memimpin jamaah di Madinah selama ditinggalkan, adalah Siba’ bin Urfuthah Al-Ghifari. Sebetulnya banyak yang ingin bergabung dalam perang Khaibar ini, tetapi nabi menolak mereka karena mentaati perintah Allah. Karena mereka tahu bahwa peperangan tersebut pasti akan menang dan akan mendapatkan rampasan perang yang banyak.

Meskipun orang-orang Yahudi sombong dan congkak namun, begitu Muslimin keluar dari Madinah; mereka sangat khawatir kota mereka akan rusak dan akan dikalahkan. Karena orang-orang Yahudi Qainuqak, Nadhir dan Quraidhah juga telah ditaklukkan oleh Muslimin. Kekhawatiran umat Yahudi tampak sekali dengan adanya semua orang Yahudi yang menghutangi orang Islam segera menagih. Abus-Syacm juga termasuk orang Yahudi yang segera menagih hutang lima dirham untuk gandum yang dibeli oleh Ibnu Abi Chadrad.
Ibnu Abi Chadrad berkata, “Besok saja, in sayaa Allah besok saya akan melunasi jika telah pulang dari Khaibar. Sungguh Allah telah menjanjikan akan memberi Kemenangan pada Nabi-Nya atas kota Khaibar secara khusus.”
Tentu saja ucapan Ibnu Abi Chadrad tersebut membuat dia bertambah berdebar-debar hatinya. Abus-Syachm orang Yahudi kaya yang memberi hutang gandum 30 sha’ pada nabi dengan tempo setahun, dan menahan baju perang hingga akhirnya nabi meninggal dunia.[13]

Beberapa orang ingat di saat kaum Yahudi dari keluarga besar Nadhir berbondong-bondong pergi ke Khaibar, membawa terbang dan seruling. Sepertinya mereka berbahagia; padahal sesungguhnya hati mereka terluka, perih, kecut, pahit, bahkan panas, karena terusir oleh Muslimiin.
Dipastikan di pertengahan mereka ada tangisan, jeritan, gertakan, cibiran, pukulan, debaran jantung, sesak nafas, bingung dan lain-lain. Itulah kehidupan; dibolak-balik oleh Tuhan. Sebelum itu kaum Yahudi sangat menguasai Arab, namun dalam waktu yang sangat cepat, tiba-tiba ditaklukkan orang-orang Arab.

Perjalanan jauh yang melelahkan akhirnya hampir sampai tujuan. Di saat menghadap kota Khaibar, Rasulullah bersabda, “Berhenti!" Lalu berdoa, “اللّهُمّ رَبّ السّمَوَاتِ وَمَا أَظْلَلْنَ وَرَبّ الْأَرَضِينَ وَمَا أَقْلَلْنَ وَرَبّ الشّيَاطِينِ وَمَا أَضْلَلْنَ وَرَبّ الرّيَاحِ وَمَا أَذْرَيْنَ فَإِنّا نَسْأَلُك خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا ، وَنَعُوذُ بِك مِنْ شَرّهَا وَشَرّ أَهْلِهَا وَشَرّ مَا فِيهَا .
Artinya:
Ya Allah Tuhan beberapa langit dan yang dinaungin. Tuhan bumi-bumi dan yang dimuat. Tuhan syaitan-syaitan dan yang disesatkan. Tuhan angin-angin dan yang ditaburkan. Sunguh kami memohon pada-Mu Baiknya ini desa dan baiknya penduduknya. Dan baiknya yang di dalamnya. Dan kami berlindung pada-Mu dari Jeleknya desa ini, Jeleknya penduduknya, dan Jeleknya yang di dalamnya.”
As-Suhaili sejarawan Islam yang tulisannya sering dikutib oleh Ibnu Katsir berkata, “Tiap kali nabi akan memasuki desa maka berdoa seperti di atas.”

Di malam yang menegangkan itu Rasulullah tidak segera melancarkan serangan, tetapi menunggu sampai subuh. Siapa tahu ada suara Adzan di pertenghan kota tersebut. Sepertinya orang-orang Yahudi telah tahu bahwa umat Islam akan menyerang mereka. Di pagi yang semakin terang itu para petani Yahudi keluar-rumah membawa bajak-bajak dan wadah-wadah. Di saat menyaksikan Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ dan para pasukan Islam, mereka berteriak, “Muhammad dan Khamis!" Sambil lari terbirit-birit.
Khamis adalah formasi pasukan yang disusun menjadi lima titik: depan, kiri, kanan, tengah, belakang.

Sontak nabi berteriak, “Khaibar hancur! Sungguh halaman kaum yang kami datangi akan menjadi sejelek-jelek yang diancam.”
Ternyata benar firman Allah: mereka segera kalah sebagian demi sebagaian dan harta mereka dijarah. Kastil yang pertama kali dikuasai adalah Na’im, sedangkan kastil yang terakhir ditaklukkan oleh Muslimiin adalah yang paling besar bernama Qamus.



Di Atas Dinding-Kastil

Jantung berdebar, susah, sebel, benci, geregetan, adalah keadaan yang selalu membalut perjuangan, apalagi perang. Namun di balik itu juga ada senang puas dan bahagia. Demikianlah yang terjadi pada saat itu. Muslimiin geregetan terhadap penghuni sebuah kastil yang sulit sekali ditaklukkan. Musim panas dan angin-besar menerpa keras menambah sebagian mereka sedih. Dalam peperangan yang sengit tersebut seorang Yahudi bernama Marhab menaiki benteng dan menjatuhkan lesung-batu. Si bawahnya ada seorang Muslim bernama Machmud terkejut. Topi-perang Machmud hancur tertimpa lesung-batu tersebut. Ternyata selain topi-perang tersebut hancur; kulit kening Machmud mengelupas darahnya bercucuran.

Para sahabat takjub di saat menyaksikan kulit tersebut direkatkan lagi oleh nabi hingga pulih seperti semula. Selanjutnya Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ membalut dengan kain.

Sebuah sumber memberitakan, “Yang diserahi memimpin penaklukan kastil An-Nathah adalah Utsman RA. Dia memulai penyerangan pada hari pertama siang-hari dari arah bawah. Jika hari mulai gelap dia menarik pasukannya menuju Rajik. Hari berikutnya dia menyerang lagi dari arah atas hingga akhirnya menang.”

Ka’b bin Malik melengkapi, “Di saat kami di Rajik; seorang Yahudi penghuni kastil An-Nathah berteriak keras ‘saya minta kepastian agar diamankan! Karena akan menyampaikan sesuatu yang penting!’.
Kami menjawab ‘ya!’.
Tak lama kemudian kami bergegas mencari lelaki tersebut, dan sayalah yang pertama kali menangkapnya. ‘Siapa kau?’ tanyaku.
Dia menjawab ‘lelaki Yahudi’. Kami memasukkan dia ke ruangan Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ.
Yahudi itu berkata ‘ya Ayah Qasim, amankan saya dan keluargaku. Kau akan kuberi tahu rahasia kaum Yahudi’.
Setelah nabi bersabda ‘ya’; dia segera menjelaskan rahasia.

Malam itu juga Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ memanggil dan menggerakkan para sahabat untuk menyerang mereka.
Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ juga memberi tahukan, "Sungguh kaum Yahudi telah ditinggalkan oleh pendukung-pendukung mereka. Mereka bahkan telah terusik, berselisih dan berlari meninggalkan kastil tersebut."

Di pagi buta kaum Muslimiin segera bergegas menyerbu; ternyata benar, penghuni kastil tersebut telah kosong. Hanya anak-anak kecil yang berada di sana. Kami pun segera menyerbu kastil As-Syaqq; ternyata istri lelaki Yahudi tersebut di situ. Nabi menangkap dan menyerahkan perempuan tersebut padanya. Dia pun segera menggandeng perempuan cantik-jelita tersebut.”

Rajik di waktu itu posko umat Islam. Selama seminggu Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ mengatur pergantian para sahabat agar berjaga-jaga. Di hari keenam yang dipilih agar memimpin pasukan adalah Umar.
Saat itu Umar RA menggerakkan sahabat-sahabatnya untuk mencerai-beraikan musuh sehingga kemenangan makin sempurna. Saat itu pula ada tawanan perang yang hampir saja dipenggal lehernya atas perintah Umar.
Dia bersilat-lidah, “Serahkan saya pada nabi kalian agar saya berbicara langsung padanya!.”
Umar menangkap dan membawa lelaki itu menuju pintu tenda Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ yang sedang shalat. Setelah nabi mendengar ucapan Umar, segera mengucapkan salam dan menyuruh dia membawa masuk.
Nabi bertanya, “Kenapa kau kelihatan gugup?."
Dia menjawab, “Saya seorang Yahudi. Amanankan saya; saya akan mengatakan informasi yang benar padamu.”
Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bersabda, “Na’am” Maksudnya okay.
Dia berkata, “Malam ini saya barusan kelur dari kastil An-Nathah, di saat penghuninya sedang bercerai-berai dan meninggalkan kastil tersebut."
Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bertanya, “Lalu mereka lari kemana?.”
Dia menjawab, “Mereka justru lari menuju kastil yang lebih hina bernama As-Syaqq. Yang pasti mereka sungguh ketakutan padamu hingga perasaan mereka bergoncang hebat. Sebetulnya yang ini justru kastil Yahudi yang penuh senjata, bahan makan dan lemak. Bahkan peralatan-perang-berat yang mereka gunakan berperang antar mereka juga berada di sini. Mereka menyembunyikan semua itu di dalam ruangan-bawah-tanah.”
Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bertanya, “Terdiri dari apa saja?.”
Dia menjawab, “Manjaniq."[14] Maksudnya pelontar batu.
Dia melanjutkan, “Di sana juga ada peralatan perang berupa pedang, topi-perang dan dua dababah.[15] Jika kau memasuki benteng tersebut besok pagi pasti akan menemukannya.”
Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ bersabda, “In syaa Allah,” artinya jika Allah menghendaki, namun maksudnya semoga Allah menghendaki.[16]

Lelaki Yahudi meneruskan, “In syaa Allah saya akan kesana, karena tak seorang-pun Yahudi yang tahu itu semua kecuali saya. Ada lagi yang perlu kau ketahui: ambillah itu semua, selanjutnya pasanglah Manjaniq untuk menyerbu kastil As-Syaq! Suruhlah sejumlah pria masuk ke bawah Dababah (alat melindungi orang banyak)! Selanjutnya mereka agar membobol kastil tersebut dengan jalan menggali tanah. Hari itu juga kau akan menaklukkan mereka. Selanjutnya kastil Katibah juga serbulah dengan cara yang sama.”

Umar berkata, “Ya Rasulallah, saya yakin lelaki ini telah berkata benar.”
Yahudi tersebut berkata, “Ya Abal-Qasim,” yakni nabi SAW. “Pastikan darahku aman," lanjutnya.
Nabi bersabda, “Kau orang yang dijamin aman.”
Dia meneruskan permohonan, “Saya memiliki istri di kastil An-Nazzar. Pastikan dia tetap milikku.”
Nabi menjamin, “Dia tetap milikmu.”
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bertanya, “Kenapa orang-orang Yahudi memindahkan anak-anak kecil mereka dari kastil An-Nathah?.”
Dia menjawab, “Mereka mengkhususkan kastil An-Nathah untuk tentara dan memindahkan anak-anak ke kastil As-Syaq dan Al-Katibah.”
Beberapa orang menjelaskan, “Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mengajak dia masuk Islam.”
Dia menjawab, “Berilah saya kesempatan mempertimbangkannya beberapa hari.”

Pagi itu Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersama kaum Muslimiin pergi ke kastil An-Nathah. Ternyata tak lama kemudian Allah memberi Kemenangan Muslimiin, atas kastil tersebut. Semua barang yang dilaporkan lelaki Yahudi tersebut dikeluarkan. Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ perintah agar dua Manjaniq segera dipasang untuk menyerang kastil As-Syaq, sekaligus kastil An-Nazar.
Ternyata penghuni kastil An-Nazar takluk sebelum batu-batu-lontar habis dilontarkan dengan Manjani.
Di saat Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang memasuki kastil tersebut; sebagian penghuninya mati tertimbun batu-batu yang menggunung. Mereka bisa diambil setelah batu-batu disingkirkan.
Nufailah diserahkan pada suaminya yaitu lelaki Yahudi bernama Simak yang telah laporan pada nabi SAW tersebut.
Setelah Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ menaklukkan penghuni kastil Al-Wathih dan Sulalim; Simak masuk Islam. Dia bersama istrinya meninggalkan kota Khaibar dan tamatlah riwayat mereka berdua.


Panji berkibar; Allahu-Akbar

Kastil Na’im berada di wilayah yang disebut An-Nathah. Saat itu Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ membaris dan melarang sahabat-sahabatnya memulai serangan sebelum beliau memberi Idzin. Namun seorang lelaki dari Asyjak melancarkan serangan pada seorang Yahudi bernama Marhab yang ternyata justru telah mendahului menyerang dan membunuh dia. Orang-orang berkata, ”Ya Rasulallah, si fulan mati Syahid.”
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bertanya, “Apakah menyerangnya setelah saya melarang melakukan serangan: sebelum kuberi Idzin?.”
Mereka menjawab, “Betul.”
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ perintah seorang agar menyerukan, “Surga takkan halal untuk orang yang maksiat!.”
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ memberi Idzin agar serangan segera dimulai. Muslimiin menempati posisi mereka masing-masing. Di dalam peperangan yang berkecamuk dengan seru tersebut ada seorang budak-hitam bernama Yasar Al-Chabasyi, milik seorang Yahudi bernama Amir. Yasar Al-Chabasyi menggembala sejumlah kambing milik Amir, majikannya.
Di saat penduduk Khaibar berlarian menuju kastil untuk berlindung; dia bertanya, “Ada apa ini?.”
Mereka berlari sambil menjawab, “Berperang melawan orang yang mengaku-aku seorang nabi ini.”
Benak dia berkata, “Mungkin justru dia benar-benar Nabi.”
Dia segera menggiring kawanan kambingnya menuju Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Dia berkata, “Ya Muhammad, apa saja yang kau sampaikan? Dakwahmu kau arahkan ke mana?.”
Nabi menjawab, “Dakwahku mengajak kalian masuk Islam. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan saya Utusan Allah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ.”
Dia bertanya, “Apa pahalaku jika mengabulkan ajakanmu?.”
Nabi menjawab, “Surga, jika kau tetap atas Islam.”
Setelah dia masuk Islam, berkata, “Kambing-kambing yang kugembala adalah amanat majikanku.”
Nabi bersabda, “Bawalah keluar dari laskar, lalu teriaki dan lemparlah dengan beberapa kerikil! Sungguh Allah akan mendatangkan amanatmu (kambing gembalaan) ke alamatnya!.”
Setelah budak tersebut melaksanakan; ternyata kawanan kambing tersebut berjalan pulang menuju pemiliknya. Majikan Yasar Al-Chabasyi tahu pasti budak bernama Yasar Al-Chabasyi tersebut telah Islam.

Rasulullahصَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ  nasehat pada Muslimiin, dan membagi tiga panji, pada mereka. Sebelulm perang Khaibar, nabi belum pernah membawa panji. Sebelum itu jika perang hanya membawa bendera kecil. Panji yang dibawa oleh nabi dalam Perang Khaibar berwarna hitam, berasal dari selimut ‘A’isyah yang dibordir pinggir, lalu diberi nama Al-Iqab. Bendera kecil yang dibawa oleh nabi berwarna putih.
Tiga panji tersebut diberikan pada:
1.     Ali RA.
2.     Al-Chubab bin Al-Mundzir RA.
3.     Dan Sa’ed bin Ubadah RA.

Di saat Ali keluar menuju barisan musuh; budak hitam tersebut mengikuti di belakang untuk berperang hingga akhirnya gugur.
Dia diusung-masuk ke sebauh tenda laskar. Tak lama kemudian Rasulullahصَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ menengok untuk bersabda, “Niscaya Allah telah memuliakan dan menggiring sungguh, pada budak-hitam ini, menuju Khaibar. Dia menerima Islam benar-benar dari lubuk hatinya. Sungguh saya telah menyaksikan dua-istri-bidadari-bermata-indah berada di sisi kepalanya.”

Beberapa orang melaporkan sedikit berbeda tetapi melengkapi: 
“Ada seorang lelaki dari keluarga besar Murrah bernama Abu Syuyaim berkata ‘saya pernah berada di dalam pasukan yang dipimpin seorang tokoh bernama Uyainah dari Ghathafan, membantu kaum Yahudi.[17] Saat itu kami telah sampai kota Khaibar, namun belum memasuki kastil.
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ memanggil Uyainah bin Chisn tokoh dan pimpinan bala-bantuan untuk Yahudi tersebut. Nabi SAW menganjurkan, “Bawalah pulang kaum yang menyertaimu! Kau kujamin mendapatkan setengah kurma Khaibar di tahun ini. Sungguh Allah telah menjanjikan Khaibar untukku!.”
Uyainah membantah, “Saya takkan menyerahkan sahabat-sahabat-karib dan tetangga-tetanggaku padamu.”
Saat itu kami berkumpul dengan Uyainah di sana. Tiba-tiba kami mendengar teriakan ahli kalian ahli kalian di Chaifak’ tiga kali. Tak kami ketahui asalnya dari langit atau bumi. Lalu ada teriakan lagi Sungguh kalian telah diselisihi janjinya mengenai mereka’.

Ada yang melaporkan bahwa ketika Kinanah bin Abi-Chuqaiq dan sahabat-sahabatnya berada di kalangan mereka, bersumpah-setia untuk melakukan persatuan memerangi Islam. Yang diangkat sebagai pimpinan keluarga besar Ghathafan berjumlah 4.000 orang itu, Uyainah bin Chishn. Rombongan ini memasuki benteng atau kastil An-Nathah bersama orang-orang Yahudi.
Kejadian ini berlangsung tiga hari sebelum Rasulillah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang ke Khaibar. Setelah datang ke Khaibar, Rasulillah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ perintah pada Sa’ed bin Ubadah agar menghubungi orang-orang yang berada di dalam kastil tersebut.
Setelah sampai ke kastil tersebut, Sa’ed bin Ubadah menyeru dari luar kastil: “Saya ingin berbicara pada Uyainah bin Chishn!.”
Hampir saja Uyainah bin Chishn menyuruh masuk pada Sa’ed bin Ubadah. Namun Marchab melarang, “Jangan kau suruh masuk! Karena dia akan mengetahui celah-celah dan keadaan kastil kita yang bisa berakibat mereka bisa memasukinya! Kamu keluar saja padanya!.”
Uyainah membantah, “Kalau saya justru biar dia masuk! Agar dia melihat kokohnya kastil ini, dan agar tahu pasukan di dalamnya yang banyak sekali.”

Karena Marchab menentang keras; Uyainah terpaksa keluar untuk menjumpai Sa’ed bin Ubadah.
Sambutan Sa’d padanya mengejutkan, “Sungguh Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ telah mengutusku agar menemuimu, untuk menyampaikan pesan ‘sungguh Allah telah menjanjikan Khaibar untukku’, oleh karena itu pulang dan berhentilah menghalang-halangi kami! Kalau kau taat akan kami beri setengah kurma kota Khaibar tahun ini.”
Uyainah berkata, “Demi Allah sungguh kami takkan menyerahkan sahabat-sahabat karib kami pada musuh, hanya karena sesuatu. Kami yakin sepenuhnya bahwa kau dan orang yang menyertaimu, takkan mampu menghadapi serangan mereka ini. Mereka ini berlindung di dalam kastil yang sangat kuat; jumlah pasukan bersenjata pedang yang di dalam juga sangat banyak sekali. Kalau kau bersikeras tak mau meninggalkan lokasi ini, kau dan pasukanmu akan hancur sendiri. Kalau kau akan menyerang, mereka pasti mendahuluimu mengerahkan pasukan bersenjata. Demi Allah mereka ini bukan hanya seperti orang Qurisy yang telah melabrakmu dalam Perang Badar saat itu. Kalau saja saat itu mereka menaklukkanmu itulah yang mereka harapkan; namun karena kalah, maka sisa mereka pulang. Mereka ini betul-betul sedang melancarkan makar untuk menyerangmu, mereka sengaja mengulur waktu agar kau akan bosan sendiri.”

Sa’d bin Ubadah berkata, “Saya bersaksi bahwa kemenanganku sungguh akan segera tiba. Selanjutnya kami akan memasuki kastil yang kau tempati, hingga akhirnya kau akan memohon yang telah kami tawarkan padamu. Namun saat itu kami tak sudi memberikan kecuali pukulan pedang. Sebetulnya kau sendiri telah menyaksikan orang-orang Yahudi yang tinggal di kawasan yang sangat luas di kota Yatsrib yang telah kami taklukkan hingga mereka cerai-berai berlarian meninggalkan tempat tinggal mereka.”

Sa’d kembali pada Rasulillah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ melaporkan yang telah ia perbincangkan dengan Uyainah. Ia menjelaskan, “Ya Rasulallah, sungguh Allah akan mewujudkan JanjiNya padamu, dan akan menjayakan Agama-Nya.[18] Saat itu jangan kau beri dia satu kurmapun. Ya Rasulallah, jika dia telah terkena pedang niscaya segera menyerahkan orang-orang Yahudi pada kita. Selanjutnya dia akan lari terbirit-birit pulang ke kotanya sebagaimana pernah berbuat demikian di waktu Perang Khandak.”

Rasulullah perintah para sahabat, agar menyerbu kastil yang ditempati kaum Ghatafan. Saat itu hari telah sore; kastil yang akan di tuju itu bernama Na’im.
Beberapa Muslimiin terperanjat oleh seruan utusan Rasulillah yang tegas: “Pagi-pagilah mengikuti panji-panji kalian menuju kastil Na’im yang di dalamnya ada kaum Ghathafan!.”
Sejak itulah kaum Yahudi ketakutan hingga sehari-semalam. Kaum Ghatafan terkejut di saat mendengar suara, “Hai orang-orang Ghathafan, ahli kalian ahli kalian, pertolongan di daerah Chaifak!" Tiga-kali. Tiada tanah dan tiada harta!" Lanjutnya. Yang tak diketahui sumbernya dari langit atau bumi. 

Karena suara tersebut, kaum Ghathafan bergegas meninggalkan kastil dengan perasaan kesal, hina dan ketakutan. Demikian itulah Upaya Allah untuk mendukung Nabi-Nya.

Di pagi buta setelah itu, Kinanah bin Abil-Chuaiq yang saat itu berada di kastil Al-Katibah, mendapat laporan bahwa kaum Ghathafan yang akan membantunya ternyata telah pulang. Saat itu juga Kinanah menyesali berbuatanya, merasa terhina dan yakin bahwa, dia dan kaumnya akan segera tertimpa kekalahan.
Dia berkata, “Berarti persahabatan kita dengan kaum Arab (kaum Ghathafan) batal. Sungguh kami dulu pernah melakukan perjalanan jauh untuk memerangi Muslimiin. Saat itu mereka menghasud bahwa kami akan menang, namun nyatanya mereka menipu kami. Demi umurku, kalau dulu mereka tidak menipu kami; kami tak mungkin memerangi Muhammad.”

Dengan sengit, Sallam bin Abil-Chuqaiq menggerutu, “Kalian jangan minta tolong orang Arab untuk selamanya! Dulu kita pernah menguji mereka sampai di mana kesetiaan mereka pada kita. Mereka juga pernah berusaha menolong Bani Quraizhah; namun akhirnya juga menipu. Kami yakin mereka tidak bisa dipercaya. Padahal sebetulnya saat itu, yang mulia Chuyay bin Ahthab telah melakukan perjalanan menuju mereka. Mereka sendiri telah membuat perjanjian damai terhadap Muhammad.[19] Akhirnya Muhammad memerangi keluarga besar Quraizhah, di saat kaum Ghathafan telah meninggalkan gelanggang perang untuk pulang.”

Beberapa orang melaporkan, “Ketika kaum Ghathafan telah sampai kampung halaman, ternyata saudara-saudara mereka di sana, di Chaifak biasa-biasa saja. Mereka bertanya 'apakah ada yang mengejutkan kalian selama kami tinggalkan?'.”
Mereka menjawab, “Demi Allah tidak ada apa-apa.”
Mereka berkata, “Sungguh tadinya kami telah yakin bahwa kalian telah mendapatkan rampasan perang; ternyata tidak ada rampasan perang dan tiada kebaikan di sini.”
Pada sahabat-sahabatnya, Uyainah berkata, “Demi Allah ini makar-makar Muhammad dan sahabat-sahabatnya.”
Dengan heran, Charits bin Auf bertanya, “Dengan apa dia bermakar?.”
Uyainah menjelaskan, “Sungguh kemarin setelah kami berada di kastil An-Nathah, tiba-tiba ada teriakan ‘ahli  kalian ahli kalian di Chaifak sana!" Tiga kali, “Tiada tanah dan tiada harta’.” Yang tidak kami ketahui berasal dari langit atau bumi.
Setelah berpikir sejenak, Charits bin Auf berkata, “Hai Uyainah! Demi Allah kalau-pun kau mendapat manfaat; telah terlambat. Demi Allah suara yang kau dengar itu berasal dari langit. Demi Allah, Muhammad SAW pasti akan menaklukkan orang yang merintangi. Kehebatan dia mencapai: kalau yang menghalang-halangi dia adalah gunung-gunung, niscaya tetap akan mampu mengatasinya.”

Uapan Charits bin Auf membuat Uyainah menjadi takut. Uyainah tinggal di rumah beberapa hari, namun akhirnya bertekat akan menolong lagi pada umat Yahudi. Dia menghubungi sahabat-sahabatnya agar segera berangkat menolong umat Yahudi.

Ketika rombongannya telah hampir berangkat; saat itu Charits bin Auf datang untuk menyampaikan, ”Hai Uyainah! Taatlah padaku! Tinggallah di rumah! Batalkanlah rencanamu membantu umat Yahudi! Saya yakin jika kau kembali lagi ke Khaibar; saat itu kota tersebut telah ditaklukkan oleh Muhammad SAW. Terus terang saya mengkhawatirkan keselamatamu.”

Walau Uyainah makin takut, namun tetap juga tidak mau menerima anjuran temannya. Bibirnya melontarkan, “Saya takkan menyerahkan sahabat-sahabat karibku pada musuh, apapun alasannya.”

Di saat Uyainah pulang ke kampungnya; Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ merenggut kastil-kastil Yahudi satu demi satu. Bahkan Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mampu merenggut beberapa kastil di wilayah Na’im yang pertahanannya kuat. Saat itu umat Yahudi melawan dengan cara menghujani panah, pada umat Islam. Para sahabat menangkis anak-panah-anak-panah tersebut dengan perisai, agar tidak mengenai Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ.
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mengenakan baju rangkap dua, berhelm-perang-berumbai-besi. Kuda yang beliau naiki bernama Dlarib. Tangan beliau membawa tombak dan perisai. Para sahabat melindungi beliau dengan rapat dan kewaspadaan yang penuh.

Meskipun segala upaya telah dikerahkan, namun Muslimiin belum juga meraih kemenangan.
Nabi telah menyerahkan bendera kepemimpinan pada seorang Muhajir; namun tak juga meraih kemenangan. Ada lagi lelaki yang diserahi bendera agar memimpin pasukan; namun tak juga meraih kemenangan. Nabi mencoba memberikan bendera kaum Anshar pada seorang pilihan agar memimpin perang, namun tak juga berhasil meraih kemenangan. Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mengumpulkan Muslimiin.
Pasukan Yahudi berjumlah banyak sekali mengalir bagai air banjir di bawah pimpinan Charits Abu Zainab. Derap kaki dan hiruk-pikuk mereka bembahana.
Lelaki pembawa bendera Anshar menyongsong dan menyerang mereka dengan penuh keberanian, hingga mereka bergeser-mundur sampai ke kastil dan memasukinya lagi. Seorang tawanan Yahudi digandeng seorang, berjalan cepat keluar dari gerbang kastil, ke arah depan pasukan mereka untuk diumpankan.
Pasukan Yahudi menyerang dengan garang hingga mendesak pembawa panji kaum Anshar. Sepertinya nabi berang dan susah karena sebetulnya telah menjelaskan pada Muslimiin bahwa, Allah akan memberi Kemenangan. Namun nyatanya mereka tetap juga mundur; apa lagi saat itu Sa’d bin Ubadah yang termasuk sahabat pilihan, pulang ke barak dalam kedaan luka parah, sehingga dia terlambat bergabung pada sahabat-sahabatnya.
Pembawa bendera kaum Muhajirin juga terlambat bergabung pada sahabat-sahabatnya, hingga berkata, “Ini termasuk karena kalian dan kalian.”
Tak lama kemudian Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda, “Sungguh syaitan telah datang pada kaum Yahudi untuk berkata ‘sungguh Muhammad memerangi kalian karena harta kalian. Undang mereka dan katakan لَا إلَهَ إلّا اللّهُ – Laa Ilaaha Illallaah - Tiada Tuhan selain Allah, dengan itulah kalian telah melindungi harta dan darah kalian; sedangkan hitungan kalian terserah Allah’.”

Sebagian kaum Yahudi mengajak sahabat-sahabat mereka untuk mengatakan لا إلَهَ إلّا اللّهُ; ternyata kebanyakan mereka berkata, “Kita tidak boleh melakukan demikian! Kita tidak boleh meninggalkan undang-undang Musa AS; sementara Taurat di pertengahan kita.”

Susah selalu tertutup oleh senang; begitu pula yang terjadi saat itu. Di saat para sahabat susah karena beratnya perjuangan dan sulitnya meraih kemenangan; ditambah dengan rasa capek karena telah sekitar tigabelas hari atau lebih, mereka berusaha sekuat tenaga menaklukkan penghuni kastil, namun kesulitan. Tiba-tiba sabda Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mengejutkan mereka, “لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَى يَدَيْهِ – Niscaya besok pagi panji ini akan kuberikan sungguh pada pria, yang Allah akan memberi Kemenangan karena usahanya.”
Semua sahabat berharap terpilih sebagai lelaki yang akan diberi panji tersebut. Hingga malam mereka tidak tidur, karena ricuh riuh, membicarakan siapakah di antara mereka yang akan dipercaya membawa panji itu.
Di pagi buta para sahabat telah berdatangan ke hadirat Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ; semua berharap akan terpilih. Pertanyaan Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mengejutkan mereka, “Di mana Ali bin Abi Thalib?.”
Ada yang menjawab, “Ya Rasulallah dua matanya sedang sakit.”
Nabi perintah, “Panggil dia!.”
Setelah Ali datang; Nabi meludahi dua matanya dan berdoa untuknya[20]; sontak dia sembuh.
Nabi menyerahkan panji tersebut. Ali bertanya, “Ya Rasulallah, apakah mereka harus kuperangi hingga seperti kita?.”
Nabi bersabda, “Laksanakan dengan penuh perhitungan! Hingga kau berhasil mendekati halaman mereka. Setelah itu, ajaklah mereka menuju Islam.[21] Dan khabarkan pada mereka mengenai Kewajiban dari Allah atas mereka. Demi Allah, jika Allah memberi Petunjuk seorang lelaki, melalui perantaraan kau, lebih baik untukmu, dari pada kau mendapatkan binatang ternak merah.”

Beberapa riwayat menjelaskan, “(Sebelum itu) Abu Bakr telah mencoba memimpin membawa panji, namun tak juga meraih kemenangan. Pagi harinya Umar membawa panji tersebut untuk memimpin, namun tak juga meraih kemenangan, bahkan Machmud bin Maslamah gugur.

Gugurnya panglima perang Yahudi bernama Marchab merupakan kisah bersejarah. Dialah lelaki yang sangat sombong. Dengan membusungkan dada dia membaca syair:

Sungguh sayalah Marchab yang di Khaibar kondang
Pahlawan yang telah teruji jago pedang
Di saat singa-singa-jantan datang untuk menyerang
Kutusuk dan kupukul dengan pedang
Daerah kekusanku takkan didekati orang

Selanjutnya dia berkata, “Siapa berani melawanku?.”
Ka’b bin Malik mengabulkan tantangannya.



Marchab Tewas

Gugurnya Marchab diceritakan di mana-mana, dengan riwayat yang berbeda. Ada yang menjelaskan, “Nabi SAW bertanya ‘siapa pengarang syair ini?’.
Muhammad bin Maslamah berkata ‘saya yang mengarangnya. Ya Rasulallah, saya dendam dia karena kamarin sudara laki-laki saya dibunuh oleh dia’.
Nabi bersabda ‘lawan dia; ya Allah tolonglah agar Muhammad mengalahkan dia’.
Muhammad mendatangi Marchab untuk menyerang. Saat mereka berdua telah dekat; saat yang mendebarkan. Di antara mereka berdua ada pohon Umriyyah sebagai penghalang. Jika satunya menyerang dengan pedang; yang lain menghindar cepat. Dua pedang bergerak cepat melukai pohon. Karena berkali-kali pohon terserang dua pedang, maka hampir tumbang.
Luar biasa: mereka berdua sama-sama menyerang dengan pedang, menghindar dan menangkis dengan perisai. Kini bagian atas pohon telah tertebang, hanya pangkalnya setinggi bocah, yang masih berdiri di tengah mereka berdua. Pedang Marchab menyambar cepat sekali; namun perisai Muhammad menangkis dan menggigit erat pada pedang Marchab. Muhammad memukul dengan pedang menewaskan Marchab.”
Banyak yang meriwayatkan bahwa yang membunuh Marchab adalah Ali RA. Karena di saat Marchab roboh oleh pedang Muhammad, saat itu belum mati, tapi sudah tidak mampu berdiri karena dua kakinya patah, akhirnya dibunuh oleh Ali.[22]







Yasir Tewas

Tewasnya saudara Marchab bernama Yasir yang ahli pedang juga menarik bagi para sejarawan. Dia marah setelah saudaranya tewas bermandi darah. Dia berkata, “Siapa berani melawanku?.”
Menurut Hisyam ‘kakek dia bernama Az-Zubair bin Al-Awwam mengabulkan tantangannya’.
Ibu Az-Zubair bin Al-Awwam bernama Shafiah ketakutan dan berkata, “Dia akan membunuh anakku ya Rasulallah.”
Nabi menghibur, “Justru anakmu yang akan membunuh dia in syaa Allah.”
Az-Zubair bin Al-Awwam telah berhadapan dengannya. Dalam beberapa jurus Yasir tewas, menyusul saudaranya ke alam baka, oleh tebasan pedang Az-Zubair.
Jika Az-Zubair ditanya, “Demi Allah apakah pedangmu sebelum kau gunakan menyerang Yasir telah patah.”
Dia menjawab, “Demi Allah sebetulnya tadinya belum patah, tetapi saya paksakan untuk membunuhnya hingga akhirnya patah.”



Berperisai Gerbang Besi

Yang paling seru peperangan Sayidinaa Ali RA. Karena dia mendapat doa khusus dari nabi, maka dia mampu membobol pintu gerbang kastil berupa besi besar lebar sangat berat. Hingga orang-orang terkejut debam suaranya yang membahana. Mereka berlarian ketakutan hampir saja tak percaya; tapi nyata. Pintu gerbang sangat besar hanya dijinjing dengan tangan satu, hingga perang usai. Diperkirakan jikalau mereka dipukul dengannya; hancur-lebur menjadi darah.

Menurut Ibnu Ishaq, “Pada saat Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mengutus Abu Bakr رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ agar membawa panjinya berwarna putih, untuk menaklukkan penghuni kastil, ternyata tak juga meraih kemenangan, meskipun telah diperjuangkan sekuat tenaga. Paginya Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ mengutus Umar رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ. Namun tak juga berhasil meraih kemenangan, meskipun segala upaya dan tenaga telah dikerahkan.
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda ‘لَأُعْطِيَن الرّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُحِبّ اللّهَ وَرَسُولَهُ يَفْتَحُ اللّهُ عَلَى يَدَيْهِ لَيْسَ بِفَرّارٍ – Niscaya besok pagi panji ini akan kuberikan sungguh, pada pria yang cinta Allah dan Rasul-Nya; Allah akan memberi Kemenangan melalui dua tangannya. Dia bukan orang yang mudah lari dari musuh’.
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ berdoa dan meludahi mata Ali yang saat itu sakit. Selanjutnya Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ perintah ‘ambil panji ini dan segera berangkat berjuang hingga Allah membuatmu Menang!’."

Salamah melaporkan, “Demi Allah penyakit mata Ali langsung hilang, selanjutnya dia bergegas melaksanakan tugas. Saya mengikuti dia terus di belakangnya, hingga akhirnya dia menancapkan panjinya di pertengahan tumpukan batu-batu besar di bawah kastil. Seorang Yahudi menengok dia dari atas kastil untuk bertanya, “Siapa kau?.”
Ali menjawab, “Akulah Ali bin Abi Thalib RA.”
Dia berkata, “Kalian pasti meraih kemenangan yang belum pernah diraih Musa AS.”

Nyatanya Ali RA tak kembali ke hadirat nabi SAW, sebelum Allah memberi dia Kemenangan.[23] 
Ibnu Ischaq mendapat berita dari Abdullah bin Al-Chusain dari sebagian keluarganya dari Abi Rafiq mantan hamba-sahaya Rasulillah SAW:

“Di saat Ali RA dia diutus oleh Rasulillah agar membawa panjinya, kami keluar bersama dia. Ketika dia telah mendekati kastil; beberapa orang lelaki datang menyerang dengan garang hingga terjadi pertempuran sengit. Perisai Ali RA terlempar dari tangannya oleh pukulan pedang seorang. Ali RA bergerak cepat meraih pintu gerbang besar di sisi kastil, untuk menangkis serangan lawan. Pintu sangat berat tersebut dipergunakan sebagai perisai dalam perangnya, dalam waktu cukup lama, hingga akhirnya Allah memberi dia Kemenangan. Setelah peperangan berakhir, dia melemparkannya ke tanah. Saya telah mencoba bersama tujuh teman saya, untuk mendirikannya, namun tidak mampu.”
Ibnu Chajar melaporkan, “Bahkan akhirnya diangkat empat puluh orang, namun tidak mampu.“


Meskipun secara sekilas seakan-akan perjalanan sejarah nabi SAW mulai Perang Khaibar hingga Fatchu Makkah hanyalah kekerasan, namun sesungguhnya yang benar adalah Cinta Kasih dan Akhlaq Mulia yang mempesona. Mungkin karena pengaruh Wahyu yang diturunkan dalam wujud Surat Al-Fatch, sehingga nabi SAW sangat berhati-hati dalam menindak manusia. Terlalu banyak kesalahan kaum Khaibar atas kaum Muslimiin. Pengusiran nabi SAW atas kaum Khaibar jauh lebih indah dibanding dengan, saat kaum non Muslim menindak kaum Yahudi dalam waktu sangat panjang. Kaum Yahudi diperangi dan diusir kaum Nashrani mulai sejak Raja Qusthanthin (قسطنطين) atau Konstantin, hingga waktu yang panjang sekali yaitu hingga Deklarasi Balvour, dengan perlakuan yang jauh lebih kejam. Ini belum negara-negara besar lainnya.

Amukan Raja Bukhtunashar, amukan Hitler, Perang Salib Satu atas mereka, mungkin termasuk yang paling menojol. Perang Khaibar sebagai training nabi SAW dan kaum Muslimiin dalam menindak musuh dengan bijak dan indah. Karena keberhasilannya maka sekitar 19 bulan setelahnya, dapat menaklukkan bangsa Quraisy dengan cara yang indah sekali, melebihi indahnya yang dianggap paling indah. Keindahan yang hakiki bukan pada lukisan atau musik atau atau gadis tercantik, tetapi pada Akhlaq Sempurna yang diperagakan dengan tulus dan sadar bahwa, Allah yang Esa Firman-Nya menggetarkan sukma.[24]



Taburan Cinta-Kasih Rasul untuk Sahabat.
Membatasi Diri


Sekitar bulan Syawal tahun 10 Hijriah, seusai kaum Hawazin ditaklukkan oleh Rasulillah SAW, mereka masuk Islam. Mereka diwakili sembilan orang, datang ke hadirat Rasulillah SAW, memohon, “Ya Rasulallah, mengenai ibu-ibu, sudara-sudara perempuan, bibi-bibi dari jalur ayah dan ibu kami yang ditawan, membuat kaum kami terhina.”

Intinya mereka memohon agar harta dan tawanan perang dari mereka dikembalikan. Nabi SAW bersabda, “Jawaban yang paling saya senangi yang jujur. Pilihlah di antara dua: menarik tawanan perang atau harta?.”

Karena yang mereka minta telah dibagikan pada Muslimiin, Nabi SAW bersabda, “Yang bagiannya keluarga besar Bani Hasyim, kukembalikan pada kalian. Namun yang lainnya akan saya bicarakan dengan Muslimiin dulu. Kalian juga berbicarah pada mereka! Dan katakan bahwa kalian telah Islam!.”
Seusai nabi SAW shalat zhuhur; para-juru-bicara kaum Hawazin berdiri untuk menyampaikan khuthbah, memohon agar tawanan perang dari mereka dikembalikan lagi oleh kaum Muslimiin.
Nabi juga menyanjung Allah lalu bersabda, “Ammaa ba’du. Saudara-saudara kalian ini telah datang kemari setelah bertaubat dengan serius. Saya telah memutuskan tawanan perang saya kembalikan pada mereka. Barang siapa ikhlas maka silahkan melepaskan miliknya. Barang siapa bersikeras bagiannya harus saya berikan dia, silahkan juga.”

Beberapa orang berkata ke hadirat nabi SAW: “Sungguh kami mengikhlaskan.” Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh kami tidak tahu mana di antara kalian yang mengikhlaskan bagiannya dan yang tidak mengikhlaskan. Sekarang silahkan pulang! Yang melaporkan secara rinci agar pengurus-pengurus kalian (عُرَفَاؤُكُمْ).”
Mereka pulang, didata dan dinasehati, oleh pengurus-pengurus mereka. Tak lama kemudian pengurus-pengurus mereka melaporkan pada Rasulullah SAW bahwa sungguh mereka semua telah merelakan tawanan mereka dikembalikan. Hikmah yang terkandung dalam peristiwa itu:
1.       Meskipun dalam musyawarah yang dipimpin nabi SAW tersebut banyak sekali yang menyatakan ikhlas mengembalikan tawanannya; namun perlu dicek lagi secara teliti mana yang tidak rela, karena hak yang terrenggut bisa membuat orang sakit hati.
2.       Orang diam belum tentu setuju, artinya: yang berhubungan dengan hak atau harga diri seorang, agar menjadi pertimbangan dalam menentukan tindakan. Kalau nabi SAW langsung mengembalikan tawanan milik Muslimiin semuanya, atas dasar beberapa orang yang menyatakan setuju, dipastikan akan ada ganjalan di dalam hati orang-orang yang tidak menyetujuinya tapi diam. Sebetulnya termasuk yang membuat orang-orang ribut dan mencemooh dan menggulingkan pimpinan mereka adalah, kurang peduli atau kurang telitinya pimpinanan menjaga perasaan umat.
3.       Pernyataan, “Diam di dalam musyawarah berarti setuju,” tidak selamanya benar: Nabi Yusuf AS yang akhlaqnya dikagumi oleh nabi SAW juga pernah diam di saat tidak setuju, saat itu kakak-kakaknya berkata, “Jika dia mencuri pantesan dulu saudaranya juga pernah mencuri.” Saat itu Nabi Yusuf AS benci sekali karena yang dimaksud, “Dulu saudaranya juga pernah mencuri,” adalah dirinya yang sungguh belum pernah mencuri. Hati Nabi Yusuf AS menjawab, “Kalian lebih jelek kedudukannya; dan Allah tahu yang kalian jelaskan.”
4.       Pembatasan hak pemimpin demi kemashlahatan diri dan jamaahnya adalah perlu, berdasarkan Hadits di atas, dengan tujuan agar mengikuti Sunnah Nabi SAW, agar dicintai dan diampuni Allah. Diperkirakan di saat Zaid bin Sa’anah Chabr (Alim) Yahudi membentak nabi SAW; sahabat nabi  banyak yang akan menghajar dia. Namun nabi SAW justru bersabda, ”Ya Umar, saya dan orang ini lebih membutuhkan pada selain ini: Kau perintah agar saya melunasi dengan baik; kau perintah agar dia menagih dengan baik. Bawalah dia pergi dan lunasilah haknya! Dan tambahilah dia 20 sha’ kurma sebagai ganti-rugi telah kau buat terkejut-ketakutan!.” [25]

Thabarani meriwayatkan kisah Islamnya Zaid bin Sa’nah berdasarkan laporan Abdullah bin Salam RA.[26] Dalam kisah tersebut terdapat hikmah-pelajaran bahwa nabi SAW selalu membatasi diri agar tidak semena-mena terhadap sesama manusia, meskipun dirinya dibuat terhina dan menderita. Begitu pula mengenai Kisah Nabi SAW merelakan-diri dikisos sahabatnya yang bernama ‘Ukasyah bin Michshan. Begitu pula mengenai Bersabar dan Maaf Nabi SAW pada ‘Umayah bin Shafwan pada waktu Fatchu-Makkah. Demikian pula Maaf Nabi SAW pada Abu Sufyan bin Charb saat ditangkap lalu dihadapkan padanya SAW dalam Fatchu Makkah.
Hanya saja pembatasan pada pemimpin di sini maksudnya agar dua fihak merasa nyaman semuanya. Karena disadari atau tidak, fatwa Ustadz ‘Abdudz-Dzahir Muhammad Suwaih, “Wujudkanlah adil dan taat.” Adalah gagasan dan fatwa yang diilhami dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Maksud dia sebenarnya, “Agar diseimbangkan adil dan taat.” Karena pada hakekatnya kumpulan manusia terdiri dari dua bagian: pimpinan dan pengikut. Jika duanya bisa membuat sebuah sistim agar saling nyaman, maka itulah yang dimaksud amanat, karena amanat ialah yang membuat aman dan nyaman.
Sebetulnya di saat Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan hutang-piutang antara kalian maka tulislah,” dan seterusnya, adalah Ajaran agar Hamba-Hamba-Nya bisa membuat sistim indah yang membuat semuanya menjadi nyaman. [27] Secara lahiriah sepertinya Firman tersebut hanya perintah agar menulis hutang-piutang. Secara sabab atau asbabun-nuzul atau riwayat yang berkaitan Ayat tersebut pun, seakan-akan Firman tersebut hanya membahas penulisan hutang-piutang atau Salaf atau Salam.
Ibnu Katsir berkata: 
”Ini petunjuk dari Dia Ta’ala untuk Hamba-Hamba-Nya yang beriman ketika kerja-sama mengenai jenis-jenis pekerjaan yang sifatnya tempo, agar menulisnya, sebagai upaya agar lebih terjaga kadar dan waktu, maupun persaksiannya. [28] Sungguh mengenai hal itu Allah mengingatkan di akhir Ayat: ‘Demikian itu lebih adil di sisi Allah, lebih menegakkan persaksian, dan lebih mendekatkan ke arah tidak-ragu-ragu’.” [29]


Kalau kalian menyangkal, “Para Khalifatur-Rasyidiin tidak melakukan hal itu!” Saya jawab, “Mereka melakukannya hanya tidak ditulis, tetapi langsung dalam praktik. Bahkan beberapa sumber memfitnah: “Sebagaian Khalifatur-Rasyiddin ada yang nepotisme lalu akhirnya dibunuh orang-orang Bughat.”[30]


[1] Allah berfirman:
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا [الإسراء/44].
Artinya:
Langit tujuh dan bumi dan orang yang di dalam semuanya bertasbih pada Allah. Tiada bagian terkecil dari sesuatu kecuali bertasbih dengan pujian-Nya; tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Sungguh Dia Maha penyantun Maha pengampun.
[2] Dalam sebuah kitab dijelaskan: هِيَ بِئْرُ إسْمَاعِيلَ بْنِ إبْرَاهِيمَ عَلَيْهِمَا السّلَامُ ، الّتِي سَقَاهُ اللّهُ حِينَ ظَمِئَ وَهُوَ صَغِيرٌ فَالْتَمَسَتْ لَهُ أُمّهُ مَاءً فَلَمْ تَجِدْهُ فَقَامَتْ إلَى الصّفَا تَدْعُو اللّهَ وَتَسْتَغِيثُهُ لِإِسْمَاعِيلَ ثُمّ أَتَتْ الْمَرْوَةَ فَفَعَلَتْ مِثْلَ ذَلِكَ . وَبَعَثَ اللّهُ تَعَالَى جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السّلَامُ ، فَهَمَزَ لَهُ بِعَقِبِهِ فِي الْأَرْضِ فَظَهَرَ الْمَاءُ وَسَمِعَتْ أُمّهُ أَصْوَاتَ السّبَاعِ فَخَافَتْهَا عَلَيْهِ فَجَاءَتْ تَشْتَدّ نَحْوَهُ فَوَجَدَتْهُ يَفْحَصُ بِيَدِهِ عَنْ الْمَاءِ مِنْ تَحْتِ خَدّهِ وَيَشْرَبُ فَجَعَلَتْهُ حِسْيًا
[3] Dalam sebuah kitab dijelaskan: عَنْ حَسّانَ بْنِ ثَابِتٍ ، قَالَ وَاَللّهِ إنّي لَغُلَامٌ يَفَعَةٌ ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ أَوْ ثَمَانٍ أَعْقِلُ كُلّ مَا سَمِعْت ، إذْ سَمِعْتُ يَهُودِيّا يَصْرُخُ بِأَعْلَى صَوْتِهِ عَلَى أَطَمَةٍ بِيَثْرِبَ يَا مَعْشَرَ يَهُودِ حَتّى إذَا اجْتَمَعُوا إلَيْهِ قَالُوا لَهُ وَيْلَكَ مَا لَك ؟ قَالَ طَلَعَ اللّيْلَةَ نَجْمُ أَحْمَدِ الّذِي وُلِدَ بِهِ . قَالَ مُحَمّدُ بْنُ إسْحَاقَ فَسَأَلْت سَعِيدَ بْنَ عَبْدِ الرّحْمَنِ بْنِ حَسّانَ بْنِ ثَابِتٍ فَقُلْت . ابْنُ كَمْ كَانَ حَسّانُ بْنُ ثَابِتٍ مَقْدَمَ رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ الْمَدِينَةَ ؟ فَقَالَ ابْنُ سِتّينَ ( سَنَةً ) ، وَقَدِمَهَا رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَخَمْسِينَ سَنَةً فَسَمِعَ حَسّانُ مَا سَمِعَ وَهُوَ ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ
[4] Dalam sebuah kitab dijelaskan; إنّ مِمّا دَعَانَا إلَى الْإِسْلَامِ مَعَ رَحْمَةِ اللّهِ تَعَالَى وَهَدَاهُ لَنَا ، لَمَا كُنّا نَسْمَعُ مِنْ رِجَالِ يَهُودَ ( وَ ) كُنّا أَهْلَ شِرْكٍ أَصْحَابَ أَوَثَانٍ وَكَانُوا أَهْلَ كِتَابٍ عِنْدَهُمْ عِلْمٌ لَيْسَ لَنَا ، وَكَانَتْ لَا تَزَالُ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ شُرُورٌ فَإِذَا نِلْنَا مِنْهُمْ بَعْضَ مَا يَكْرَهُونَ قَالُوا لَنَا : إنّهُ ( قَدْ ) تَقَارَبَ زَمَانُ نَبِيّ يُبْعَثُ الْآنَ نَقْتُلُكُمْ مَعَهُ قَتْلَ عَادٍ وَإِرَمٍ فَكُنّا كَثِيرًا مَا نَسْمَعُ ذَلِكَ مِنْهُمْ . فَلَمّا بَعَثَ اللّهُ رَسُولَهُ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَجَبْنَاهُ حِينَ دَعَانَا إلَى اللّهِ تَعَالَى ، وَعَرَفْنَا مَا كَانُوا يَتَوَعّدُونَنَا بِهِ فَبَادَرْنَاهُمْ إلَيْهِ فَآمَنّا بِهِ وَكَفَرُوا بِهِ فَفِينَا وَفِيهِمْ نَزَلَ هَؤُلَاءِ الْآيَاتُ مِنْ الْبَقَرَةِ { وَلَمّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللّهِ مُصَدّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الّذِينَ كَفَرُوا فَلَمّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ } [ ص 212 ] قَالَ ابْنُ هِشَامٍ : يَسْتَفْتِحُونَ يَسْتَنْصِرُونَ وَيَسْتَفْتِحُونَ ( أَيْضًا ) : يَتَحَاكَمُونَ وَفِي كِتَابِ اللّهِ تَعَالَى : { رَبّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ }.
[5] Yang meracuni nabi SAW adalah Zainab binti Al-Harits istri Sallam bin Musykam. Sahabat nabi yang wafat di dalam jamuan tersebut; Bisyr bin Al-Barra’. [Fatchul-Bari].
[6] Allah mengajarkan: ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ * وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ – Tolaklah dengan yang lebih baik; tahu-tahu orang yang di antara kau dan dia ada permusuhan, mirip sekali kekasih yang sangat kental. Namun takkan diberi anugrah itu kecuali orang-orang yang telah bersabar. Dan takkan diberi itu kecuali pemilik bagian yang sangat besar.
[7] Dalam sebuah kitab dijelaskan: خرج جرجة إلى بين الصفين وطلب خالداً، فخرج إليه، فآمن كل واحد منهما صاحبه، فقال جرجة: يا خالد اصدقني ولا تكذبني، فإن الحر لا يكذب، ولا تخادعني، فإن الكريم لا يخادع المسترسل، هل أنزل الله نبيكم سيفاً من السماء فأعطاكه فلا تسله على قوم إلا هزمتهم؟ قال: لا. قال: ففيم سميت سيف الله؟ فقال له: إن الله بعث فينا نبيه، صلى الله عليه وسلم، فكنت فيمن كذبه وقاتله، ثم إن الله هداني فتابعته، فقال: (أنت سيف الله سله على المشركين)! ودعا لي بالنصر. قال: فأخبرني إلى ما تدعوني. قال خالد: إلى الإسلام أو الجزية أو الحرب. قال: فما منزلة من الذي يجيبكم ويدخل فيكم؟ قال: منزلتنا واحدة. قال: فهل له مثلكم من الأجر والذخر؟ قال: نعم وأفضل لأننا اتبعنا نبينا وهو حي يخبرنا بالغيب ونرى منه العجائب والآيات، وحق لمن رأى ما رأينا وسمع ما سمعنا أن يسلم، وأنتم لم تروا مثلنا ولم تسمعوا مثلنا، فمن دخل بنية وصدقٍ كان أفضل منا. فقلب جرجة ترسه ومال مع خالد وأسلم وعلمه الإسلام واغتسل وصلى ركعتين ثم خرج مع خالد فقاتل الروم. وحملت الروم حملة أزالوا المسلمين عن مواقفهم إلا المحامية، عليهم عكرمة وعمه الحارث بن هشام، فقال عكرمة: قاتلت النبي، صلى الله عليه وسلم، في كل موطن ثم أفر اليوم! ثم نادى: من يبايع على الموت؟ فبايعه الحارث بن هشام وضرار بن الأزور في أربعمائة من وجوه المسلمين وفرسانهم، فقاتلوا قدام فسطاط خالد حتى أثبتوا جميعاً جراحاً، فمنهم من برأ ومنهم من قتل. وقاتل خالد وجرجة قتالاً شديداً، فقتل جرجة عند آخر النهار وصلى الناس الأولى والعصر إيماء وتضعضع الروم ونهد خالد بالقلب حتى كان بين خيلهم ورجلهم، فانهزم الفرسان وتركوا الرجالة. ولما رأى المسلمون خيل الروم قد توجهت للمهرب أفرجوا لها، فتفرقت وقتل الرجالة واقتحموا في خندقهم، فاقتحمه عليهم، فعمدوا إلى الواقوصة حتى هوى فيها المقترنون وغيرهم، ثمانون ألفاً من المقترنين وأربعون ألف مطلق سوى من قتل في المعركة،.
[8] Futuchus-Syam menjelaskan, “Dia pandai berbahasa Arab.”
[9] عَنِ الزُّهْرِىِّ حَدَّثَنِى عُرْوَةُ أَنَّ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ جَاءَتْ هِنْدٌ بِنْتُ عُتْبَةَ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا كَانَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ مِنْ أَهْلِ خِبَاءٍ أَحَبُّ إِلَىَّ أَنْ يَذِلُّوا مِنْ أَهْلِ خِبَائِكَ ، ثُمَّ مَا أَصْبَحَ الْيَوْمَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَهْلُ خِبَاءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ أَنْ يَعِزُّوا مِنْ أَهْلِ خِبَائِكَ . قَالَ وَأَيْضًا وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ ، قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ مِسِّيكٌ ، فَهَلْ عَلَىَّ حَرَجٌ أَنْ أُطْعِمَ مِنَ الَّذِى لَهُ عِيَالَنَا قَالَ «لاَ أُرَاهُ إِلاَّ بِالْمَعْرُوفِ» - Dari Az-Zuhri murid ‘Urwah: Sesungguhnya ’A’isyah RA berkata, “Hindun binti ‘Utbah datang untuk berkata ‘ya Rasulallah, dulu di bumi tak ada ahli rumah yang lebih menyenangkanku jika mereka hina daripada ahli rumah kau. Namun di pagi ini tak ada ahli rumah yang lebih menyenangkanku jika berjaya daripada ahli rumah kau’. Nabi bersabda ’ini juga begitu lagi’.
Hindun berkata ‘sesungguhnya Abu Sufyan lelaki yang pelit sekali. Apakah saya berdosa jika mengambil miliknya untuk memberi makan orang yang menjadi tanggungannya?’. Nabi bersabda ‘saya tidak setuju, kecuali jika bil-ma’ruf (sekedar)’.”
Anak para musuh nabi yang masuk Islam juga sangat banyak sekali, termasuk di antara mereka adalah anak ‘Uqbah bin Abi Mu’aith yang bernama Ummu Kultsum. Dialah wanita yang setelah perjanjian Hudaibiyyah hijrah ke Madinah. Dua saudaranya bernama Umarah dan Al-Walid datang ke Madinah menghadap Rasulillah untuk menarik dia lagi merujuk butir Perjanjian Hudaibiyyah yang ada, yang telah disepakati dua belah fihak. Namun nabi tidak mengabulkannya karena Allah melarangnya.
[10] Syair tentang Fatchu Makkah:
Bangsa Quraisy ketakutan menyaksikan pasukan ribuan
Berbusana cinta dan akhaq mulia
Dipimpin Rasulillah
Menghancurkan Tuhan-Tuhan bathilan
Dengan membaca Al-Qur’an
Firman Tuhan
Masjidil-Haram penuh manusia takut baginda
Karna telah berdosa
Tapi Baginda menabur cinta rahmat dan ampunannya
[11] Az-Zamakhsyari menulis:
هو فتح مكة ، وقد نزلت مرجع رسول الله صلى الله عليه وسلم عن مكة عام الحديبية عدة له بالفتح ، وجيء به على لفظ الماضي على عادة ربّ العزة سبحانه في أخباره؛ لأنها في تحققها وتيقنها بمنزلة الكائنة الموجودة ، وفي ذلك من الفخامة والدلالة على علو شأن المخْبِر ما لا يخفى . فإن قلت : كيف جعل فتح مكة علة للمغفرة؟ قلت : لم يجعل علة للمغفرة ، ولكن لاجتماع ما عدّد من الأمور الأربعة : وهي المغفرة وإتمام النعمة وهداية الصراط المستقيم والنصر العزيز ، كأنه قيل : يسرنا لك فتح مكة ، ونصرناك على عدوّك ، لنجمع لك بين عز الدارين وأغراض العاجل والآجل . ويجوز أن يكون فتح مكة - من حيث إنه جهاد للعدوّ - سبباً للغفران والثواب والفتح والظفر بالبلد عنوة أو صلحاً بحرب أو بغير حرب ، لأنه منغلق ما لم يظفر به ، فإذا ظفر به وحصل في اليد فقد فتح . وقيل : هو فتح الحديبية ، ولم يكن فيه قتال شديد ، ولكن ترام بين القوم بسهام وحجارة . وعن ابن عباس رضي الله عنه : رموا المشركين حتى أدخلوهم ديارهم . وعن الكلبي : ظهروا عليهم حتى سألوا الصلح . فإن قلت : كيف يكون فتحاً وقد أحصروا فنحروا وحلقوا بالحديبية؟ قلت : كان ذلك قبل الهدنة ، فلما طلبوها وتمت كان فتحاً مبيناً . وعن موسى بن عقبة : ( 1041 ) أقبل رسول الله صلى الله عليه وسلم من الحديبية راجعاً ، فقال رجل من أصحابه : ما هذا بفتح ، لقد صدّونا عن البيت وصد هدينا ، فبلغ النبي صلى الله عليه وسلم فقال : « بئس الكلام هذا ، بل هو أعظم الفتوح ، وقد رضى المشركون أن يدفعوكم عن بلادهم بالراح ، ويسألوكم القضية ، ويرغبوا إليكم في الأمان ، وقد رأوا منكم ما كرهوا » ، وعن الشعبي : ( 1042 ) نزلت بالحديبية وأصاب رسول الله صلى الله عليه وسلم في تلك الغزوة ما لم يصب في غزوة أصاب : أن بويع بيعة الرضوان ، وغفر له ما تقدّم من ذنبه وما تأخر ، وظهرت الروم على فارس؛ وبلغ الهدى محله ، وأطعموا نخل خيبر ، وكان في فتح الحديبية آية عظيمة . وذلك أنه نزح ماؤها حتى لم يبق فيها قطرة ، فتمضمض رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم مجه فيها ، فدرت بالماء حتى شرب جميع من كان معه . وقيل : فجاش الماء حتى امتلأت ولم ينفد ماؤها بعد - وقيل : هو فتح خيبر ، وقيل : فتح الروم . وقيل : فتح الله له بالإسلام والنبوّة والدعوة بالحجة والسيف ، ولا فتح أبين منه وأعظم ، وهو رأس الفتوح كلها ، إذ لا فتح من فتوح الإسلام إلا وهو تحته ومتشعب منه . وقيل : معناه قضينا لك قضاء بيناً على أهل مكة أن تدخلها أنت وأصحابك من قابل؛ لتطوفوا بالبيت : من الفتاحة وهي الحكومة ، وكذا عن قتادة { مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ } يريد : جميع ما فرط منك . وعن مقاتل : ما تقدم في الجاهلية وما بعدها . وقيل : ما تقدم من حديث مارية وما تأخر من امرأة زيد { نَصْراً عَزِيزاً } فيه عز ومنعة - أو وصف بصفة المنصور إسناداً مجازياً أو عزيزاً صاحبه.
[12] Ada yang menjelaskan jumlah mereka 1.600 orang, namun Abu Dawud menjelaskan 1.500 orang: كَانَ الْجَيْشُ أَلْفًا وَخَمْسَمِائَةٍ.
[13] Di dalam Lisanul-Arab dijelaskan: في الحديث أَن النبي صلى الله عليه وسلم لما تُوُفِّيَ وغُسِّلَ صَلَّى عليه الناسُ أَفناداً أَفناداً قال أَبو العباس ثعلب أَي فِرْقاً بعد فِرْق فُرادى بلا إِمام قال وحُزِرَ المصلون فكانوا ثلاثين أَلفاً ومن الملائكة ستين أَلفاً لأَن مع كل مؤْمن ملكين – Di dalam Hadits dijelaskan, “Sungguh di saat nabi telah wafat dan telah dimandikan; orang-orang menshalatinya sekelompok demi sekelompok.”
Abul-Abbas Tsa’lab menjelaskan, “Yakni sekumpulan demi sekumpulan, sendiri-sendiri tanpa Imam.”
Dia juga berkata, “Diperkirakan jumlah yang menshalati 30.000 orang dan 60.000 malaikat. Krena tiap orang iman disertai dua malaikat.”
[14] Seperti tiang yang diberi tali-tali untuk  melontarkan batu.
[15] Meriam. Dalam Tuchfatul-Chada’iq dijelaskan: Awal dababah atau meriam yang dibuat di dalam Islam yang dipergunakan untuk memerangi kota Tha’if. [Juz 1 halaman 495 versi Maktbatus-Syamilah].
[16] Ada dua dalil yang menunjukkan bahwa in syaa Allah maksudnya semoga Allah menghendakinya:
  1. عَنْ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ - عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ - لأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى مِائَةِ امْرَأَةٍ - أَوْ تِسْعٍ وَتِسْعِينَ - كُلُّهُنَّ يَأْتِى بِفَارِسٍ يُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَقُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَحْمِلْ مِنْهُنَّ إِلاَّ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ ، جَاءَتْ بِشِقِّ رَجُلٍ ، وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ، لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، لَجَاهَدُوا فِى سَبِيلِ اللَّهِ فُرْسَانًا أَجْمَعُونَ » - Dari Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ, “Sulaiman bin Dawud AS berkata ‘sungguh sepanjang malam ini saya akan menggilir pada seratus istri (atau sembilan-puluh-sembilan). Semuanya akan melahirkan pahlawan ahli berkuda yang berjihad di Jalan Allah’. Sahabat dia berkata untuk mengingatkan ‘in syaa Allah’. Namun Sulaiman tidak berkata ‘in syaa Allah’. Akhirnya tak seorang pun dari mereka yang berhasil hamil, kecuali seorang wanita. Dia melahirkan separuh-bayi lelaki, yakni tidak normal. Demi yang diriku di Tangan-Nya, kalau dia berkata ‘in syaa Allah’, niscaya semua anak yang diharapkan, benar-benar lahir sebagai pahlawan yang ahli berkuda untuk berjihad di Jalan Allah semuanya’.”
  2. عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ لَيَحْفِرُونَ السَّدَّ كُلَّ يَوْمٍ ، حَتَّى إِذَا كَادُوا يَرَوْنَ شُعَاعَ الشَّمْسِ ، قَالَ الَّذِي عَلَيْهِمْ : ارْجِعُوا فَسَتَحْفِرُونَهُ غَدًا ، فَيَعُودُونَ إِلَيْهِ كَأَشَدِّ مَا كَانَ ، حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ مُدَّتُهُمْ ، وَأَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَهُمْ عَلَى النَّاسِ ، حَفَرُوا ، حَتَّى إِذَا كَادُوا يَرَوْنَ شُعَاعَ الشَّمْسِ ، قَالَ الَّذِي عَلَيْهِمْ : ارْجِعُوا فَسَتَحْفِرُونَهُ غَدًا ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، وَيَسْتَثْنِي ، فَيَعُودُونَ إِلَيْهِ وَهُوَ كَهَيْئَتِهِ حِينَ تَرَكُوهُ ، فَيَحْفِرُونَهُ وَيَخْرُجُونَ عَلَى النَّاسِ ، فَيُنَشِّفُونَ الْمِيَاهَ ، وَيَتَحَصَّنَ النَّاسُ مِنْهُمْ فِي حُصُونِهِمْ ، فَيَرْمُونَ بِسِهَامِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ ، فَتَرْجِعُ وَعَلَيْهَا كَهَيْئَةِ الدَّمِ ، فَيَقُولُونَ : قَهَرْنَا أَهْلَ الأَرْضِ ، وَعَلَوْنَا أَهْلَ السَّمَاءِ ، فَيَبْعَثُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ نَغَفًا فِي أَقْفَائِهِمْ فَيَقْتُلُهُمْ بِهَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ، إِنَّ دَوَابَّ الأَرْضِ لَتَسْمَنُ وَتَشْكُرُ شُكْرًا مِنْ لُحُومِهِمْ وَدِمَائِهِمْ  - Dari Rasulillah SAW: “Sesungguhnya setiap-hari kaum Ya’juj dan kaum Ma’juj melobangi dinding-penghalang mereka. Hingga ketika mereka telah hampir menyaksikan sinar-terang-matahari; pimpinan mereka berkata ‘kembalilah! Kalian akan melanjutkan pelobangan ini besok pagi!’. Ternyata pagi harinya mereka harus kembali lagi berjuang melobangi dinding seperti semangat mereka yang kemarin, karena lobang-lobang itu buntu lagi. Ketika masa perjuangan mereka telah hampir berakhir; dan Allah telah menghedaki melepaskan mereka agar menyerang manusia; mereka melobangi dinding-penghalang mereka (dengan giat). Hingga ketika perjuangan mereka telah mencapai hampir melihat sinar-terang-matahari; pimpinan mereka berkata ‘pulanglah! Besok pagi kalian akan berhasil membobolnya in syaa Allah!’. Dia yatstatasni, yakni berkata in syaa Allah. (Sepertinya pagi itu terasa indah bagi mereka): Ketika mereka kembali lagi untuk melobang dinding seperti pekerjaan tiap harinya; ternyata lobang dinding tersebut tak berubah, tidak seperti yang sudah-sudah. Mereka-pun berhasil melobangi dinding dan keluar untuk menyerang manusia.
Mereka menghabiskan perairan yang sangat luas dengan diminum. Manusia berlarian menuju benteng persembunyian mereka. Kaum Ya'juj dan Ma'juj meluncurkan anak-panah-anak-panah mereka kearah langit. Anak-panah-anak-panah tersebut kembali ke bumi dalam keadaan berlumuran cairan mirip seperti darah. Mereka berkata ‘kami telah menaklukkan penduduk bumi dan telah mengalahkan penduduk langit’.
Allah mengirimkan naghaf, (bentuk jamak dari naghafah) yang artinya ulat-ulat-mematikan, yang menempel tengkuk-tengkuk mereka. Dengan itulah Allah mematikan mereka.“ 
Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Demi yang diri Muhammad di Tangan-Nya, sesungguhnya binatang merayap bumi pasti akan gemuk dan sangat bersyukur karena daging dan darah mereka (yang banyak sekali).”
[17] Mungkin laporan ini sebetulnya kelengkapan dari kisah di atas.
[18] Sa’d berani berkata begitu karena sekitar dua atau tiga bulan sebelum itu Allah berfirman, “هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا – Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq, untuk menjayakannya mengalahkan agama semuanya. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” [Qs Al-Fatch 28].
[19] Dia raja kaum Yahudi, ayah Shafiyyah رَضِيَ اللّهُ عَنْهَا yang akhirnya menjadi istri Rasulillah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ.  
[20] Doanya SAW: اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُ الْحَرَّ وَالْقَرَّ – Ya Allah hilangkanlah penyakit panas dan dingin darinya.
[21] Ini termasuk dalil rujukan para sahabat di dalam berdakwah dengan kelembutan maupun dengan kekerasan. Namun akhirnya kaum orintalis mencemooh dengan sinis: “Islam berkembang dengan pedang.”
Padahal mulai sejak zaman Nabi Musa AS, Allah telah perintah agar penyembah selain Allah diberantas karena Allah paling benci disekutukan. Bahkan Yesus atau ‘Isa pun juga diperintah demikian. Allah berfirman, “إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ – Sungguh Allah telah menukar diri-diri dan harta-harta orang-orang iman dengan kepastian mereka mendapatkan surga: mereka berperang di Jalan Allah untuk membunuh atau dibunuh. Janji tersebut kuwajiban Allah yang haq di dalam Taurat dan Injil dan Al-Qur’an. Siapakah yang lebih menetapi pada janjinya dari pada Allah?. Maka bersenang-senanglah dengan tukar-menukar yang kalian telah melakukannya. Dan itulah keuntungan yang luar biasa.”
[22] Al-Waqidi menulis: أَفْضَى كُلّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا إلَى صَاحِبِهِ وَبَدَرَ مَرْحَبٌ مُحَمّدًا ، فَيَرْفَعُ السّيْفَ لِيَضْرِبَهُ فَاتّقَاهُ مُحَمّدٌ بِالدّرَقَةِ فَلَحِجَ سَيْفَهُ وَعَلَى مَرْحَبٍ دِرْعٌ مُشَمّرَةٌ فَيَضْرِبُ مُحَمّدٌ سَاقَيْ مَرْحَبٍ فَقَطَعَهُمَا . وَيُقَالُ لَمّا اتّقَى مُحَمّدٌ بِالدّرَقَةِ وَشَمّرَتْ الدّرْعُ عَنْ سَاقَيْ مَرْحَبٍ حِينَ رَفَعَ يَدَيْهِ بِالسّيْفِ فَطَأْطَأَ مُحَمّدٌ بِالسّيْفِ فَقَطَعَ رِجْلَيْهِ وَوَقَعَ مَرْحَبٌ ، فَقَالَ مَرْحَبٌ : أَجْهِزْ يَا مُحَمّدُ قَالَ مُحَمّدٌ ذُقْ الْمَوْتَ كَمَا ذَاقَهُ أَخِي مَحْمُودٌ وَجَاوَزَهُ وَمَرّ بِهِ عَلِيّ فَضَرَبَ عُنُقَهُ وَأَخَذَ سَلَبَهُ فَاخْتَصَمَا إلَى رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فِي سَلَبِهِ فَقَالَ مُحَمّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ يَا رَسُولَ اللّهِ وَاَللّهِ مَا قَطَعْت رِجْلَيْهِ ثُمّ تَرَكْته إلّا لِيَذُوقَ مُرّ السّلَاحِ وَشِدّةِ الْمَوْتِ كَمَا ذَاقَ أَخِي ، مَكَثَ ثَلَاثًا يَمُوتُ وَمَا مَنَعَنِي مِنْ الْإِجْهَازِ عَلَيْهِ شَيْءٌ قَدْ كُنْت قَادِرًا بَعْدَ أَنْ قَطَعْت رِجْلَيْهِ أَنْ أَجْهَزَ عَلَيْهِ . فَقَالَ عَلِيّ عَلَيْهِ السّلَامُ صَدَقَ ضَرَبْت عُنُقَهُ بَعْدَ أَنْ قَطَعَ رِجْلَيْهِ . فَأَعْطَى رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ مُحَمّدَ بْنَ مَسْلَمَةَ سَيْفَهُ وَدِرْعَهُ وَمِغْفَرَهُ وَبَيْضَتَهُ فَكَانَ عِنْدَ آلِ مُحَمّدِ بْنِ مَسْلَمَةَ سَيْفُهُ فِيهِ كِتَابٌ لَا يُدْرَى مَا هُوَ حَتّى قَرَأَهُ يَهُودِيّ مِنْ يَهُودِ تَيْمَاءَ فَإِذَا فِيهِ هَذَا سَيْفُ مَرْحَبْ مَنْ يَذُقْهُ يَعْطَبْ .
Artinya:
Yang satu mendekati, namun Marchab mendahului menyerang dengan pedang pada dia yang bernama Muhammad. Perisai dari kulit yang digunakan menangkis oleh Muhammad sangat keras hingga mampu menggigit pedang Marchab; kain penutup betis Marchab tersingkap. Muhammad memukulkan pedang secepat-cepatnya ke arah bawah hingga dua betis Marchab patah menyemburkan darah.
Ada yang memberitakan ‘di saat Muhammad menangkis pedang dengan perisainya; kain Marchab tersingkap. Dua betis Marhab tampak, di saat memukulkan pedang ke arah Muhammad yang menunduk sambil mengayunkan pedang sekuat tenaga hingga mematahkan dua kaki Marhab. Marchab roboh lalu berkata, “Bunuhlah saya! Hai Muhammad.”
Muhammad menjawab, “Rasakan kematian sebagaimana Machmud sudaraku telah merasakannya.”
Muhammad meninggalkannya; namun Ali yang menjumpai membunuh dan memotong leher dan merampas lucutan Marchab. Ali RA dan Muhammad minta pengadilan pada Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ.
Muhammad berkata, “Ya Rasulallah. Adanya dia saya patahkan dua kakinya lalu saya tinggalkan, karena agar merasakan pedihnya pedang dan beratnya sakarat sebagaimana saudaraku telah merasakannya. Dia telah saya biarkan sakarat tiga hari meskipun sebetulnya saya mampu membunuhnya setelah dua kakinya kupotong.”
Ali عَلَيْهِ السّلَامُ berkata, “Dia benar, saya membunuh setelah dua kakinya dia patahkan.”
Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ memberikan pedang, baju-perang, topi-perang dan rumbai-topi-perang Marchab, pada Muhammad bin Maslamah. Pedang yang ditulisi dengan huruf yang tak bisa dibaca tersebut dirumat di keluarga Muhammad. Namun akhirnya ada seorang Yahudi Taimak yang bisa membacanya “Ini pedang Marchab, barang siapa tertembus; mampus.”

Peperangan berlangsung dengan sangat seru dan menegangkan. Kaum Yahudi bertahan mati-matian karena berada di kandang yang paling mereka andalkan; Muslimiin berjuang mati-matian karena yakin bahwa pasti akan menang. Banyak yang luka, banyak pula yang mati. Banyak yang ketakutan, banyak pula yang justru keberaniannya melonjak dan berkobar. Banyak yang menangis, banyak pula yang puas setelah merobohkan dan membunuh musuh. Banyak darah tumpah, banyak pula yang rasa kasihan dan cintanya terhadap sesama teman dan saudara justru menjadi sempurna.
Usair dan Yasir gugur
Saat itu telah banyak kaum Yahudi yang menjadi korban keganasan perang. Tinggal tokoh-tokoh besar mereka yang masih berperang dengan garang. Beberapa sumber melaporkan, “Setelah Muhammad membunuh Marchab, Usair lelaki kuat pendek datang menantang ‘siapa berani melawanku?’, dengan suara keras.”
Setelah Muhammad mendekati; mereka berdua bergerak cepat saling memukulkan pedang dan mengayunkan perisai. Namun tak lama kemudian Usair gugur oleh tusukan pedang Muhammad. Yasir segera datang untuk menyerang Muhammad, dia termasuk orang Yahudi paling kejam. Sebelum itu dia memburu kaum Muslimiin dengan tombaknya. Ketika Ali bergerak menghadapi Yasir; Az-Zubair berkata, “Saya bersumpah jangan kau biarkan dia lepas.”
Ali melaksanakan perintah Az-Zubair, yakni melawan Yasir. Sabda nabi “لِكُلّ نَبِيّ حَوَارِيّ وَحَوَارِيّ الزّبَيْرُ وَابْنُ عَمّتِي – Setiap nabi memiliki Hawari (pembela setia), dan Hawari-ku Az-Zubair dan anak bibiku,” dilontarkan setelah Az-Zubair membunuh Yasir yang tertahan oleh perlawanan Ali RA. Setelah Marchab dan Yasir dua tokoh besar Yahudi mati terbunuh; Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berbahagialah! Khaibar telah menjadi lebar dan lancar.”
Kebetulan Marchab yang gugur tersebut artinya dilebarkan atau dipermudahkan; Yasir yang barusan gugur artinya lancar. 
Amir gugur
Tak lama kemudian lelaki Yahudi tinggi besar bernama Amir muncul; Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bertanya, “Apakah kira-kira dia tingginya ada limadzirak?.”
Satu dzirak: sepanjang ujung jari tengah hingga ujung siku.
Amir berbaju perang menantang bertempur, “Siapa berani melawanku?,” sambil mengangkat-angkat pedangnya. Beberapa orang menjauhi lelaki yang lihai berperang tersebut; namun Ali justru mendekatinya.
Berkali-kali pedang Ali menebas; namun dia tetap tegak berdiri untuk menangkis. Dia roboh karena dua betisnya patah dan menyemburkan darah, oleh tebasan pedang Ali. Setelah dia roboh ke tanah, sambaran pedang Ali merenggut untuk menghantarkan dia ke alam baka. Tak lama kemudian pedang dia diambil oleh Ali. Dengan terbunuhnya tokoh-tokoh besar mereka: Charits, Marchab, Usair, Yasir, dan Amir maka berakhirlah Perang Khaibar, karena merekalah tokoh yang paling diandalkan kaum Yahudi.
[23] Nabi Musa AS hingga wafat belum mampu menaklukkan kaum Jabbar atau kaum Imlaq; sedangkan Ali RA mampu menaklukkan penghuni kastil bahkan menaklukkan penduduk Khaibar karena pertolongan Allahu akbar, dengan cara yang lebih dari mengagumkan.      
[24] Saat itu Rasulullah SAW membaca Al-Qur’an di pertengahan para sahabatnya.
[25] Dalam Kanzul-‘Ummal dijelaskan nabi SAW bersabda, “يا عمر أنا وهو كنا أحوج إلى غير هذا ، أن تأمرني بحسن الاداء وتأمره بحسن اتباعه ، اذهب به يا عمر فأعطه حقه وزده عشرين صاعا من تمر مكان ما رعته.”
[26] Dia menjelaskan kisah tersebut: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن سَلامٍ ، قَالَ : إِنَّ اللَّهَ لَمَّا أَرَادَ هُدَى زَيْدِ بن سَعْنَةَ ، قَالَ زَيْدُ بن سَعْنَةَ : مَا مِنْ عَلامَاتِ النُّبُوَّةِ شَيْءٌ إِلا وَقَدْ عَرَفْتُهَا فِي وَجْهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، حِينَ نَظَرْتُ إِلَيْهِ إِلا dan seterusnya.
[27] Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah dijelaskan: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلَا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلَّا تَرْتَابُوا إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (282)
[28] Dia berkata di dalam tafsirnya: هذا إرشاد منه تعالى لعباده المؤمنين إذا تعاملوا بمعاملات مؤجلة أن يكتبوها، ليكون ذلك أحفظ لمقدارها وميقاتها، وأضبط للشاهد فيها، وقد نبه على هذا في آخر الآية حيث قال: { ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلا تَرْتَابُوا }
[29] Allah berfirman: { ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلا تَرْتَابُوا }.
[30] Memanjangkan ulasan tentang beliau RA yang agung bisa jadi kita akan berdosa karena menggunjing seorang sahabat nabi SAW hukumnya haram. Allah sendiri telah menyatakan mengampuni padanya. Rasululllah SAW pun telah menyatakan yang maknanya, “Perbuatan dosamu setelah amalan besar ini tak membahayakanmu lagi.”
Di sini ditulis agar menjadi pelajaran bagi kita bahwa jamaah atau ra’iyyah yang iri atau dengki atau tidak terima dengan kebijakan yang membuat mereka tersingkir atau terabaikan atau tertekan dari arah pimpinan, adalah pertanda kemungkinan belum sempurnanya amanat yang dibangun antara pimpinan dan jamaah atau ra’iyyah.

0 komentar:

Posting Komentar