SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/03/03

IAP 9: Al-Ghazali dari Thusi

(Bagian ke-9 seri tulisan ImamAl-Ghazali Pengikut Ahlus Sunnah)


Kembali pada ulasan Imam Ghazali yang lahir di Thusi Iran pada tahun 1058 M, meninggal tanggal 19 Desember 1111 M. Sebetulnya Al-Ghazali, nama tempat wilayah di At-Thusi wilayah Naisabur, yakni kota tempat tinggal أَبُوْ سَعِيْدٍ النَّيْسَابُورِيّ (Abu Sa’id An-Naisaburi) yang menulis di dalam kitab شَرَفُ الْمُصْطَفَى (Keunggulan Orang Teripilih), bahwa “Jumlah keunikan yang diberikan secara khusus untuk Nabi kita Muhammad  SAW  mengalahkan seluruh Nabi AS  yang ada, 60 macam.”

Cukup banyak ulama dari kota Naisabur. إسْحَاقُ بْنُ إبْرَاهِيمَ بْنِ هَانِئٍ النّيْسَابُورِيّ (Ischaq bin Ibrahim bin Hani’ An-Naisaburi), dan Imam Muslim penyusun Hadits Muslim, juga berasal dari kota tersebut.

Dalam Faidhul-Qadir, Al-Munawi menjelaskan:

(أبو الحسين ابن الحجاج القشيري النيسابوري صاحب الصحيح المشهود له بالترجيح صنفه من ثلاث مئة ألف حديث كما في تاريخ ابن عساكر

Artinya :
Abul-Chusain ibnu Al-Chajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi penyusun Kitab Shahih yang sangat masyhur, dan telah disaksikan keshahihannya dengan pertimbangan cermat. 

Muslim telah menyaring dari 300. 000 Hadits, hingga menjadi Kitab tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam Tarikh Ibnu Asakir. Di kalangan Nahdhiyiin kitab Imam Al-Ghazali yang berjudul Bidayatul-Hidayah telah disyarahkan oleh An-Nawawi Al-Bantani dengan judul Maraqil-Ubudiyyah
Meskipun jasanya besar, karena ilmunya yang telah dia tebarkan, namun masih banyak sekali ulama yang kedudukannya jauh di atas Imam Al-Ghazali. Karena memang tingkatan ulama deretannya panjang sekali, yang paling tinggi di antara manusia adalah Nabi Muhammad SAW. Kalau dari kalangan sahabat, Abu Bakr As-Shiddiq. Bukti bahwa Nabi Muhammad SAW, orang paling pandai, diberi Wahyu Al-Qur’an, yaitu kitab yang saking uniknya :
1.     Mampu menunjukkan secara ilmiah bahkan secara mukjizah, bahwa Al-Qur’an Kitab dari Allah yang memuat Ilmu Allah.
2.     Mampu menjelaskan bahwa Allah Esa; tidak berputra dan tidak diputrakan, dan tidak ada yang membandingi.

Allah berfirman, “لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنْزَلَ إِلَيْكَ أَنْزَلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا – Tapi Allah berskasi (bahwa kau Utusan Allah) berdasarkan (Al-Qur’an) yang telah Dia turunkan padamu, Dia menurunkan dengan memuat Ilmu-Nya. Para malaikat juga bersaksi; dan cukuplah Allah sebagai Saksi.” 
Alasan bahwa Abu Bakr sahabat Nabi SAW yang paling pandai berada di dalam Muhammad Rasulullah karya Muhammad Ridho :

فِي اْلبُخاَرِيِّ مِنْ حَدِيْثِ أَنَسٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ أَنَّ اْلمُسْلِمِيْنَ بَيْنَماَ هُمْ فِي صَلاَةِ اْلفَجْرِ مِنْ يَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ وَأَبُوْ بَكْرٍ يُصَلِّي لَهُمْ لَمْ يُفاَجِئْهُمْ إِلاَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَدْ كَشَفَ سِجْفَ حُجْرَةِ عاَئِشَةَ رضي الله عنها فَنَظَرَ عَلَيْهِمْ وَهُمْ فِي صُفُوْفِ الصَّلاَةِ ثُمَّ تَبَسَّمَ يَضْحَكُ فَنَكَصَ اَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ لِيَصِلَ الصَّفَّ وَظَنَّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ يُرِيْدُ أَنْ يَخْرُجَ لِلصَّلاَةِ . قاَلَ أَنَسٌ وَهَمَّ اْلمُسْلِمُوْنَ أَنْ يَفْتَتِنُوْا فِي صَلاَتِهِمْ فَرَحًا بِرَسُوْلِ اللهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَاَشاَرَ إِلَيْهِمْ بِيَدِهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَنْ أَتِمُّوْا صَلاَتَكُمْ ثُمَّ دَخَلَ الْحُجْرَةَ وَأَرْخَى السِّتْرَ . زاَدَ فِي رِواَيَةٍ فَتُوُفِّيَ مِنْ يَوْمِهِ . وَاجْتَمَعَ حَوْلَهُ أَصْحاَبُهُ يَبْكُوْنَ . قاَلَتْ عاَئِشَةُ رَضِيَ اللّهُ عَنْهَا تُوُفِّيَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فِي بَيْتِيْ وَبَيْنَ سَحْرِى وَنَحْرِى وَالْمُراَدُ أَنَّهُ تُوُفِّيَ وَهُوَ فِي حَجْرِهاَ وَكاَنَ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ غاَئِباً فَسَلَّ عُمَرُ بْنُ اْلخَطاَّبِ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ سَيْفَهُ وَتَوَعَّدَ مَنْ يَقُوْلُ ماَتَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَأَقْبَلَ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ حِيْنَ بَلَغَهُ الْخَبَرُ إِلَى بَيْتِ عاَئِشَةَ رَضِيَ اللّهُ عَنْهَا فَكَشَفَ عَنْ وَجْهِ رَسُوْلِ اللهِ فَجَثاَ يُقَبِّلُهُ وَيَبْكِي ثُمَّ خَرَجَ فَقاَلَ أَيُّهاَ اْلحاَلِفُ عَلَى رِسْلِكَ . فَلَماَّ تَكَلَّمَ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ جَلَسَ عُمَرُ فَحَمِدَ اللهَ اَبُوْ بَكْرٍ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قاَلَ : (أَلاَ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا - صلى الله عليه وسلم - فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ ، وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَىٌّ لاَ يَمُوتُ وقال { إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ} وَ قاَلَ { وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِى اللَّهُ الشَّاكِرِينَ} فَنَشَجَ النَّاسُ يَبْكُونَ رَوَاهُ الْبُخاَرِيُّ ) فَكاَنَ أَجْزَعُ الناَّسِ كُلِّهِمْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطاَّبِ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ فَلَماَّ سَمِعَ قَوْلَ أَبِي بَكْرٍ قاَلَ فَوَاللهِ لَكَأَنِّيْ لَمْ أَتْلُ هَذِهِ اْلآيَةِ قَطُّ وَوُقُوْفُ أَبِيْ بَكْرٍ هَذاَ اْلمَوْقِف يَدُلُّ عَلَى رِباَطَةِ جَأْشِهِ عِنْدَ الْكُرُوْبِ وَضَبْطِ النَّفْسِ وَعَلَى حِكْمَتِهِ وَشَجاَعَتِهِ فَإِنَّ رَسُوْلُ اللهِ لَماًَّ تُوُفِّيَ طاَشَتِ اْلعُقُوْلُ فَمِنْهُمْ مَنْ خَبِلَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَقْعَدَ وَلَمْ يُطِقِ اْلقِياَمَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَخْرَسَ فَلَمْ يُطِقا لكَلاَمَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَضْنىَ. وَكاَنَ عُمَرُ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ مِمَّنْ خَبِلَ وَكاَنَ عُثْماَنُ رَضِيَ اللّهُ مِمَّنْ أَخْرَسَ فَكاَنَ لاَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَتَكَلَّمَ وَكاَنَ لعي رَضِيَ اللّهُ مِمَّنْ أَقْعَدَ فَلَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَتَحَرَّكَ وَ أَضْنىَ عَبْدُ اللهِ بْنُ أُنَيْسٍ فَماَتَ كَمْداً وَكَانَ أَثْبَتَهُمْ أَبُوْ بَكْرٍ قاَلَ اْلقُرْطُبِيُّ وَهَذاَ أَوَّلُ دَلِيْلٍ عَلَى كَماَلِ شَجَاعَةِ الصِّدِّيْقِ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ ِلأَنَّ الشُّجاَعَةَ هِيَ ثُبُوْتُ الْقَلْبِ عِنْدَ حُلُوْلِ اْلمَصاَئِبِ وَلاَ مُصِيْبَةٌ أَعْظَمُ مِنْ مَوْتِ رَسُوْلِ اللهِ فَظَهَرَتْ شُجاَعَةُ الصِّدِّيْقِ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ وَرُوِيَ أَنَّ بِلاَلاً رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ كاَنَ يُؤَذِّنُ بَعْدَ وَفاَتِهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَقَبْلَ دَفْنِهِ قاَلَ : أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ارْتَجَّ اْلمَسْجِدُ بِالْبُكاَءِ والنَّحِيْبِ وَكاَنَتْ وَفاَتُهُ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ بِلاَ خِلاَفٍ وَاخْتُلِفَ فِي اَيِّ اْلإِثْنَيْنِ كاَنَتْ وَفاَتُهُ فَقاَلَ فُقَهاَءُ اْلحِجاَزِ إِنَّ رَسُولَ اللهِ قُبِضَ يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ لِلَيْلَتَيْت مضيتا مِنْ شَهْرِ رَبِيْعِ اْلأَوَّلِ وَقاَلَ الْواَقِدِيُّ تُوُفِّيَ يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ لِثِنْتَيْ عَشْرٍو لَيْلَة خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيْعِ اْلأَوَّلِ وَدُفِنَ مِنَ الْغَدِ نِصْفَ النَّهاَرِ حِيْنَ زاَغَتِ الشَّمْسُ وَذَلِكَ يَوْمُ الثَّلاَثاَءِ وَكاَنَ عُمُرُهُ ثَلاَثًا وَسِتِّيْنَ سَنَةً [1]


Artinya :
Di dalam Bukhari, dijelaskan melalui Hadits Anas bin Malik, “Sungguh di saat Muslimiin shalat fajar hari Senin pagi, Imam mereka Abu Bakr. Yang mengejutkan mereka, Rasulullah membuka tirai kamar ‘A’isyah RA. Beliau memandangi mereka yang sedang shalat. Beliau SAW tersenyum lebar; Abu Bakr mundur, memasuki shaf karena menyangka beliau SAW akan keluar untuk mengimami shalat.
Anas berkata ‘Kaum Muslimiin sengaja akan membatalkan shalat, karena bahagia dengan adanya Rasulallah SAW akan mengimami mereka’. Namun pada mereka, beliau isarah dengan tangannya ‘sempurnakan shalat kalian!’, lalu masuk kamar dan menurunkan korden.”
Ketika berita tersebut sampai pada Abu Bakr; saat itu pula ia segera datang ke rumah ‘A’isyah RA, untuk membuka wajah Rasulillah SAW. Sontak ia bersimpuh, mencium baginda dan menangis. Selanjutnya dia keluar rumah untuk berkata, “Hai orang yang bersumpah, tenang!.”
Ketika Abu Bakr mulai berbicara; Umar segera duduk. 
Abu Bakr RA memuji dan menyanjung Allah, selanjutnya berkata, “Ketahuilah, barang siapa dulu menyembah Muhammad, kini sungguh Muhammad SAW telah wafat. Barang siapa sejak dulu menyembah Allah, maka Allah akan selalu hidup takkan wafat. Abu Bakr juga membaca, “إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ – Sunguh kau akan mati dan sungguh mereka juga akan mati.” 
Dia juga membaca, “وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِى اللَّهُ الشَّاكِرِينَ – Dan Muhammad tiada lain kecuali seorang Rasul. Sebelum dia telah berlalu Rasul-Rasul. Apa jika dia telah wafat atau dibunuh; kalian kembali pada tumit-tumit kalian? Barang siapa kembali pada dua tumitnya maka takkan memadharatkan pada Allah sedikitpun. Dan Allah akan membalas kaum Bersyukur.” 
Sontak orang-orang meledakkan tangisan. [HR Bukhari].

Ketenangan Abu Bakr dalam posisi sangat susah seperti ini, menunjukkan: Keteguhan Hatinya Sempurna. Dan Jiwanya sempurna dalam menguasai hikmah-kebenaran. Karena di saat Rasulullah SAW wafat; akal Muslimiin menjadi kacau. Sebagain mereka ada yang seperti gila, ada yang lumpuh tidak mampu berdiri, ada yang yang bisu. Yang lumpuh, shok, tidak bisa berbicara. Ada yang langsung wafat.
Umar termasuk yang seperti orang gila. Utsman termasuk yang bisu hingga tidak bisa berbicara sama-sekali, Ali termasuk yang lumpuh, tidak mampu bergerak; Abdullah bin Unais shok berat hingga wafat.[2]
Abu Bakr lah yang paling teguh menghadapi cobaan tersebut. Al-Qurtubi berkata, “Inilah awal petunjuk mengenai Keteguhan Abu Bakr Sempurna. Keteguhan adalah ketenangan hati ketika mendapatkan mushibah, padahal tidak ada mushibah yang lebih besar dari pada Rasulillah SAW Wafat. Maka nyata sekali keteguhan hati Abu Bakr As-Shiddiq RA.

Diriwayatkan bahwa sungguh setelah beliau wafat, sebelum dikubur; Bilal mengumandangkan adzan “أَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا رَسُولُ اللّهِ  - Saya bersaksi bahwa Muhammad Utusan Allah.” 
Sontak Masjid menggemuruh karena tangisan pelan dan tangisan keras Muslimiin. Konon beliau SAW wafat pada hari Senin. Yang diperselisihkan, mengenai hari Senin yang keberapa?
Fuqaha’ Hijaz berkata, “Sesunguhnya Rasulallah SAW  wafat pada hari Senin tanggal dua Rabiul-Awal.”
Al-Waqidi berkata “Beliau wafat pada hari Senin tanggal duabelas Rabiul-Awal. Dimakamkan pada hari berikutnya di pertengahan siang, saat matahari telah condong, hari Selasa. Beliau berumur 63 tahun.” [Juz 1 halaman 580]. [3] 



    [1] Penulis yakin naskah Maktabatus-Syamilah يُطِقا لكَلاَمَ salah. Yang benar فَلَمْ يُطِقِ الكَلاَمَ. Tulisan وَكاَنَ لعي juga salah. yang benar وَكاَنَ علي. Tulisan لِلَيْلَتَيْت مضيتا juga salah. Yang benar لِلَيْلَتَيْنِ مَضَتاَ. Tulisan عَشْرٍو ليلة juga salah. Yang benar عَشْر ليلة.
    [2] Sudah menjadi kebiasaan para ahli Hadits menyebutkan seperlunya saja. Mestinya semua sahabat selain itu shoc berat hingga lumpuh atau bisu atau seperti gila kecuali Abu Bakr.
    [3] Fuqaha’ adalah para ali fiqih. Jamak dari faqiih.

    0 komentar:

    Posting Komentar