Khalid menjadi pusat perhatian pasukan. Pada Rafi’, dia berkata, “Jangan heran pada keberanian para wanita itu!” Lanjutnya, “Mereka wanita yang ahli berperang. Terkenal sebagai kaum Pantang Menyerah. Kalau laporanmu mengenai keberanian mereka benar, berarti mereka telah mengukir sejarah abadi sebagai Pahlawan Wanita. Berarti mereka telah menutup kekurangan wanita Arab.”
Ucapan Khalid mengenai
Khaulah dan kawan-kawannya yang sedang berperang ‘mati-matian’
melawan pasukan Petrus, menghilangkan kekhawatiran para pasukan Muslimiin.
Wajah mereka menjadi berseri-seri.
Setelah Rafi’
melaporkan keadaan Khaulah dan teman-temannya,
Dhirar bergerak cepat, untuk bersiap-siap menyerang.
Khalid mencegah,
“Sebentar hai Dhirar! Jangan tergesa-gesa! Siapapun yang penuh perhitungannya
cermat, akan lebih berhasil.”
Dhirar menjawab, “Wahai pemimpin! Saya sudah tidak sabar, ingin segera menolong putri dua orang tua saya.”
Dhirar menjawab, “Wahai pemimpin! Saya sudah tidak sabar, ingin segera menolong putri dua orang tua saya.”
Dengan cepat, Khalid
menjawab, “In syaa Allah pertolongan akan segera datang.”
Khalid dan pasukannya telah bergerak cepat, menuju medan perang.
Arak-arakan pasukan berkuda panjang sekali.
Khalid berpesan, “Jika
telah sampai kesana! Berpencarlah untuk mengepung para penjahat! Dengan itulah
kita berharap Petrus melepaskan para wanita kita.”
“Dengan senang hati dan
berbahagia,
perintah akan kami laksanakan,” jawab mereka.
Khalid menggiring
arak-arakan panjang, hingga ke medan
perang. Saat itu pasukan Petrus sedang mengerubut Khaulah dan kawan-kawannya.
Petrus dan pasukannya terkejut ketika melihat bala-bantuan Muslimiin
berdatangan,
banyak sekali. Bala bantuan itu membawa gambar-gambar dan
bendera-bendera.
Khaulah berteriak bahagia, “Hai putri-putri Tababi’ah! Demi Tuhan Ka’bah! Pertolongan telah
datang!.”
Petrus mengamati
pasukan Muslimiin yang berdatangan semakin mendekat. Dia grogi hingga seluruh
tubuhnya bergetar.
Pasukan dia pun sama terbengong-bengong.
Pasukan dia pun sama terbengong-bengong.
Petrus menggertak, “Hai
para wanita! Sebetulnya saya ini kasihan pada kalian! Karena kami juga memiliki
saudara wanita, anak wanita, dan ibu wanita,
seperti kalian juga! Sebetulnya kalian ini telah kuserahkan pada Salib (telah
dimasukkan kedalam agama Nashrani)! Jika kaum lelaki kalian telah datang
beritahulah!.”
Petrus telah mengaba kudanya agar bersiap lari, namun terkejut oleh datangnya dua pria dari tengah-tengah pasukan Muslimiin. Yang satu mengacungkan pedang; yang lain telanjang dada. Dua orang bersenjata itu menakutkan, bagaikan singa jantan marah yang berlari mendekat. Mereka adalah Khalid dan Dhirar.
Petrus telah mengaba kudanya agar bersiap lari, namun terkejut oleh datangnya dua pria dari tengah-tengah pasukan Muslimiin. Yang satu mengacungkan pedang; yang lain telanjang dada. Dua orang bersenjata itu menakutkan, bagaikan singa jantan marah yang berlari mendekat. Mereka adalah Khalid dan Dhirar.
Saat melihat saudara
laki-lakinya datang, Khaulah menggertak menghina, “Hai! Kau
tidak kesatria! Tadinya menyatakan cinta dan ingin berdekatan denganku! Kini menyatakan
benci dan ingin lari?!.”
Khaulah mendekati Petrus dengan garang.
Khaulah mendekati Petrus dengan garang.
Petrus menjawab, “Rasa
cintaku padamu telah hilang.”
Khaulah berkata, “Kalau
saya, sampai kapanpun takkan sudi denganmu” Lalu
bergerak cepat menghalangi Petrus.
Petrus berkata pada
Dhirar yang telah mendekati: “Ambillah saudara perempuanmu ini! Semoga mendapat
barokah! Inilah hadiah penghormatan saya untukmu!.”
Dhirar menjawab,
“Hadiah sebagai penghormatanmu kuterima! Dan saya mensyukurinya!
Namun balasanmu yang pantas hanya ini! Terimalah sambutanku!.”
Dhirar menyerang sambil membaca, “Wa idzaa chuyyiitum bitachiyyatin fachayyuu bi achsana minhaa
au rudduuhaa.”
Artinya: Dan ketika kalian dihormati dengan penghormatan maka berilah penghormatan dengan yang lebih baik! Atau kembalikanlah penghormatan itu!.
Artinya: Dan ketika kalian dihormati dengan penghormatan maka berilah penghormatan dengan yang lebih baik! Atau kembalikanlah penghormatan itu!.
Dhirar telah mengayunkan tombak; Khaulah telah bergerak cepat mematahkan kaki-kaki kuda Petrus. Kuda
roboh; Petrus terlempar. Tombak Dhirar menembus perut.
Petrus jatuh ketanah bersimbah darah. Dan sakarat lalu
tewas.
Khalid berteriak, “Hai Dhirar! Ulangi lagi tusukanmu agar kau beruntung!.”
Amukan pasukan Muslimiin yang marah, memporak porandakan pasukan Petrus. Peperangan yang tak seimbang itu akhirnya menewaskan pasukan Petrus berjumlah 3.000 orang. Suasana sangat mencekam. Mayat-mayat berserakan bermandi darah.
Amukan pasukan Muslimiin yang marah, memporak porandakan pasukan Petrus. Peperangan yang tak seimbang itu akhirnya menewaskan pasukan Petrus berjumlah 3.000 orang. Suasana sangat mencekam. Mayat-mayat berserakan bermandi darah.
0 komentar:
Posting Komentar