SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2017/11/21

Jadwal Ponpes Mulya Abadi


غزوة البدر الكبرى 3





وَكَانَ فَرَسُ الْمِقْدَادِ اسْمُهُ سُبْحَةُ، وَفَرَسُ الزُّبَيْرِ اسْمُهُ السَّيْلُ، وَكَانَ لِوَاؤُهُ مَعَ مُصْعَبِ بْنِ عُمَيْرِ بْنِ عَبْدِ الدَّارِ، وَرَايَتُهُ مَعَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، وَعَلَى السَّاقَةِ قَيْسُ بْنُ أَبِي صَعْصَعَةَ الْأَنْصَارِيُّ. «فَلَمَّا كَانَ قَرِيبًا مِنَ الصَّفْرَاءِ بَعَثَ بَسْبَسَ بْنَ عَمْرٍو وَعَدِيَّ بْنَ أَبِي الزَّغْبَاءِ الْجُهَنِيَّيْنِ يَتَجَسَّسَانِ الْأَخْبَارَ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، ثُمَّ ارْتَحَلَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَتَرَكَ الصَّفْرَاءَ يَسَارًا، وَعَادَ إِلَيْهِ بَسْبَسُ بْنُ عَمْرٍو يُخْبِرُهُ أَنَّ الْعِيرَ قَدْ قَارَبَتْ بَدْرًا، وَلَمْ يَكُنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَالْمُسْلِمِينَ عِلْمٌ بِمَسِيرِ قُرَيْشٍ لِمَنْعِ عِيرِهِمْ، وَكَانَ قَدْ بَعَثَ عَلِيًّا وَالزُّبَيْرَ وَسَعْدًا يَلْتَمِسُونَ لَهُ الْخَبَرَ بِبَدْرٍ، فَأَصَابُوا رَاوِيَةً لِقُرَيْشٍ فِيهِمْ أَسْلَمُ، غُلَامُ بَنِي الْجَحْجَاحِ، وَأَبُو يَسَارٍ، غُلَامُ بَنِي الْعَاصِ. فَأَتَوْا بِهِمَا النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي، فَسَأَلُوهُمَا، فَقَالَا: نَحْنُ سُقَاةُ قُرَيْشٍ بَعَثُونَا نَسْقِيهِمْ مِنَ الْمَاءِ، فَكَرِهَ الْقَوْمُ خَبَرَهُمَا وَضَرَبُوهُمَا لِيُخْبِرُوهُمَا عَنْ أَبِي سُفْيَانَ. فَقَالَا: نَحْنُ لِأَبِي سُفْيَانَ، فَتَرَكُوهُمَا. وَفَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - مِنَ الصَّلَاةِ وَقَالَ: إِذَا صَدَقَاكُمْ ضَرَبْتُمُوهُمَا، وَإِذَا كَذَبَاكُمْ تَرَكْتُمُوهُمَا، صَدَقَا، إِنَّهُمَا لِقُرَيْشٍ، أَخْبِرَانِي أَيْنَ قُرَيْشٌ؟ قَالَا: هُمْ وَرَاءَ هَذَا الْكَثِيبِ الَّذِي تَرَى بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمِ الْقَوْمُ؟ قَالَا: كَثِيرٌ. قَالَ: كَمْ عُدَّتُهُمْ؟ قَالَا: لَا نَدْرِي. قَالَ: كَمْ يَنْحَرُونَ؟ قَالَا: يَوْمًا تِسْعًا وَيَوْمًا عَشْرًا. قَالَ: الْقَوْمُ بَيْنَ تِسْعِمِائَةٍ إِلَى الْأَلْفِ. ثُمَّ قَالَ لَهُمَا: فَمَنْ فِيهِمْ مِنْ أَشْرَافِ قُرَيْشٍ؟ قَالَا: عُتْبَةُ وَشَيْبَةُ ابْنَا رَبِيعَةَ، وَالْوَلِيدُ وَأَبُو الْبَخْتَرِيِّ بْنُ هِشَامٍ، وَحَكِيمُ بْنُ حِزَامٍ، وَالْحَارِثُ بْنُ عَامِرٍ، وَطُعَيْمَةُ بْنُ عَدِيٍّ، وَالنَّضْرُ بْنُ الْحَارِثِ، وَزَمْعَةُ بْنُ الْأَسْوَدِ، وَأَبُو جَهْلٍ، وَأُمَيَّةُ بْنُ خَلَفٍ، وَنُبَيْهٌ وَمُنَبِّهٌ ابْنَا الْحَجَّاجِ، وَسُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو، وَعَمْرُو بْنُ عَبْدِ وُدٍّ. فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَلَى أَصْحَابِهِ وَقَالَ: هَذِهِ مَكَّةُ قَدْ أَلْقَتْ إِلَيْكُمْ أَفْلَاذَ كَبِدِهَا» . «ثُمَّ اسْتَشَارَ أَصْحَابَهُ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ فَأَحْسَنَ، ثُمَّ قَالَ عُمَرُ فَأَحْسَنَ، ثُمَّ قَامَ الْمِقْدَادُ بْنُ عَمْرٍو فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، امْضِ لِمَا أَمَرَكَ اللَّهُ فَنَحْنُ مَعَكَ، وَاللَّهِ لَا نَقُولُ كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ لِمُوسَى: اذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ، وَلَكِنِ اذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا، إِنَّا مَعَكُمَا مُقَاتِلُونَ، فَوَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَوْ سِرْتَ بِنَا إِلَى بَرْكِ الْغِمَادِ - يَعْنِي مَدِينَةَ الْحَبَشَةِ - لَجَالَدْنَا مَعَكَ مَنْ دُونَهُ حَتَّى تَبْلُغَهُ» فَدَعَا لَهُمْ بِخَيْرٍ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَشِيرُوا عَلَيَّ أَيُّهَا النَّاسُ - وَإِنَّمَا يُرِيدُ الْأَنْصَارَ؛ لِأَنَّهُمْ كَانُوا عَدَدَ النَّاسِ، وَخَافَ أَنْ لَا يَكُونَ الْأَنْصَارُ تَرَى عَلَيْهَا نُصْرَتَهُ إِلَّا مِمَّنْ دَهَمَهُ بِالْمَدِينَةِ، وَلَيْسَ عَلَيْهِمْ أَنْ يَسِيرَ بِهِمْ - فَقَالَ لَهُ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ: لَكَأَنَّكَ تُرِيدُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: أَجَلْ. قَالَ: قَدْ آمَنَّا بِكَ وَصَدَّقْنَاكَ وَأَعْطَيْنَاكَ عُهُودَنَا، فَامْضِ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَا أُمِرْتَ، فَوَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ إِنِ اسْتَعْرَضْتَ بِنَا هَذَا الْبَحْرَ فَخُضْتَهُ لَنَخُوضَنَّهُ مَعَكَ، وَمَا نَكْرَهُ أَنْ تَكُونَ تَلْقَى الْعَدُوَّ بِنَا غَدًا، إِنَّا لَصُبُرٌ عِنْدَ الْحَرْبِ، صُدُقٌ عِنْدَ اللِّقَاءِ، لَعَلَّ اللَّهَ يُرِيكَ مِنَّا مَا تَقَرُّ بِهِ عَيْنُكَ، فَسِرْ بِنَا عَلَى بَرَكَةِ اللَّهِ!» فَسَارَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَقَالَ: «أَبْشِرُوا؛ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ وَعَدَنِي إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ، وَاللَّهِ لَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَصَارِعِ الْقَوْمِ» . ثُمَّ انْحَطَّ عَلَى بَدْرٍ فَنَزَلَ قَرِيبًا مِنْهَا. وَكَانَ أَبُو سُفْيَانَ قَدْ سَاحَلَ وَتَرَكَ بَدْرًا يَسَارًا، ثُمَّ أَسْرَعَ؛ فَنَجَا، فَلَمَّا رَأَى أَنَّهُ قَدْ أَحْرَزَ عِيرَهُ أَرْسَلَ إِلَى قُرَيْشٍ وَهُمْ بِالْجُحْفَةِ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ نَجَّى عِيرَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ فَارْجِعُوا. فَقَالَ أَبُو جَهْلِ بْنُ هِشَامٍ: وَاللَّهِ لَا نَرْجِعُ حَتَّى نَرِدَ بَدْرًا - وَكَانَ بَدْرٌ مَوْسِمًا مِنْ مَوَاسِمِ الْعَرَبِ تَجْتَمِعُ لَهُمْ بِهَا سُوقٌ كُلَّ عَامٍ - فَنُقِيمُ بِهَا ثَلَاثًا، فَنَنْحَرُ الْجُزُرَ، وَنُطْعِمُ الطَّعَامَ،

2017/11/14

Sebab Nabi Yahya AS Dibunuh


Image result for ‫راس يحيى بن زكريا‬‎

Lukisan Kepala Yahya AS




Nabi Yahya AS melarang rencana tersebut, hingga ada orang yang dendam. Ketika cinta terlarang mereka berdua berkembang, wanita pujaan raja tersebut, memohon agar diberi darah Yahya AS. Raja memperbolehkan Yahya AS dibunuh.
Wanita mengutus seorang agar membunuh, membawa kepala dan darah Yahya AS. Kepala diserahkan padanya, dengan wadah baskom.
Ada yang berkilah, “Wanita tersebut langsung tewas.”
Ada yang berkilah, “Yang benar, wanita jahat tersebut, cinta pada Yahya AS. Dan telah memanggil dia AS yang menolak. Karena putus asa, wanita memohon pada raja, untuk menguasai Yahya AS sepenuhnya. Awalnya, raja melarang. Lalu mendatangkan dia AS, tetapi dengan cara raja. Raja mengutus seorang agar membunuh dan menyerahkan kepala dan darahnya AS, pada wanita, dengan wadah baskom.

Pengertian mengenai Kisah tersebut, telah ditulis (sedikit berbeda) di dalam Hadits Riwayat Ibnu Ishaq, di dalam Kitab Al-Mubtada :
Yaqub Al-Kufi Murid Amer Bin Maimun, Murid Ayahnya, Murid Ibnu Abbas RA, bercerita:
“Sungguh di Malam Israk wa Mikraj, di langit, Rasulullah SAW  melihat Nabi Zakariya AS. Pada Ayah Yahya, beliau menyampaikan Salam dan bertanya, ‘ya Ayah Yahya AS, ceritakan padaku mengenai Kau Dibunuh, dan Kenapa Kaum Israil Membunuh Kau ?’.
Beliau menjawab, ‘ya Muhammad, sungguh Yahya orang terbaik pada zamannya. Tertampan dan terbersih wajahnya. Sebagaimana Firman Allah (Sayyidan wa Chashuuron). Dia tidak tertarik pada wanita. Tiba-tiba isteri raja Bani Israil tergoda. Isteri raja yang (PSK), mengundang Yahya AS yang dilindungi oleh Allah, hingga dia AS menolak. Rasa geram yang memuncak membuat dia bertekat “Membunuh Yahya AS.”       
Di hari raya yang semua orang bahagia, mereka berkumpul. Sudah menjadi adat istiadat bahwa, di hari raya raja berjanji, takkan menyelisihi, dan takkan bohong.
Di hari itu, raja keluar dari istana, meramaikan perayaan. Perayaan makin meriah, karena putri raja muncul mendampingi raja. Sebelumnya, belum pernah terjadi se meriah itu. Pada putrinya, raja berkata, “Apa yang kau minta, akan saya kabulkan.”
Puteri memohon, “Beri hamba darah Yahya AS.”
Raja menjawab, “Mintalah selain itu!.”
Dia menjawab, “Permintaan saya hanya itu.”
Raja menjawab, “Permintaanmu saya kabulkan.”
Dia perintah agar sejumlah pengawal datang pada Yahya AS yang sedang shalat di Mihrobnya. Saya berada di sisinya, juga sedang shalat.
Nabi Yahya AS disembelih, kepalanya dimasukkan ke baskom. Lalu diberikan pada wanita jahat tersebut.
Rasulullah SAW bertanya, “Sampai di mana kesabaranmu saat itu?.”
Zakariya AS menjawab, “Saya tidak membatalkan shalat saya. Kepala diletakkan di hadapan wanita jahat tersebut. Sore setelah kejadian, Allah membenamkan raja dan keluarganya ke bumi. Semua pelayannya, bahkan kasim (pelayan terendah)nya terbenam ke bumi.
Pagi itu kaum Israil gempar, “Tuan Zakariya telah marah membela dia. Ayo kita mengamuk membela raja kita! Yakariya kita bunuh!.”
“Mereka keluar rumah untuk membunuh saya” terang Yakariya AS, “Seorang berlari kencang mengejar saya. Saya berhasil lolos, namun Iblis di depan mereka menunjukkan di mana saya. Ketika saya lari kencang, pohon besar di depan saya berteriak, ‘kemari! Kemari! Sambil membelah diri. Hingga saya masuk ke dalamnya. Iblis mengejar dan memegang selendang saya. Pohon kembali mengatup, namun ujung selendang saya tampak sebagian. Ketika kaum Israil lari mendekati pohon; Iblis berkata ‘apa kalian tidak melihat dia masuk ke dalam pohon ini? Ini ujungnya! Dia bisak masuk karena sihirnya!’.
Mereka berkata ‘kita bakar saja pohon ini!’.
Iblis berkata ‘dibelah saja, dengan gergaji!’. Mereka menggergaji hingga pohon itu tumbang.
Pada Zakariya, Rasulullah SAW bersabda ‘apakah kau merasakan sakit, ketika itu?’.
Beliau menjawab ‘tidak. Yang merasakan sakit pohon yang membungkus saya’.”
Telah sampai pada kami.


Ibnu Katsir berkata, “Penjelasan ini Sangat Asing (Ghoriib).
Atthobari berkata, “Dari Ibnu Abbas RA, ‘Isa diutus di kalangan 12 orang Hawari. Mereka yang menyampaikan Ajaran Isa AS, pada manusia. Termasuk larangan agama yang mereka sampaikan Menikahi Anak Perempuan Saudara Lelaki. Raja mereka bernama Herodus memiliki kemenakan dari saudara lelaki yang akan dia nikahi. Maka Yahya AS melarang.   

Rujukan (البداية والنهاية (2/ 64)).

2017/11/08

Generasi Zaman Now


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

My nasehat is toremind us all that we must have a strong understanding of, and a devotion to Islam. We must all beextremely grateful to have been gifted with guidance, or 'hidayah' from اللة. It is a rare gift from اللة; a sign that He loves and cares for us. For that, we must feel very lucky.
We must alsoremember that we, as Muslims, have only one main purpose in life - to worship اللة. This short life that we have now is merely a vessel, and our true destination lies after our death. However, what we do in this life will ultimately decide our fate in the Hereafter - it will decide whether we enter اللة's Paradise or Hell. It is for this reason that we must not let ourselves get caught up in the busyness and glamour of this world. We often see on social media, or on TV, the many celebrities or artists out there who seem to have it all - the perfect life, the perfect body, and huge fanbases that seem to love, support, and even obsess over every aspect of their lives. But in reality, there have been many examples of celebrities who've committed suicide or become depressed in spite of their seemingly successful careers. Becoming a millionaire, or famous, or pursuing things that seem enticing to our eyes (such as dedicating ourselves to our job until we forget about the Hereafter) are extremely deceiving pursuits that do not guarantee us happiness, or serve any purpose in helping us achieve admittance into Paradise. They are futile. We must never forget our one true goal in life - to uphold all of اللة's commands and avoid carrying out His prohibitions. There are many people outside of Jamaah and outside of Islam who are convinced that they have no purpose in life, thus, they spend their existence wasting away their body and their mind for the sake of 'experiencing life to the full'. They may dedicate themselves to things that seem good, such as traveling, or donating to charity, but inactuality, these people have no knowledge of Quran and Hadith, of اللة and the Hereafter. All their efforts and actions to maximise their life - both good and bad - are simply pointless. Things such as richness and fame do not last forever. We are not able to present the wealth or the status we had in the dunya to Allah as a legible way to enter His paradise. Instead, what does last forever is Paradise itself and our life within it, that is, if we are chosen to enter it. Therefore, we cannot be deceived by the outside world, we cannot be deceived by fame, or wealth, or power. Our last destination is the Hereafter, and we must never forget that.
Lastly, we mustremind ourselves that as the next generation, choosing our friends wisely isextremely important in preserving our iman. For young people growing up, ourfriends play vital roles in our lives; they are huge influences over our actions and character. Friends who are kind, who inspire our devotion to اللة and His Prophet, and who reminds us of practice of Islam are good and worthwhile friend whose company will bring many blessings. On the other hand, friendship based on materialistic and superficial reasons is only temporary, and is a trivial concern for this world and the Hereafter. We must always choose to surround ourselves with good and devoted companions, as they will motivate us to become better people, improve our character and manners, and increase our knowledge of Quran and Hadith. 
I would like to conclude my nasehat now. If I've made any mistakes, I apologise, and I hope you forgive me.

Alhamdulillah jaza kumullohu hoiroh