SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2011/10/27

Tolok Ukur Beruntung


Beberapa orang bertanya mengenai tolok ukur keberuntungan seorang. Menurut Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir yang dinukil di dalam Kanzul-Ummal fi Sunanil Aqwal wal Afaal tulisan Ali dari Hindia: كنز العمال في سنن الأقوال والأفعال لعلي الهندي - (ج 15 / ص 1306)
43417 - أَرْبَعٌ مِنْ سَعاَدَةِ اْلمَرْءِ : أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صاَلِحَةً وَأَوْلاَدُهُ أَبْراَراً وَخُلَطاَؤُهُ صاَلِحِيْنَ وَأَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِيْ بَلَدِهِ  
Baca: Arbaun min saadatil mari an takuuna zujatuhu shalihatan wa aulaaduhuu abraran wa khulathaauhuu shaalihiina wa an yakuuna rizquhu fii baladih. [HR Ibnu Asakir].
Artinya: Termasuk ukuran dari keberuntungan seorang: 1). Istrinya shalihat. 2). Anak-anaknya berbakti. 3). Teman-teman bergaulnya orang-orang shalih. 4). Rizqinya di negaranya.

2011/10/26

Al-Qur'an




Sebagian pengertian dua Ayat ini: أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [هود/13، 14], adalah, “Teori bisa dikatakan benar bila telah teruji kebenarannya.”

Artinya:
Apa mereka justru berkata, “Dia (Muhammad) telah mengarang Al-Qur’an? Katakan ‘datangkan sepuluh Surat semisalnya yang dikarang! Dan ajaklah selain Allah yang kalian mampu (mengajak)! Jika (pernyataan) kalian telah benar !’. Jika mereka mutlak tidak bisa mengabulkan tantangan ini pada kalian, maka ketahuilah bahwa (kesimpulannya):
1.     Sungguh Al-Qur’an diturunkan dengan memuat Ilmu Allah.
3.     Bukankah kalian mau masuk Islam?.[1]

Yang perlu dicatat:
1.     Am (أَمْ) yang tidak diletakkan setelah a (أَ) artinya bal (بَلْ), di sini diartikan justru.
2.     Kalimat, “Sungguh Al-Qur’an diturunkan dengan memuat Ilmu Allah” Sama dengan kalimat, “Sungguh Al-Qur’an bukan karangan Muhammad.”
3.     Kalimat, “Jika (pernyataan) kalian telah benar,” adalah pelajaran bahwa ‘teori bisa dikatakan benar jika telah teruji kebenarannya’.
4.     Hal (هَلْ) dalam fahal (فَهَلْ) diartikan, “Bukankah mau,” karena pertanyaan untuk (merayu), agar dijawab ‘ya’.
5.     Muslimuun (مُسْلِمُونَ) diartikan, “Masuk Islam karena berasal dari ‘aslama (أَسْلَمَ) yang artinya masuk Islam.
6.     Ketika manusia mengkufuri Kitab Allah; Allah justru menunjukkan pada mereka, cara membuktikan secara ilmiah paling dahsyat sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Al-Qur’an bukan karangan Muhammad, tetapi diturunkan dari Allah dan memuat Ilmu Allah. 

7.       Petunjuk Allah mengenai cara membuktikan secara ilmiah paling dahsyat sepanjang sejarah kehidupan insan, bahwa Al-Qur’an bukan karangan Muhammad, tetapi diturunkan dari Allah, dan memuat Ilmu Allah ini, juga berfungsi sebagai bukti bahwa Allah hanya satu.



[1] Am (أَمْ) di sini diartikan justru karena sebelumnya tidak ada a (أَ). Merujuk: تفسير الجلالين - (ج 3 / ص 485)
{ أَمْ } بل أ { يَقُولُونَ افتراه } أي القرآن؟ .

KW 144: Dakwah ke Negri Aleppo (Chalab/حلب)


(Bagian ke-144 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Umar mengecap lalu memberikan surat pada Abdullah bin Qurth, agar diantar bersama Jadah untuk Abu Ubaidah. Mereka berdua dikawal sejumlah Muslimiin menyusuri jalan menuju Syam. Muslimiin bertanya pada mereka berdua mengenai keberhasilan pasukan Muslimiin merebut negeri-negeri Syam dan serangan mereka melawan Romawi. 
Mereka berdua menjelaskan semua yang ditanyakan hingga mengenai serangan atas kerajaan Aleppo (Chalab). Abdullah ditanya, “Ya Putra Qurth! Kenapa kaum Muslimiin tidak memasuki kerajaan bersama rakyat Chalab yang telah berdamai?.” 
Jawaban Abdullah, “Ya kaum Arab, setelah Perang Yarmuk, pasukan yang paling pemberani adalah pasukan Chalab. Banyak kaum Arab yang gugur sebagai syuhada karena serangan mereka. Biasanya yang menjadi incaran mereka pasukan yang berada di pinggir di waktu sedang shalat. Setelah mereka membunuh dan merampok, lari menuju kerajaan yang dikelilingi benteng. Terkadang mereka menyerbu dan merampok atas Muslimiin ketika malam telah kelam,” disimak oleh rombongan Muslimiin yang mengerumuninya. 
Seorang Kindah bernama Damis biasa dipanggil Abul-Haul (أبو الهول) termasuk yang menyimak kisah itu dengan serius. Damis berkulit hitam berperawakan tinggi itu sangat terkenal di negeri Kindah, Chadhramaut, Mahrah, dan Syachar (الشحر), karena keberaniannya. 
Lelaki yang mengendarai kuda tinggi besar itu kakinya terjuntai kebawah. Dulu lelaki itu suka merampok musafir yang menyusuri jalan. Jika Damis lari dengan kuda, belum pernah terkejar. Musuh-musuhnya grogi berhadapan dengannya.

Damis benci ketika mendengar kisah keberanian dan kekejaman Yuqana. Dia berkata pada Abdullah, “Tenangalah saudara. Demi Allah saya berharap Allah menghinakan dia melalui tangan saya.” 
Mata Abdullah terbelalak karena menilai Damis meremehkan kekuatan Yuqana. 
Abdullah bertanya, “Apa kau belum tahu bahwa pahlawan Muslimin yang gagah berani belum ada yang mampu melawan dia? Dia telah dikepung pasukan Muslimiin berbulan-bulan tetap belum bisa ditaklukkan?.” 
Damis tersinggung dan marah karena merasa diremehkan. Dia berkata, “Demi Allah hai Abdullah, kalau kau bukan saudara Muslimiin, telah saya bunuh sebelum saya membunuh Yuqana. Jangan sekali-kali membandingkan diriku dengan lelaki siapapun. Kalau kau kurang percaya dengan ketangkasanku dalam berperang, tanyakan pada para tetangga saya yang berada di sini! Mereka semua kagum dengan kepiawaianku dalam berperang. Banyak pasukan yang telah saya obrak-abrik. Ketangkasan saya dalam berperang sempurna tanpa cacat sedikitpun, hingga banyak orang menggeleng-gelengkan kepala karena takjub. Karena segala Puji Milik Allah lah saya menjadi pahlawan berkuda yang tak pernah berlari dari perang.”
Beberapa orang nasehat pada Abdullah, “Sudara, bersabar dan mengalahlah pada Damis yang memang orang beruntung. Bagi Damis jauh adalah dekat, sulit adalah mudah. Demi Allah memang dia sangat pemberani dan belum pernah dikalahkan oleh siapapun. Kalau berperang dia pasti berada di depan, kalau lari tidak mungkin bisa ditangkap.” 
Abdullah menjawab, “Saya berharap Allah memberi kebaikan padanya, bermanfaat pada Muslimiin.”

Abdullah dan Muslimiin menambahi kecepatan berjalan hingga sampai ke Chalab. 
Mereka mengibarkan panji, membaca takbir dan shalawat, lalu menemui Abu Ubaidah yang sedang mengepung istana. 
Abu Ubaidah dan pasukanya menjawab takbir mereka, dengan membahana.
Abu Ubaidah mendekat untuk mengucapkan salam; Abdullah dan rombongannya menjawab salam dengan serempak. Semua keluarga besar berkumpul menjadi golongan. 
Yuqana yang ditunggu-tunggu tak pernah muncul di siang hari, dan pasukannya tak pernah lagi melancarkan serangan atas Muslimiin.    

Muslimiin yang baru datang terdiri dari kaum Thai (طيء), Sanis, Nabhan, Kindah, dan Chadhramaut, merasa keberatan jika menunggu musuh terlalu lama. Damis berdiri di tengah-tengah keluarganya yang terdiri dari kaum Tharif dan Kindah, untuk berkata, “Demi Allah kita memang harus bersabar mengepung.” 
Mereka bertanya, “Apa gunanya ada kau yang hebat?.” 
Damis menjawab, “Tenang, kita harus menyadari bahwa musuh berada di benteng yang kokoh dan tinggi sekali, dan kita ini sudah paling dekat dengan mereka.” 
Mereka menyeru Damis, “Ya Abal-Haul, raja yang berada di dalam benteng ini mengintai kelengahan kita. Dan barisan kita paling pinggir yang akan menjadi korban serangan mereka.”

Tiba-tiba teriakan di pinggir pasukan meledak; Damis menghunus pedang andalannya lalu bergerak cepat menuju keributan. Ternyata Yuqana muncul dengan 500 pasukan berani mati, untuk mengamuk pasukan Mslimiin bagian pinggir. Damis mendekat sambil membaca syair:
Akulah Abul-Haul bernama Damis
Akulah yang menusuk lawan dengan bengis
Singa pemburu pahlawan penakluk
Yang memaksa musuh hancur dan tunduk

Tangan Damis mengayun-ayunkan pedang atas pasukan Yuqana. Keluarga besar Tharif berlari untuk membantu Damis menyerbu. Yuqana terkejut setelah melihat pasukannya berjumlah 200 orang berguguran oleh serangan ganas dari Damis dan keluarga besarnya. 
Yuqana dan pasukannya berlari dan dikejar oleh Damis dan kaum Kindah. 
Abu Ubaidah berteriak, “Jangan dikejar karena gelap!.” 
Beberapa orang menyeru Damis, “Hai Abal-Haul! Pimpinan melarang kau mengejar mereka! Kembalilah semoga Allah merahmati kau!.” 

Malam itu Damis dan pasukan Kindah berbahagia karena mampu mengalahkan pasukan Yuqana.
Di pagi yang indah itu, Abu Ubaidah mengimami shalat subuh berjamaah. 
Seusai shalat subuh kaum Muslimiin berangkat pada pos mereka masing-masing. Hanya beberapa tokoh yang masih duduk dan omong-omong di tempat. 
Khalid berkata pada Abu Ubaidah, “Semalam Allah memberi anugerah pada kau dan Muslimiin. Pasukan Kindah telah berhasil mengalahkan pasukan Yuqana. Ternyata pasukan Yuqana ketakutan menghadapi serangan pasukan Kindah.” 
Abu Ubaidah menjawab, “Kau benar Ayah Sulaiman, demi Allah kaum Kindah telah berjasa dalam peperangan ini. Saya mendengar mereka berkata ‘Damis telah berjasa. Abu-Haul serangannya dahsyat’.” 
Seorang tokoh dari Kindah bernama Suraqah bin Mirdas bin Yakrib (سراقة بن مرداس بن يكرب) berdiri untuk berkata, “Yang mulia, panggilan Mirdas Abul-Haul. Dialah mantan hamba sahaya Tharif. Dia yang datang kemari kemarin, serangannya membuat para jagoan berlarian dan musuhnya sama tewas. Dialah orang yang tak takut dengan musuh berjumlah banyak.” 
Abu Ubaidah bertanya pada Khalid, “Kau dengar Suraqah memuji hamba sahayanya bernama Damis?.”
Khalid menjawab, “Saya juga telah mendengar Numan bin Asyirah Al-Mahri (النعمان بن عشيرة المهري) mengenai keberaniannya. Numan berkata:
‘Sungguh Damis pernah menantang berkelahi tujuhpuluh lelaki di pantai Mahrah, membela kaumnya. Karena sudah mengenal keberanian dan keganasannya, maka kaum Mahrah menyerahkan harta dan binatang kendaraan, daripada dibunuh. Dari mereka ada yang lari ke ujung kaki gunung; ada yang lari ke ujung pantai menghindari serangannya. 
Damis mencari di mana mereka lari. Setelah tahu tempat persembunyian mereka, dia pulang untuk mengajak kaumnya memerangi mereka. Ternyata kaumnya tidak ada yang bisa mengabulkan ajakannya, karena sama repot.
Damis sangat menguasai jalan yang sesulit apapun. Bahkan dia juga bisa mengendalikan perahu. Damis memasuki rumahnya untuk mengumpulan perbekalan yang dimasukkan ke dalam kantong besar, lalu diangkat di atas pundaknya. 
Seorang lelaki terkejut dan bertanya pada Damis yang akan pergi jauh, “Mau kemana membawa bekal banyak?.” 
Damis menjawab, “Hai kaumku, saya sendiri yang akan mencari keluarga Syaar (الشعر) (wilayah bagian Mahrah) untuk membalaskan keluarga kita yang dianiaya mereka.” 
Beberapa orang tua berkata, “Kau ini luar biasa, jumlah lelaki yang akan kau lawan 70 orang. Kami belum pernah tahu ada seorang yang sanggup melawan 70 orang kecuali kau ini. Sebaiknya kau mengendarai kuda yang bagus. Kuda yang bagus hanya dimiliki oleh keluaga besar Chayas (حياس) yang kampungnya di wailayah Asfal (أسفل).”

Damis singgah di Asfal. Di situ Damis mengumpulkan harta rampokan berupa kuda dan unta yang makin lama makin banyak. 
Damis berkata, “Demi Allah, saya jago berkelahi, kalian percaya nggak? Saya yakin kalian akan tahu bahwa saya bukanlah murni penjahat karena semua tindakanku atas alasan yang kuat.”
Beberapa tetangga sempat menengok Damis di Asfal, tapi lalu meninggalkan. 
Damis juga menengok kampungnya sambil mengambil pedang dan perisai. Dia pergi menyusuri jalan hingga sehari semalam, hingga sampai jurang. 
Di malam yang hampir pagi itu, dia mendekamkan dan mengikat untanya di jurang. Lalu bersembunyi di antara dua batu besar, untuk mengamati kaum yang akan diserang. Malam berikutnya dia berpindah untuk mengamati lebih cermat, kaum yang akan diserang. Dia menaiki perbukitan, untuk mengamati kaum itu, menyalakan api unggun.

Bersambung.

2011/10/25

BB 2: Bedah Bukhari



Sejak zaman dulu, perang berpengaruh besar, pada budaya dan agama. Setelah Kaisar Agustus menaklukkan Yunani, maka kebudayaan dan bahasa Yunani disadap untuk negerinya. 
Setelah Raja Konstantin memerangi kaum Yahudi di Anthakiyah, membakar ribuan umat Nasrani untuk dipaksa menyembah Salib, merubah kitab Taurat maupun Injil, maka kehidupan kaum Nashrani dan manusia umumnya berubah total, baik pemikiran maupun akhlaq mereka. 
Begitu pula setelah Perang Salib dimenangkan oleh kaum Salibis. Kemenangan mereka makin gemilang setelah kaum Zionis bergabung membantu. Dalam kesempatan ini Syaitan menyesatkan insan dengan segala cara, yang dibisikkan pada kekasih-kekasihnya. Termasuk yang mencolok saat ini, banyak orang meramal atau berkhotbah tentang teori Terjadinya Alam Semesta, yang rujukanya dari bisikan Syaitan.

Jika seorang pandai ditanya, “Ketika dia di dalam kandungan berusia tujuh bulan, tujuh hari, tujuh jam, tujuh menit, tujuh detik, keadaan kesehatannya bagaimana ? Menghadap ke mana ? Perut ibunya sedang terbuka atau sedang ditutup ? Ibunya sedang menangis atau tertawa. Dia dibawa oleh ibunya ke mana ? Ada cairan putih hangat yang masuk ke dirinya tidak ?.” 
Pasti tidak bisa menjawab, karena beberapa alasan. Tetapi dengan mengatas namakan ilmu dan ilmiah, kini ada orang yang berani memperkirakan Terjadinya Alam Semesta.

Subhanallah. Betulkah teori mengenai Terjadinya Alam Semesta yang selama ini mencengangkan ? Melalui Surat Hud, Allah mengajarkan pada kita bahwa, Teori bisa dikatakan benar, bila telah teruji kebenarannya. Misal, ada orang berkata, “Alam semesta ini asalnya dari kabut yang begini begini begini lalu begini.”
Jika telah ada kabut yang dibuat menjadi alam semesta, merujuk teori dia, berarti pernyataan dia benar.[1]

Sebetulnya Allah telah menjelaskan mengenai Penciptaan Alam Semesta, dengan jelas sekali. Hanya semakin jelas, setelah Lautan Ilmu bernama Ibnu Abbas RA, membedah Al-Qur’an, di hadapan tokoh Khawarij yang bertanya tentang beberapa kemisykilan Ayat dalam Al-Qur’an: صحيح البخاري ـ م م - (ج 6 / ص 127)

سُورَةُ حم السَّجْدَةِ وَقَالَ طَاوُسٌ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ { ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا } أَعْطِيَا { قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ } أَعْطَيْنَا وَقَالَ الْمِنْهَالُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنِّي أَجِدُ فِي الْقُرْآنِ أَشْيَاءَ تَخْتَلِفُ عَلَيَّ قَالَ { فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ } { وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ } { وَلَا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا } { وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ } فَقَدْ كَتَمُوا فِي هَذِهِ الْآيَةِ وَقَالَ { أَمْ السَّمَاءُ بَنَاهَا إِلَى قَوْلِهِ دَحَاهَا } فَذَكَرَ خَلْقَ السَّمَاءِ قَبْلَ خَلْقِ الْأَرْضِ ثُمَّ قَالَ { أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ إِلَى قَوْلِهِ طَائِعِينَ } فَذَكَرَ فِي هَذِهِ خَلْقَ الْأَرْضِ قَبْلَ خَلْقِ السَّمَاءِ وَقَالَ { وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا } { عَزِيزًا حَكِيمًا } { سَمِيعًا بَصِيرًا } فَكَأَنَّهُ كَانَ ثُمَّ مَضَى فَقَالَ { فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ } فِي النَّفْخَةِ الْأُولَى ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ { فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ } فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ عِنْدَ ذَلِكَ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ ثُمَّ فِي النَّفْخَةِ الْآخِرَةِ { أَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ } وَأَمَّا قَوْلُهُ { مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ } { وَلَا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا } فَإِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ لِأَهْلِ الْإِخْلَاصِ ذُنُوبَهُمْ وَقَالَ الْمُشْرِكُونَ تَعَالَوْا نَقُولُ لَمْ نَكُنْ مُشْرِكِينَ فَخُتِمَ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ فَتَنْطِقُ أَيْدِيهِمْ فَعِنْدَ ذَلِكَ عُرِفَ أَنَّ اللَّهَ لَا يُكْتَمُ حَدِيثًا وَعِنْدَهُ { يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا } الْآيَةَ وَخَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ ثُمَّ خَلَقَ السَّمَاءَ ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ فِي يَوْمَيْنِ آخَرَيْنِ ثُمَّ دَحَا الْأَرْضَ وَدَحْوُهَا أَنْ أَخْرَجَ مِنْهَا الْمَاءَ وَالْمَرْعَى وَخَلَقَ الْجِبَالَ وَالْجِمَالَ وَالْآكَامَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي يَوْمَيْنِ آخَرَيْنِ فَذَلِكَ قَوْلُهُ { دَحَاهَا } وَقَوْلُهُ { خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ } فَجُعِلَتْ الْأَرْضُ وَمَا فِيهَا مِنْ شَيْءٍ فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ وَخُلِقَتْ السَّمَوَاتُ فِي يَوْمَيْنِ { وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا } سَمَّى نَفْسَهُ ذَلِكَ وَذَلِكَ قَوْلُهُ أَيْ لَمْ يَزَلْ كَذَلِكَ فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يُرِدْ شَيْئًا إِلَّا أَصَابَ بِهِ الَّذِي أَرَادَ فَلَا يَخْتَلِفْ عَلَيْكَ الْقُرْآنُ فَإِنَّ كُلًّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ}


Artinya:
Thawus mengajarkan pelajaran Ibnu Abbas RA, “Maksud Perintah Allah pada bumi dan langit: ‘datanglah kalian berdua, dengan taat atau terpaksa !’ adalahwujudlah kalian berdua ! Dengan taat atau terpaksa !’. 
Langit dan bumi berdoa ‘kami wujud dengan taat.”
Al-Minhal (الْمِنْهَالُ) menyampaikan pelajaran dari seorang tabi bernama Said bin Jubair (سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ): “Seorang lelaki, bertanya pada Ibnu Abbas RA ‘sungguh saya menjumpai beberapa Ayat yang bertentangan, dalam Al-Qur’an:
·         فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ  [المؤمنون/101]. Artinya: Ketika sangkakala telah ditiup, sontak tiada hubungan keluarga, dan mereka takkan saling bertanya. وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ [الصافات/27]. Artinya: Sebagian mereka menghadap pada sebagian, saling bertanya. يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الْأَرْضُ وَلَا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا  [النساء/42]. Artinya: Di hari itu kaum yang telah kafir dan menentang rasul, berangan-angan ‘kalau mereka disamakan dengan bumi’, dan mereka takkan mampu menyembunyikan cerita pada Allah. ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ [الأنعام/23]. Artinya: Lalu fitnah yakni kerusakan mereka tiada lain, kecuali pernyataan ‘demi Allah Tuhan kami, kami dulu bukan kaum musyrik’. Sungguh berdasarkan Ayat ini, mereka menyembunyikan kekufuran.
·         Dia berfirman ‘أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا [النازعات/27-30]’. Artinya: Apakah kalian lebih dahsyat? Ataukah langit yang telah Allah buat? Allah telah meninggikan atapnya, lalu menyempurnakan dia. Dan menutupkan malamnya, dan mengeluarkan terangnya. Dan bumi setelah itu, Dia bentangkan?. Lalu berfirman di dalam Surat lain (Fusshilat)قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ [فصلت/9-11]]’. Artinya: Katakan ‘masyak kalian mengkufuri pada yang membuat bumi di dalam dua hari? Dan (masyak) kalian menjadikan sekutu-sekutu untuk-Nya? Itulah Tuhan seluruh alam. Dia menjadikan gunung-gunung di atasnya, memberi barakah di dalamnya, dan menqadar fasilitas-fasilitas (perlengkapan)nya, di dalam empat hari yang sama, (sebagai jawaban) untuk kaum Tanya. Lalu Dia sengaja pada langit yang saat itu masih kabut (asap). Untuk perintah padanya dan pada bumi ‘wujudlah dengan taat atau terpaksa!’. Mereka berdua berdoa ‘kami wujud dengan taat’.” Di Ayat ini, Dia menjelaskan ciptaan bumi sebelum langit?
·         Dia juga berfirman ‘{ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا } { عَزِيزًا حَكِيمًا } { سَمِيعًا بَصِيرًا }’. Artinya: Dan sejak dulu Allah Maha pengampun Maha penyayang. Maha Mulia Maha bijaksana. Maha mendengar Maha melihat. Sungguh sepertinya sifat Maha pengampun Maha penyayang. Maha Mulia Maha bijaksana, telah berlangsung sejak zaman dahulu, lalu berkelanjutan?.”

·         “فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ [المؤمنون/101]. Artinya: Ketika sangkakala telah ditiup, sontak tiada hubungan keluarga, dan mereka takkan saling bertanya. Ini terjadi pada tiupan sangakakala pertama kali. Lalu sangkakala ditiup lagi. Allah menjelaskan ‘فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ [الزمر/68]’. Artinya: Sontak orang yang di beberapa langit dan bumi mati, kecuali yang Allah kehendaki. Terjadinya ‘sontak tiada hubungan keluarga, dan mereka takkan saling bertanya’, saat itu. Lalu dalam tiupan terakhir (kebangkitan), ‘sebagian mereka menghadap pada sebagian, dengan saling bertanya’. Adapun penjelasan Allah, mengenai ucapan kaum kafir ‘kami dulu bukan kaum Musyrik’, dan penjelasan Allah sebelumnya, mengeni kaum musyrik nanti ‘dan mereka takkan meyembunyikan cerita pada Allah’. Karena Allah akan mengampuni dosa-dosa kaum yang memurnikan niat dan agama (أَهْل الْإِخْلَاصِ). Kaum musyrik berkata ‘ayo kita berkata kami dulu bukan kaum musyrik’. Sontak mulut-mulut dikunci, hingga tangan-tangan mereka berbicara. Saat itu, diketahui bahwa tidak ada berita yang bisa disembunyikan di sisi Allah, dan saat itu pula, kaum yang telah kafir dan menentang rasul, berangan-angan ‘kalau mereka disamakan dengan bumi’ seperti yang diterangkan dalam Ayat
·         Dan Allah membuat bumi di dalam dua hari, lalu membuat langit. Maksudnya lalu PerhatianNya diarahkan pada calon langit, untuk disempurnakan menjadi tujuh langit, di dalam dua hari yang lain. Lalu menyempurnakan bumi dengan cara, mengeluarkan mata airnya, menumbuhkan rerumputan, membuat gunung-gumung, bukit-bukit, dataran tinggi, dan tonjolan di antara itu, dalam dua hari yang lain. Itulah maksud dari Firman ‘وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا [النازعات/30]’. Artinya: Dan bumi setelah itu; Dia bentangkan (dan seterusnya). Sedangkan FirmaNya ‘قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ]]’. Artinya: Katakan ‘masyak kalian mengkufuri pada yang membuat bumi di dalam dua hari’. Artinya bumi dan semua yang berada di dalamnya berupa apa saja, dibuat selama empat hari. Beberapa langit juga dibuat selama dua hari. Dan sejak dulu Allah Maha pengampun Maha penyayang, Allah menyebutkan demikian dan itulah FirmanNya. Maksudnya bersifat demikian terus menerus. Sungguh sesuatu yang dikehendaki oleh Allah maka pasti terwujud. Maka jangan ada isi Al-Qur’an yang pengertiannya bertentangan atasmu, karena semuanya berasal dari Allah.”[2]



Ponpes Mulya Abadi Mulungan


[1] Sebagian pengertian dari dua Ayat ini: أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [هود/13، 14], adalah, teori bisa dikatakan benar bila telah teruji kebenarannya.
[2] Lelaki yang bertanya pada Ibnu Abbas ini bernama Nafi bin Al-Azraq (نَافِع بْن الْأَزْرَق) yang akhirnya menjadi pimpinan Khawarij.