SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2012/12/31

Al-Qur'an di Zaman Kejayaan Islam




Pada zaman Utsman bin Affan RA, Islam telah membahana. Hingga penduduk bumi semuanya takut pada Islam. Ali penerus Utsman bentrok dengan Aisyah RA, tetapi musuh Islam diam, karena sudah takluk sepenuhnya pada Islam. Ali bentrok dengan Muawiyah di daerah Shiffin, musuh juga diam, karena sangat takut pada Islam yang saat itu terlalu kuat.
Apalagi pada zaman Tabiin; Kalimat Allah ‘berkibar’ di langit kejayaan. Karena tahu bahwa kejayaan tersebut berkat Al-Qur’an; maka banyak orang menghafalkan Al-Qur’an. Di antara para Huffadz (Penghafal Al-Qur’an), ada yang karena saking mahirnya; bertekat ‘saya di Makkah nanti’ akan berbicara dengan Firman Allah (Ayat Al-Qur’an). Maksudnya jika ada orang bertanya, atau menyapa, atau menegur; dijawab dengan Ayat Al-Qur’an. Karena semua pertanyaan manusia; pasti ada jawabannya di dalam Al-Qur’an.

Said bin Jubair tergolong tabiin yang hafal Al-Qur’an. Dia bertekat akan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Hajjaj bin Yusuf, dengan Ayat Al-Qur’an. Dampaknya luar biasa; Hajjaj yang sangat berwibawa, karena sebagai pejabat tinggi tersebut ‘takut’.
Hajjaj melarang dia memandang dirinya, dan perintah agar melihat ke tanah. Said memandang ke tanah dengan tenang sekali. Bibirnya melontarkan jawaban yang diambil dari Firman Allah, “مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى.”
Artinya: Darinya, Kami telah mencipta kalian. Di dalamnya, Kami akan mengembalikan kalian. Darinya, Kami akan mengeluarkan kalian pada ulangan yang lain.

Hati Hajjaj bergetar takut, tetapi tangannya mengayunkan pedang sekuat tenaga. Semua orang yang memandang terkejut ketika kepala Said menggelundung, oleh tebasan pedang. Namun bibir Said melafalkan, “Laa Ilaaha illaa Allah” tiga kali. Yang pertama fasih. Yang kedua dan ketiga cedal.
Hajjaj ketakutan melampaui batas. Tubuhnya menggigil dan tiba-tiba terserang penyakit yang tak terobati. Hingga wafat karena shock.

Ponpes Mulya Abadi Mulungan

2012/12/30

BC 4: Buah Cinta


Makalah bersambung

Bab I
Memetik dan Menghidangkan Buah Cinta

Yang paling berhak dicintai melebihi segala-galanya, Allah dan Muhammad Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Nabi Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ  pernah bersabda, “ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ – Ada tiga perkara yang (jika bersarang) pada seorang maka dia jumpai manisnya iman:
1.     Allah dan Rasul-Nya lebih menyenangkan padanya, daripada selain dua-Nya.
2.     Tidak ada yang membuat senang dia kecuali karena Allah.
3.     Benci kembali pada kekufuran, sebagaimana benci dicampakkan kedalam api.” [HR Bukhari].

Ternyata Allah sendiri juga menyatakan, “قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ – Katakan ‘jika kalian telah cinta Allah maka ikutilah saya! Allah akan mencintai kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha pengampun Maha penyayang’.”
Berdasarkan Sabda Rasulullah dan Firman Alla di atas; buah dari cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya,  disenangi Allah, diampuni dosa-dosanya, dan di saat itu pula, dia memasuki wilayah indah yang dia merasakan manisnya iman. Hingga keimanan dia yang kokoh membuat dia takkan murtad. Bagi orang yang cinta dunia memang Firman dan Sabda tersebut kurang menarik. Mereka akan tertarik jika telah tahu bahwa buah dari cinta Allah dan Rasul, ternyata tidak hanya akan dipetik di akhirat saja, tetapi juga di dunia.

Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ sabar dan pandai, karena Al-Qur’an Wahyu Allah. Termasuk yang membuat nabiصَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ  pandai menghadapi orang jahat, pandai bertutur-kata, pandai menyembunyikan kejelekan demi keindahan, adalah ‘Surat Yusuf’.[1] Karena Surat tersebut diturunkan di saat nabiصَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ  dan para sahabatnya susah berat oleh tekanan dan penganiayaan orang-orang kafir, yang sesungguhnya saudara mereka sendiri. Di luar dugaan ternyata Allah menghibur mereka dengan menurunkan Surat yang mengandung pelajaran akhlaq tersebut. Di sana dijelaskan bahwa Nabi Yusuf عَلَيْهِ السّلَام yang disia-sia oleh kakak-kakaknya, akhirnya menjadi raja di Mesir. Raja menurut Allah dan Rasul-Nya adalah ‘penguasa’.[2] Artinya, bisa jadi saat itu dia menjadi ‘perdana mentri Mesir’.Wallahu alam.
Buah dari kebaikan, kesabaran dancinta-kasih Yusuf atas penganiayaan mereka:
  • Mereka surprise  karena ternyata orang sangat tampan dan agung adik mereka sendiri.
  • Ternyata kesalahan besar mereka diampuni di saat mereka lemah dan hina.
  • Kebutaan ayah mereka sembuh, di samping karena mukjizat Yusuf, mungkin juga karena surprise oleh kenyataan Yusuf yang sangat dirindukan ternyata tidak hanya masih hidup. Tetapi telah menjadi orang besar.
  • Ya’qub terkejut ternyata orang yang tampan nan agung tersebut adalah putranya.
  • Dalam perjumpaan agung tersebut tentunya banyak sekali yang berandai-andai: “Oh betapa bahagianya jika saya menjadi Yusuf.”

Ibnu Katsir menyampaikan penjelasan yang membuat kita terperangah takjub, mendasari firman Allah.[3] Kurang lebih artinya begini:
Ketika mereka telah memasuki ruangan Yusuf; dia AS segera memberi tempat-layak pada dua orang tuanya dan berkata, “Masuklah kalian ke Mesir dengan aman in syaa Allah.” 
Dia mengangkat dua orang tuanya di atas singgasana; mereka meroboh untuk bersujud-hormat kepadanya. Dia AS berkata, “Ya ayahku, inilah takwil mimpiku. Sungguh Tuhanku telah mewujudkan dengan benar. Dan sungguh Dia telah berbuat baik padaku; setelah mengeluarkan saya dari penjara, dan telah mendatangkan kalian dari desa; setelah syaitan mengganggu antara saya dan saudara-saudara saya. Sungguh Tuhanku Maha lembut pada yang Dia kehendaki. Sungguh Dia Maha Alim Maha Kaya Hikmah.”
Allah Ta’ala mengkhabarkan tentang kunjungan dan berpindahnya Nabi Ya’qub ke Mesir. Ketika Nabi Yusufعَلَيْهِماَ السّلَام menyuruh saudara-saudara dan seluruh keluarganya, agar berpindah ke Mesir, saat itu seluruh keluarga besar Nabi Ya’qub AS hingga yang akhir, dibawa semuanya.
Mereka berangkat dari kota Kan’an menuju kota Mesir.
Ketika telah diberi tahu bahwa kehadiran mereka telah dekat; Yusuf segera keluar-rumah untuk menyambut kedatangan mereka. Sementara itu sang raja sendiri perintah agar mentri-mentrinya dan tokoh-tokoh masyarakat keluar rumah untuk mendampingi Yusuf menyambut kedatangan Nabiyyullah Ya’qubعَلَيْهِماَ السّلَامُ.
Dilaporkan, “Sungguh sang raja sendiri juga keluar dari istana untuk menyambutnya, namun berita ini asybah, yakni kurang meyakinkan.”

Diperkirakan, karena Nabi Yusuf AS sebagai perdana-mentri; para pejabat tinggi, serta tokoh-tokoh masyarakat, menyambut kedatangan rombongan Nabi Ya’qub AS. Maka rakyat pun berbondong-bondong menyaksikan peristiwa agung tersebut. Rakyat Mesir tahu bahwa ekonomi Mesir yang mestinya koleb atau tumbang; telah selamat oleh Nabi Yusufعَلَيْهِ السّلَامُ  yang agung.
Mungkin masa paceklik selama tujuh tahun saat itu, telah membuat kota-kota selain Mesir kekeringan berat, sehingga banyak manusia dan binatang mati kelaparan. Kalau dilogika bahwa orang-orang Kan’an datang ke Mesir untuk mencari bahan makan, berarti paceklik saat itu melanda wilayah yang sangat luas.

Lutan Insan
Al-Alusi menjelaskan sedikit berbeda:
Telah dijelaskan di dalam beberapa sumber Nabi Yusuf dan sang raja keluar didampingi 4.000 pasukan, para pejabat tinggi, bahkan seluruh bangsa Mesir. Mereka menyambut kedatangan Nabi Ya’qub. Menyaksikan Nabi Ya’qub hadir dengan berjalan, dipapah oleh Yahudza yang berjalan di sisinya.
Nabi Ya’qub menyaksikan barisan pasukan berkuda dan manusia berjumlah banyak sekali. Dia berkata, “Hai Yahudza! Apakah ini Raja Fir’aun Mesir?.”
Yahudza menjawab, “Bukan, ayahku. Dialah putramu bernama Yusuf.”
Sebuah sumber menjelaskan “Yusuf diberi tahu ‘sungguh kau akan menjumpai dia; dan dia akan menjumpai kau, sesuai yang kau lihat.”
Ketika Yusuf akan menyambut dengan ucapan Salam; ada yang mencegah, agar dia tahu bahwa Ya’qub lebih mulia bagi Allah Ta’ala dari pada dia. Karena yang mengucapkan Salam pertama kali.
Ya’qub segera memeluk dan mencium Yusuf AS dan berkata, “As-Salamu ‘alaik, hai yang menghilangakan kesusahan-kesusahanku.”

Sebuah sumber menjelaskan: “Yusuf berkata pada ayahnya ‘ayahku! Kau telah menangisi saya hingga buta. Apakah ayah tak tahu bahwa hari kiamat akan mengumpulkan kita?.”
Ya’qub berkata, “Betul! Tetapi saya khawatir agamamu rusak sehigga kita akan terhalang bertemu.” [4] [5]

Menurut Ibnu Hisyam Al-Kalb:
Banjir besar telah melanda hinggga membongkar kubur di kota Yaman. Dalam kubur tersebut ada mayat wanita yang masih utuh. Diperkirakan dulunya, dia wanita kaya-raya. Ada tujuh mikhnaq (مِخنقٍ), yakni jenis mutiara putih yang menghiasi lehernya. Dua tangan dan dua kakinya mengenakan gelang-gelang yang dipadu: di atas betis, di bawah betis, di pergelangan tangan, dan lengan. Masing-masingnya berjumlah tujuh. Semua jarinya mengenakan cincin-perhiasan bermata berlian yang harganya sangat mahal. Di sisi kepalanya, ada peti berisi harta kekayaan penuh. Di dalamnya ada papan bertuliskan:
“Dengan Nama-Mu ya Allah Tuhan kota Himyar. Hamba Tachah binti Dzi Syufar. Hamba telah mengutus seorang agar membeli bahan makan berjumlah banyak pada Nabi Yusuf perdana mentri Mesir. Namun dia terlambat pulang sangat lama. Saya mengutus seorang kasim (حَشِيمٌ) agar membawa satu mud perak, agar ditukarkan satu mud gandung yang telah ditumbuk; namun tak ada yang memiliki gandum yang kumaksud.[6] Dia kuutus agar menukarkan gandum yang telah ditumbuk; dengan satu mud emas. Namun ia pulang tak membawa hasil. Dia kuutus menukarkan ‘bahriy (بحريٍّ)’, yakni intan dari laut yang indah sekali, yang di leherku, dengan gandum yang telah ditumbuk. Namun dengan itu tak juga mendapatkan. Karena geregetan dan kesal; hamba menyuruh agar intan tersebut ditumbuk. Tentu saja tetap juga tak bermanfaat pada hamba, hingga akhirnya hamba mati kering kelaparan. Maka barang siapa mendengar tentang diriku hendaklah mendoakan rahmat untukku, atau menjadikan saya sebagai ibarat. Jika dia muslimah saya berdoa untuknya semoga Allah memberi rahmat yang luas yang membuat dia lupa kelaparan atau kekeringannya. Siapapun wanita yang mengenakan perhiasanku takkan mati kecuali seperti kematianku.”[7]

Kisah yang pasti shahih, yang ada dalam Al-Qur’an. Di sana dijelaskan saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir untuk membeli bahan makan. Ini penjelasan yang cukup, yakni berarti paceklik di saat itu melanda wilayah yang sangat luas. Itu berarti Yusuf berjasa besar sekali pada masyarakat yang sangat luas, karena Mesir dan sekitarnya selamat dari bencana tersebut melalui petunjuknya.[8] 

Sehingga diperkirakan orang-orang yang menonton rombongn Nabi Ya’qub AS datang ke Mesir, sangat banyak sekali. Jika sang raja hingga keluar istana, mugkin karena terpengaruh oleh terlalu banyaknya manusia yang keluar rumah untuk menyaksikan.
Kalau peristiwa tersebut dianggap keindahan yang dipetik dan dihidangkan oleh Yusuf ke hadapan sang raja dan manusia pada umunya, maka sebetulnya itu baru keindahan lahiriyah. Sementara mutiara-keindahan yang hakiki dari kebaikan Yusuf dan Ya’qub عَلَيْهِماَ السّلَامُ, justru berada pada Al-Qur’an yang mengkisahkan ‘Yusuf, Ya’qub عَلَيْهِماَ السّلَامُ, dan keluarga’ mereka. Bukti bahwa kisah dalam Al-Qur’an tersebut, mutiara-keindahan yang hakiki, akan abadi. Meskipun dunia ini hancur-lebur karena gempa kiamat; namun Ayat-Ayat yang mengkisahkan Yusuf dan Ya’qubعَلَيْهِماَ السّلَامُ  dan lainnya, ‘akan abadi’.
Jika orang-orang iman telah masuk surga, maka akan disuruh membaca Al-Qur’an yang dulu-kala sering dibaca, sambil menaiki tangga. Jika telah selesai, maka disuruh berhenti dan memasuki surga yang lebih tinggi dari pada jatah surganya.
Nabiصّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ  bersabda: 

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا – Akan dikatakan pada orang yang menguasai Al-Qur’an ‘bacalah sambil naik tangga! Dan tartilkanlah membacanya! Sebagaimana kau dulu membaca dengan tartil di dunia. Sungguh tempat tinggalmu di sisi ayat yang akan kau baca nanti’.” [HR Tirmidzi].


[1] قَالُوا إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفْسِهِ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْ قَالَ أَنْتُمْ شَرٌّ مَكَانًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَصِفُونَ  – Mereka berkata, “Jika dia mencuri; sungguh saudara dia sebelum ini juga pernah mencuri.”
Sontak Yusuf merahasiakan jawaban; tidak melahirkan pada mereka, “Kalian lebih jelek tempatnya; dan Allah lebih tahu mengenai yang kalian jelaskan.”
Kalau jawaban ini terdengar oleh mereka, pasti berakibat tidak baik, dan mengurangi nilai akhlaq Yusuf, yakni tidak mampu menyimpan kejelekan yang mestinya disimpan.
Achmad meriwayatkan: عَنْ عَائِشَةَ ، اسْتَأْذَنَ رَهْطٌ مِنَ الْيَهُودِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا : السَّامُ عَلَيْكَ ، فَقَالَتْ عَائِشَةُ : بَلِ السَّامُ عَلَيْكُمْ ، وَاللَّعْنَةُ ، قَالَ : يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ ، قَالَتْ : أَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا ؟ قَالَ : فَقَدْ قُلْتُ : وَعَلَيْكُمْ  – Dari ‘A’isyah, “Sekelompok orang Yahudi memasuki rumah nabi untuk berkata ‘Assaamu’alaik’, yang artinya semoga kau mati. 
‘A’isyah berkata ‘justru kalian yang semoga saam’, maksudnya semoga mati ‘dan semoga terkena laknat’.
Nabi bersabda ‘ya ‘A’isyah, sungguh Allah عَزَّ وَجَلَّ  cinta kelembutan, dalam perkara semuanya’.
Dia menjawab ‘apakah tuan tidak mendengar perkataan mereka?’.
Nabi SAW bersabda ‘sungguh saya telah berkata ‘wa’alaikum’,” artinya semoga kalian juga demikian.
Jawaban nabi yang menyembunyikan doa jelek, lebih indah daripada jawaban ‘A’isyah yang menonjolkan dua doa jelek.

[2] Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا – Dan Dia pernah menjadikan kalian sebagai raja-raja.” Ibnu Abbas menjelaskan agar orang-orang tidak bingung atau keliru, dalam memahami Firman tersebut, “Maksudnya memiliki pelayan, istri dan rumah.”

[3] Naskah aslinya demikian: { فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ (99) وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نزغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (100) } يخبر تعالى عن ورود يعقوب، عليه السلام، على يوسف، عليه السلام، وقدومه بلاد مصر، لما كان يوسف قد تقدم إلى إخوته أن يأتوه بأهلهم أجمعين، فتحملوا عن آخرهم وترحلوا من بلاد كنعان قاصدين بلاد مصر، فلما أخبر يوسف، عليه السلام، باقترابهم خرج لتلقيهم، وأمر [الملك] أمراءه وأكابر الناس بالخروج [مع يوسف] لتلقي نبي الله يعقوب، عليه السلام، ويقال: إن الملك خرج أيضا لتلقيه، وهو الأشبه.

[4] Naskah aslinya berbunyi: وجاء في بعض الأخبار أنه عليه السلام خرج هو والملك في أربعة آلاف من الجند والعظماء وأهل مصر بأجمعهم لاستقباله فتلقوه عليه السلام وهو يمشي يتوكأ على يهوذا فنظر إلى الخيل والناس فقال : يا يهوذا أهذا فرعون مصر قال : لا يا أبت ولكن هذا ابنك يوسف قيل له : إنك قادم فتلقاك بما ترى ، فلما لقيه ذهب يوسف عليه السلام ليبدأه بالسلام فمنع ذلك ليعلم أن يعقوب أكرم على الله تعالى منه فاعتنقه وقبله وقال : السلام عليك أيها الذاهب بالأحزان عنى ، وجاء أنه عليه السلام قال لأبيه : يا أبت بكيت علي حتى ذهب بصرك ألم تعلم أن القيامة تجمعنا؟ قال : بلى ولكن خشيت أن تسلب دينك فيحال بيني وبينك.

[5] Al-Baghawi menjelaskan di dalam Tafsirnya, “Mereka berdua menangis.” Mungkin karena terlalu bahagia.

[6] Kasim berasal dari bahasa Arab “حَشِيمٌ,” yang artinya pelayan bodoh, pemalu,  rendahan, yang sering dibentak-bentak.

[7] Naskah aslinya: حفرَ السيلُ عن قبرٍ باليمنِ فيه امرأةٌ في عنقها سَبعُ مَخانقَ جمع مِخنقٍ وهي المِحس من دُرٍّ أبيضَ وفي يديها ورجليها من الأسورةِ والخلاخيلِ والدماليجِ سبعةٌ وفي كل إصبعٍ خاتمٌ فيه جوهرةٌ مُثمنةٌ أي ذاتُ قيمةٍ وعند رأسها تابوتٌ مملوءٌ مالاً ولوحٌ فيه مكتوبٌ ما نصه : باسمكَ اللهم إله حميرَ أنا تاحةُ بنتُ ذي شُفرٍ بعثتُ مائرنا إلى يوسفَ أي عَزيزِ مِصرَ فأبطأ علينا فبعثتُ لاذتي بالذال المُعجمة وهو من يلوذُ بها ممن يَعزّ عليها من حشمها وحشمِ أبيها بمُدٍّ من ورقٍ أي فِضةٍ لتأتيني بمدٍّ من طحينٍ فلم تجدهُ فبعثتُ بمدٍّ من ذَهبٍ فلم تجدهُ فبعثتُ بمدٍّ من بحريٍّ منسوب إلى البحرِ وهو اللؤلؤ الجيد وفي بعض النُّسخِ : من نحري بالنون والياءُ للإضافةِ أي من الحليِ كان في نحري وهو أنفسُ شيءٍ عنده والأولُ أولى والله أعلم ويدل له قولها : فأمرتُ به فطحنَ لأنّ غيره من الحُلي لا يقبلُ الطحنَ قاله شيخنا فلم تجدهُ فأمرتُ به فَطحنَ فلم أنتفعْ به فاقتفلتُ أي يبستُ جُوعاً من اقتفل افتعل من القفل وهو اليبس أو معناه هلكتُ كما سيأتي فمنْ سِمعَ بي فليرْحمني أي فليرقَّ لي أو ليعتبرْ بي أو المراد منه الدُّعاءُ لها بالرحمةِ كما هو مطلوب من المتأخر للمتقدمِ فإن كانت مُسلمةً فنسأل الله لها الرحمةَ الواسعة حتى تنسى جوعتها قاله شيخنا وأيةُ امرأةٍ لبستْ حلياً من حُليي فلا ماتتْ إلا ميتتي . إلى هنا تمامُ القصةِ التي فيها عِبرةٌ لأولى الأبصارِ واعتابرٌ لذوي الأفكار.


[8] Nabi Yusuf memberi petunjuk, “تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلا قَلِيلا مِمَّا تَأْكُلُونَ ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلا قَلِيلا مِمَّا تُحْصِنُونَ ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ - Kalian menanam terus-menerus selama tujuh tahun. Yang telah kalian panen, biarkanlah di dalam tangkainya! Kecuali sedikit dari yang kalian makan. Lalu setelah itu akan datang tujuh tahun berat yang akan memakan pada yang kalian telah mendahulukannya. Kecuali sedikit dari yang kalian timbun. Lalu setelah itu akan datang tahun yang di dalamnya manusia ditolong dan memeras.”