SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2014/03/24

Surat Al-Baqarah 200 - 202




Kajian Bersambung
{فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ () وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ () أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ () } [البقرة: 200 - 202]

Artinya:
Ketika kalian telah menyelesaikan manasik, maka sebutlah Allah! Seperti kalian menyebut ayah-ayah kalian! Atau lebih sangat! Sebagian kaum ada yang berdoa, “Tuhan kami! Berilah kami di dunia” Namun di akhirat, dia tidak memiliki bagian sedikitipun. [200]. 
(Melalui ayat ini) Allah perintah, setelah melakukan dan menyelesaikan manasik, agar menyebut Allah, dan agar memperbanyak menyebut Allah. Makna Firman Allah, “Seperti menyebutnya kalian pada ayah-ayah kalian” diperselisihkan:
1.     Ibnu Juraij menjelaskan ajaran dari ‘Atha’, “Itu seperti ucapan anak kecil ‘ayah! Mamah!’. Yakni seperti anak kecil berceloteh, menyebut ayah dan ibunya. Seperti itulah kalian berbuat! Setelah merampungkan manasik, sebutlah nama Allah.” Addhachak dan Arrabi’ bin Anas, juga menjelaskan demikian. Ibnu Jarir juga menjelaskan yang sama, dari jalur Al-Aufi dari Ibnu Abbas RA.
2.     Said bin Jubair menjelaskan ajaran Ibnu Abbas RA, “Dulu kaum Jahiliyah, wuquf  di musim haji. Seorang mereka berkata ‘dulu ayah saya suka shadaqah makanan, dan membantu meringankan denda’. Yang dibicarakan oleh mereka hanya kebaikan ayah-ayah mereka. Maka Allah menurunkan Firman pada Nabi Muhammad SAW, “{فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا} ; Maka sebutlah Allah! Seperti kalian menyebut ayah-ayah kalian! Atau lebih sangat, menyebutnya.” Dalam sebuah pernyataannya, Ibnu Abi Hatim berkata, “Riwayat sepadan itu juga disampaikan oleh Anas bin Malik, Abu Wail, Atha bin Abi Rabach. Bahkan di dalam riwayatnya,  Ikrimah juga mufakat dengan pengertian tersebut. Begitu pula Mujahid, Assuddi, Atha Al-Khurasani, Rabi bin Anas, Chasan, Qatadah, Muhammad bin Kaeb, dan Muqatil bin Chayan. ‘Ibnu Jarir juga menyampaikan pelajaran ‘demikian’ dari Jamaah. Allah yang lebih tahu.”

Yang dimaksud dari Firman di atas, anjuran memperbanyak dzikir pada Allah azza wajalla. Oleh karena itu lafal Firman, “Au asyadda dzikran ({أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا}ra-nya difathah, karena sebagai tamziz (penjelasan). Perkiraan maksudnya, “Seperti kalian menyebut pada ayah-ayah kalian, atau lebih sangat menyebutnya, daripada itu.”
Au (أَوْ) di sini, untuk men-tachqiq gambaran dalam berita ini. Seperti FirmanNya:
1.     {فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً} [الْبَقَرَةِ: 74]’.
2.     {يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً} [النساء: 77]’. [1]


Sebagian mereka ada yang berdoa, “Tuhan kami! Beri kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat. Dan selamatkan kami dari siksa neraka!.” [201].

Mereka mendapatkan bagian, karena usaha mereka. Dan Allah Maha Cepat menghitung. [202].

Banyak hikmah yang terkandung dalam dua ayat ini. Di antaranya, doa dengan lafal, “Rabbanaa atau Rabbi, artinya ‘Tuhan kami atau Tuhanku’, mustajabah. Karena sesungguhnya arti ‘Rabb’ adalah:
1.     Tuhan.
2.     Pemilik.
3.     Penguasa.
4.     Pelindung.
5.     Penyempurna.
6.     Penopang.
7.     Dan semua sifat baik yang bermanfaat pada HambaNya.

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA: Rasulullah SAW bersabda, “Hai kaum! Sunguh Allah Maha Baik. Tidak akan menerima kecuali yang baik. Dan sungguh Allah telah perintah pada kaum Mukminiin, sebagaimana perintah pada para Rasul;
1.     ‘Hai para Rasul! Makanlah bagian yang baik-baik! Dan beramal solihlah! Sungguh Aku Maha Alim pada yang kalian amalkan ({يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51])’.
2.     ‘Hai kaum yang telah beriman! Makanlah bagian yang baik-baik dari yang telah Kami rizqikan pada kalian ({يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172])!’.

Lalu nabi SAW menuturkan lelaki yang suka pergi jauh. Berambut kumal, dan memanjangkan tangannya ke langit, untuk berdoa ‘ya Rabbi, ya Rabbi’. Padahal makanannya haram; minumannya haram; busananya haram; diberi rangsuman haram. Bagaimana mungkin doa dia dikabulkan, karena dosa yang demikian?.”[2]



[1] تفسير ابن كثير (1/ 557)
يأمرُ تَعَالَى بِذِكْرِهِ وَالْإِكْثَارِ مِنْهُ بَعْدَ قَضَاء الْمَنَاسِكِ وَفَرَاغِهَا.
وَقَوْلُهُ: {كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ} اخْتَلَفُوا فِي مَعْنَاهُ، فَقَالَ ابْنُ جُرَيج، عَنْ عَطَاءٍ: هُوَ كَقَوْلِ الصَّبِيِّ: "أبَهْ أمَّهْ"، يَعْنِي: كَمَا يَلْهَج الصَّبِيُّ بِذِكْرِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ، فَكَذَلِكَ أَنْتُمْ، فَالْهَجُوا بِذِكْرِ اللَّهِ بَعْدَ قَضَاءِ النُّسُكِ. وَكَذَا قَالَ الضَّحَّاكُ وَالرَّبِيعُ بْنُ أَنَسٍ. وَرَوَى ابنُ جَرِيرٍ مِنْ طَرِيقِ الْعَوْفِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ –نَحْوَهُ وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [قال]: كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَقِفُونَ فِي الْمَوْسِمِ  فَيَقُولُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ: كَانَ أَبِي يُطْعِمُ وَيَحْمِلُ الحَمَالات [وَيَحْمِلُ الدِّيَاتِ] . لَيْسَ لَهُمْ ذِكْرٌ غَيْرُ فِعَالِ آبَائِهِمْ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ورُوي عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، وَأَبِي وَائِلٍ، وَعَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ فِي أَحَدِ قَوْلَيْهِ، وَسَعِيدِ بْنِ جُبَير، وَعِكْرِمَةَ فِي إِحْدَى رِوَايَاتِهِ، وَمُجَاهِدٍ، وَالسُّدِّيِّ، وَعَطَاءٍ الْخُرَاسَانِيِّ، وَالرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، وَالْحَسَنِ، وَقَتَادَةَ، وَمُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ، وَمُقَاتِلِ بْنِ حَيَّانَ، نَحْوَ ذَلِكَ. وَهَكَذَا حَكَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا عَنْ جَمَاعَةٍ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ وَالْمَقْصُودُ مِنْهُ الْحَثُّ عَلَى كَثْرَةِ الذِّكْرِ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؛ وَلِهَذَا كَانَ انْتِصَابُ قَوْلِهِ: {أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا} عَلَى التَّمْيِيزِ، تَقْدِيرُهُ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ مِنْهُ ذِكْرًا. وَ"أَوْ" هَاهُنَا لِتَحْقِيقِ الْمُمَاثِلَةِ فِي الْخَبَرِ، كَقَوْلِهِ: {فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً} [الْبَقَرَةِ: 74] ، وَقَوْلِهِ: {يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً} [النساء: 77].

[2] صحيح مسلم (2/ 703)
65 - (1015) وحَدَّثَنِي أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ مَرْزُوقٍ، حَدَّثَنِي عَدِيُّ بْنُ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟ "
__________

[شرح محمد فؤاد عبد الباقي]
 [ش (إن الله طيب) قال القاضي الطيب في صفة الله تعالى بمعنى المنزه عن النقائص وهو بمعنى القدوس وأصل الطيب الزكاة والطهارة والسلامة من الخبث (ثم ذكر الرجل) هذه الجملة من كلام الراوي والضمير فيه للنبي صلى الله عليه وسلم والرجل بالرفع مبتدأ مذكور على وجه الحكاية من لفظ رسول الله صلى الله عليه وسلم ويجوز أن ينصب على أنه مفعول ذكر (وغذي) بضم الغين وتخفيف الذال].

2014/03/19

Syair [3]



Lammaaa ataa khairul-anaami bidiinihii
Wanchalla maa ‘aqadal ghuwaatu minal ‘uraa

Artinya:
Ketika sebaik-baik makhluq SAW datang membawa agamanya
Dan tali-temali (agama batil) yang diikat oleh kaum Durhaka, lepas. [1]

Tulisan Arabnya:
لما    أتى    خير     الأنام     بدينه 
وانحل ما  عقد  الغواة من العرى


[1] Masih banyak orang yang membaca salah, “Al-Ghuwaata” Yang benar Al-Ghuwaatu karena sebagai fail. Kecuali jika yang membaca berniat menghina kaum Ghuwatu. Istilah para ahli Nahwu, “Lidzzam” untuk menyatakan menghina.

Rujukan: http://www.poetsgate.com/poem_130420.html

Syair [2]



Wasyarii’atul-Islaami raaqa ruwaa’uhaa
Wal-Kufru ashbacha jaisyuhuu mutaqahqiraa

Artinya:
Dan syariah Islam, tokoh-tokohnya mashur
Sedangkan kekufuran, Pasukannya menjadi mundur teratur

Tulisan Arabnya:
وشريعة   الإسلام    راق    رواعها        والكفر   اصبح    جيشه    متقهقرا

2014/03/17

Surat Al-Baqarah 197 - 199





Kajian Bersambung
{الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ (197) لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ (198) ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (199)} [البقرة: 197 - 199].

Artinya:
Haji beberapa bulan yang dimaklumi. Maka barangsiapa menentukan diri, haji di dalamnya, tiada porno, tiada fusuq (pelanggaran), dan tiada perdebatan. Yang kalian lakukan berupa kebaikan, Allah mengetahui. Berbekallah! Sebaik-baik bekal, taqwa. Dan bertaqwalah padaKu! Ya kaum yang memiliki akal-akal sehat. [197].

Bangsa Arab berselisih faham tentang Firman Allah, “Haji beberapa bulan yang dimaklumi(الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ).” 
Sebagian mereka berkata, “Haji dibatasi dalam beberapa bulan yang dimaklumi. Merujuk ayat ini, diperkirakan ihram haji di bulan-bulan tersebut, lebih sempurna daripada ihram-ihram di bulan-bulan selain itu. Meskipun hukumnya juga sah. Hujjah mengenai Ihram Haji Sah Sepanjang Tahun, adalah Madzhab Maliki, Abi Hanifah (Hanafi), Hambali, dan Ishaq bin Rahawaih. 
Ibrahim Annakhai, Atssauri dan Allaits bin Saed, juga berhujjah demikian. 
Dasar hujah mereka, 'Mereka bertanya kau, tentang beberapa tanggal (bulan)'. 
Katakan, 'dia batasan-batasan waktu untuk manusia, dan untuk haji ({يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ} [الْبَقَرَةِ: 189])'.
Mereka juga berpandangan:
1.     Haji Termasuk Dua Nusuk.
2.     Ihram haji seperti umrah; bisa dilakukan sepanjang tahun, sah."


Imam Syafi’i yang semoga disayang oleh Allah, bermadzhab (menentukan pandangan), “Ihram haji tidak sah, kecuali di bulan-bulan haji. Kalau ihram haji dilakukan sebelum bulan haji, maka tidak sah.”
Menurut Syafi’i:
Ihram Haji tidak sah diamalkan, kecuali di bulan haji, rujukannya diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Jabir RA. Diikuti oleh para tabiin; Athak, Thawus, dan Mujahid, yang semuanya semoga disayang oleh Allah. Dalil yang mereka rujuk, “Haji, beberapa bulan yang dimaklumi (الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ).”

Pendapat ini juga dijadikan pegangan oleh para Ahli Nahwu. Yaitu, “Waktu haji, hanya beberapa bulan yang dimaklumi. Allah telah mengkhususkan haji pada bulan-bulan tertentu, dalam setahun. Ini menunjukkan bahwa ‘Melakukan Haji Sebelum Waktunya’, tidak sah. Seperti waktu-waktu shalat juga telah ditentukan.”

Imam Syafi’i rahimahullah, meriwayatkan ajaran Ibnu Abbas Ra; “Ihram haji tidak pantas dilakukan oleh seorang, kecuali di bulan-bulan haji. Berdasarkan Firman Allah ‘Haji, beberapa bulan yang dimaklumi (الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ)’.”
Ibnu Abi Hatim, juga meriwayatkan Hadits, seperti ini.

Di dalam Tafsirnya, Ibnu Marduwaih juga meriwayatkan Hadits di atas, dari dua jalur. Dari Ibnu Abbas RA, “Termasuk aturan (مِنَ السُّنَّةِ) adalah, tidak melakukan ihram haji, kecuali di bulan-bulan haji.”
Di dalam kitab Shahihnya, Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, “Tidak boleh ihram haji kecuali di bulan-bulan haji. Termasuk aturan haji, Tidak Boleh Melakukan Ihram Haji, kecuali di bulan-bulan haji. Isnad Hadits ini shahih. Dan menurut kebanyakan ulama Muhadditsiin, ‘ucapan seorang sahabat (dalam sebuah Hadits):
‘Termasuk aturan adalah demikian (مِنَ السُّنَّةِ كَذَا)’, hukumnya marfuk.

Selain Ibnu Abbas RA berkata, untuk menjelaskan pengertian Al-Qur’an. Beliau memang Penerjemah Al-Qur’an.
Sungguh Hadits marfuk yang membahas hukum di atas, telah hadir. Riwayat dari Jabir RA ini, disampaikan oleh Ibnu Marduwaih, “Sungguh nabi SAW bersabda ‘ihram haji tidak pantas bagi seorang, kecauli dilakukan di bulan-bulan haji.”

Isnad Hadits di atas tidak cacat. Tetapi Assyafi’i dan Baihaqi, meriwayatkan dari beberapa jalur yang berbeda, dengan matan yang berbeda:
Sungguh Abuzzubair telah mendengar Jabir RA ditanya, “Bolehkan ihlal haji dilakukan sebelum bulan-bulan haji?.
Jabir menjawab ‘tidak boleh!’.”
Hadits mauquf ini, lebih shahih dan lebih tsambit (akurat) daripada Hadits marfuk di atas. Di waktu itu, madzhab sahabat menjadi ketetapan yang menguat, karena merujuk ucapan Ibnu Abbas RA, “Termasuk aturan adalah, tidak melakukan ihram haji, kecauli di bulan-bulan haji (مِنَ السُّنَّةِ أَنْ لَا يُحْرِمَ بِالْحَجِّ إِلَّا فِي أَشْهُرِهِ).” Wallahu a’lam. [1]



Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar, “Bulan-bulan haji, Syawal, Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah.”

Tiada dosa atas kalian, jika kalian mencari keutamaan dari Tuhan kalian. Ketika kalian tolak dari Arafat, maka ingatlah Allah di sisi Masyaril-Haram! Dan sebutlah Dia! Sebagaimana Dia telah membimbing kalian! Sungguh kalian sebelum Itu, tergolong kaum sesat. [198].

Lalu tolaklah dari mana orang-orang bertolak! Dan istighfarlah pada Allah! Sungguh Allah Maha pengampun Maha penyayang. [199].




[1] تفسير ابن كثير (1/ 540)
اخْتَلَفَ أَهْلُ الْعَرَبِيَّةِ فِي قَوْلِهِ: {الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ} فَقَالَ بَعْضُهُمْ: [تَقْدِيرُهُ] الْحَجُّ حَجُّ أَشْهَرٍ مَعْلُومَاتٍ، فَعَلَى هَذَا التَّقْدِيرِ يَكُونُ الْإِحْرَامُ بِالْحَجِّ فِيهَا أَكْمَلُ مِنَ الْإِحْرَامِ بِهِ فِيمَا عَدَاهَا، وَإِنْ كَانَ ذَاكَ صَحِيحًا، وَالْقَوْلُ بِصِحَّةِ الْإِحْرَامِ بِالْحَجِّ فِي جَمِيعِ السّنَةِ مذهبُ مالك، وأبي حنيفة، وأحمد بن حنبل، وإسحاق بن رَاهويه، وَبِهِ يَقُولُ إِبْرَاهِيمُ النخَعي، وَالثَّوْرِيُّ، وَاللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ. واحْتَجّ لَهُمْ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: {يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ} [الْبَقَرَةِ: 189] وَبِأَنَّهُ أَحَدُ النُّسُكَيْنِ. فَصَحَّ الْإِحْرَامُ بِهِ فِي جَمِيعِ السَّنَةِ كَالْعُمْرَةِ. وَذَهَبَ الشَّافِعِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ، إِلَى أَنَّهُ لَا يَصِحُّ الْإِحْرَامُ بِالْحَجِّ إِلَّا فِي أَشْهُرِهِ فَلَوْ أَحْرَمَ بِهِ قَبْلَهَا لَمْ يَنْعَقِدْ إِحْرَامُهُ بِهِ، وَهَلْ يَنْعَقِدُ عُمْرة؟ فِيهِ قَوْلَانِ عَنْهُ. وَالْقَوْلُ بِأَنَّهُ لَا يَصِحُّ الْإِحْرَامُ بِالْحَجِّ إِلَّا فِي أَشْهُرِهِ مَرْويّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، وَجَابِرٍ، وَبِهِ يَقُولُ عَطَاءٌ، وَطَاوُسٌ، وَمُجَاهِدٌ، رَحِمَهُمُ اللَّهُ، وَالدَّلِيلُ عَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى: {الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ} وَظَاهِرُهُ التَّقْدِيرُ الْآخَرُ الذِي ذَهَبَ إِلَيْهِ النُّحَاةُ، وَهُوَ أَنَّ: وَقْتَ الْحَجِّ أَشْهَرٌ مَعْلُومات، فَخَصَّصَهُ بِهَا مِنْ بَيْنِ سَائِرِ شُهُورِ السَّنَةِ، فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ لَا يَصِحُّ قَبْلَهَا، كَمِيقَاتِ الصَّلَاةِ. قَالَ الشَّافِعِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ: أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ خَالِدٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي عُمَر بْنُ عَطَاء، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ قَالَ: لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يُحْرِم بِالْحَجِّ إِلَّا فِي شُهُورِ الْحَجِّ، مِنْ أَجْلِ قَوْلِ اللَّهِ: {الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ} وَكَذَا رَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ يَحْيَى بْنِ مَالِكٍ السُّوسِيِّ، عَنْ حَجَّاجِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْأَعْوَرِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، بِهِ. وَرَوَاهُ ابْنُ مَرْدويه فِي تَفْسِيرِهِ مِنْ طَرِيقَيْنِ، عَنْ حَجَّاجِ بْنِ أَرْطَاةَ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ عُتَيبة عَنْ مِقْسَم، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّهُ قَالَ: مِنَ السُّنَّة أَلَّا يُحْرِمَ [بِالْحَجِّ]إِلَّا فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ. وَقَالَ ابْنُ خُزَيْمَةَ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ مقْسَم، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: لَا يُحْرِمُ بِالْحَجِّ إِلَّا فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ، فَإِنَّ مِنْ سُنَّةِ الْحَجِّ أَنْ يُحْرِمَ بِالْحَجِّ فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ وَهَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ، وَقَوْلُ الصَّحَابِيِّ: "مِنَ السُّنَّةِ كَذَا" فِي حَكَمِ الْمَرْفُوعِ عِنْدَ الْأَكْثَرِينَ، وَلَا سِيَّمَا قَوْلُ ابْنِ عَبَّاسٍ تَفْسِيرًا لِلْقُرْآنِ، وَهُوَ تُرْجُمَانُهُ. وَقَدْ وَرَدَ فِيهِ حَدِيثٌ مَرْفُوعٌ، قَالَ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْبَاقِي بْنُ قَانِعٍ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ المُثَنى، حَدَّثَنَا أَبُو حُذَيْفَةَ، حدثنا سفيان، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يُحْرِمَ بِالْحَجِّ إِلَّا فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ". وَإِسْنَادُهُ لَا بَأْسَ بِهِ. لَكِنْ رَوَاهُ الشَّافِعِيُّ، وَالْبَيْهَقِيُّ مِنْ طُرق، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَسْأَلُ: أيُهَلّ بِالْحَجِّ قَبْلَ أَشْهُرِ الْحَجِّ؟ فَقَالَ: لَا. وَهَذَا الْمَوْقُوفُ أَصَحُّ وَأَثْبَتُ مِنَ الْمَرْفُوعِ، وَيَبْقَى حِينَئِذٍ مَذْهَبُ صَحَابِيٍّ، يَتَقَوَّى بِقَوْلِ ابْنِ عَبَّاسٍ: "مِنَ السُّنَّةِ أَنْ لَا يُحْرِمَ بِالْحَجِّ إِلَّا فِي أَشْهُرِهِ". وَاللَّهُ أَعْلَمُ.



2014/03/12

Abu Bakr Asshiddiq RA [3]



Kisah Bersambung

Di Madinah; setelah mengirim beberapa surat, Abu Bakr menunggu surat jawaban. Pengantar surat menuju Yaman, Anas bin Malik RA, pelayan Rasulillah SAW.

Beberapa hari setelahnya, Anas pulang ke Madinah. Membawa kabar gembira ‘Jamaah Yaman’ akan berdatangan. Pada Abu Bakr, dia berkata, “Ya Khalifah Rasulillah! Demi Hak Baginda atas Allah, semua orang yang mendengar pembacaan surat Baginda, bergegas melakukan ketaatan pada Allah dan RasulNya SAW! Mereka mengabulkan ajakan Baginda. Bahkan mereka telah bersiap-siap datang, dengan jumlah sangat banyak. Baju perang bertumpuk-tumpuk telah dipersiapkan. Bahkan mereka telah mulai bergerak kemari, ya Khalifah Rasulillah! Ini kabar gembira bahwa sejumlah kaum akan berdatangan. Mereka berambut kumal, jago perang yang pemberani! Bahkan mereka akan datang membawa anak-cucu dan harta, sebagai bekal. Wanita dan anak-anak yang akan mereka bawa, berjumlah banyak. Sepertinya mereka hampir sampai kemari, untuk mememui Baginda. Bersiaplah menyambut kedatangan mereka.”
Setelah menerima laporan, Abu Bakr berbahagia. Hingga pagi berikutnya, Abu Bakr dan Muslimiin berbahagia.

Pagi itu, debu-debu berterbangan, mengelilingi Jamaah Yaman yang datang ke Madinah.
Muslimiin dari Madinah dan sekitarnya, tampak berbahagia, menyambut kedatangan mereka. Untuk itulah mereka mengenakan busana yang bagus. Sejumlah panji di Madinah, berkibar-kibar diterpa angin.
Para tamu telah semakin dekat, mengalir sangat panjang. Kabilah yang masuk ke Madinah pertama kali, kaum Himyar. Baju perang yang mereka kenakan, Addawudiyyah (Model Nabi Dawud AS). Helm perang mereka, Al-Aadiyah (Model kaum Ad). Pedang-pedang mereka buatan Hindia. Mereka dipimpin oleh Dzul-Kala’ Al-Himyari. Yakni tokoh yang ketika telah mendekati Abu Bakr RA, mengenalkan dirinya dan kaumnya. Setelah membaca Salam, Dzul-Kala’ membaca syair:

Himyar  dan anak-cucu mereka
Telah datang menghadap Baginda
Kami yang datang pertama
Bermartabat mulia
Kami kaum Asad, Ghatharifah, dan Amaliqa
Di perang pagi nanti kami
Dengan bambu mengusir lawan telanjang kaki
Kebiasaan kami berperang, bertempur tujuan kami
Dzul-Kala’ telah mengajak keluarga besarnya
Damaskus yang mengherankan semua manusia
Penduduknya akan saya usir ke kebun kapas semuanya.

Syair memukau hadirin, membuat Abu Bakr RA tersenyum.  [1]


Ponpes Mulya Abadi Mulungan



[1] فتوح الشام (1/ 6)
وأقام ينتظر جوابهم وقدومهم وكان الذي بعثه بالكتب إلى اليمن أنس بن مالك خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فما مرت الأيام حتى قدم أنس رضي الله عنه يبشره بقدوم أهل اليمن وقال: يا خليفة رسول الله وحقك على الله ما قرأت كتابك على أحد إلا وبادر إلى طاعة الله ورسوله وأجاب دعوتك وقد تجهزوا في العدد والعديد والزرد النضيد وقد أقبلت إليك يا خليفة رسول الله مبشرا بقدوم الرجال وأي رجال وقد أجابوك شعثا غبرا وهم أبطال اليمن وشجعانها وقد ساروا إليك بالذراري والأموال والنساء والأطفال وكأنك بهم وقد أشرفوا عليك ووصلوا إليك فتأهب إلى لقائهم قال فسر أبو بكر رضي الله عنه بقوله سرورا عظيما وأقام يومه ذلك حتى إذا كان من الغد اقبلوا إلى الصديق رضي الله عنه وقد لاحت غبرة القوم لأهل المدينة قال فاخبروه فركب المسلمون من أهل المدينة وغيرهم واظهروا زينتهم وعددهم ونشروا الأعلام الإسلامية ورفعوا الألوية المحمدية فما كان إلا قليل حتى أشرفت الكتائب والمواكب يتلو بعضها بعضا قوم في أثر قوم وقبيلة في أثر قبيلة فكان أول قبيلة ظهرت من قبائل اليمن حمير وهم بالدروع الداودية والبض العادية والسيوق الهندية وأمامهم ذو الكلاع الحميري رضي الله عنه فلما قرب من الصديق رضي الله عنه أحب أن يعرفه بمكانه وقومه وأشار بالسلام وجعل ينشد ويقول:
أتتك حمير بالأهلين والولد
...
أهل السوابق والعالون بالرتب
أسد غطارفة شوس عمالقة
...
يردوا الكماء غدا في الحرب بالقضب
الحرب عادتنا والضرب همتنا
...
وذو الكلاع دعا في الأهل والنسب
دمشق لي دوت كل الناس اجمعهم
...
وساكنيها سأهويهم إلى العطب
قال: فتبسم أبو بكر الصديق رضي الله عنه من قوله

2014/03/11

Abu Bakr Asshiddiq RA [2]



Kisah Bersambung

Dengan khidmat, Jamaah Masjid Nabawi menyimak khutbah Abu Bakr RA, “Namun tiba-tiba Allah mewafatkan Beliau SAW. Beliau telah bahagia dengan Fasilitas di sisi Allah. Sekarang, saya bertekat akan mengutus pahlawan-pahlawan Muslimiin, agar ke Syam. Agar serius dalam hal ini, mereka diperbolehkan membawa harta dan keluarga. Karena ini, telah direncanakan oleh Rasulullah SAW. Saya yang mendengar ketika Beliau bersabda, sebelum wafat. Bahkan Beliau bersabda, ‘dunia ini telah diperkecil untukku. Hingga saya bisa melihat Timur dan Baratnya. Kerajaan umatku akan meluas hingga kawasan yang dilipatkan untukku’. Sekarang saya bertanya ‘bagaimana menurut kalian? Tentang rencana ini?’.”
Mereka menjawab, “Ya Khalifah Rasulillah! Perintahlah kami untuk melaksanakan kehendak Baginda! Karena Allah perintah agar kami taat Baginda! Allah berfirman ‘hai kaum yang telah beriman! Taati Allah! Taati Rasul! Dan para pengendali perkara dari kalian! ({يَا أيها الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ منكم} [النساء: 59])’.”

Abu Bakr RA bahagia, karena jawaban mereka.
Setelah turun dari mimbar, Abu Bakr RA menulis surat. Ditujukan pada wakil-wakilnya di Yaman, dan penduduk Makkah.
Isi surat sama, yakni:
بسم الله الرحمن الرحيم سلام عليكم.
Amma bakdu, sungguh saya memuji Allah, Tuhan Esa yang harus disembah. Kepada NabiNya, Muhammad SAW, saya membacakan doa shalawat. Saya perintah kalian, agar pergi ke negeri-negri Syam! Dudukilah negeri-negeri itu, dan halau penduduknya yang Kuffar, dan kaum Durhaka! Barangsiapa di antara kalian bertekat berjihad, silahkan segera bergegas, untuk mentaati Maha Raja yang Maha Alim! Berangkatlah dengan ringan maupun berat! Dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian! Di Jalan Allah ({انْفِرُوا خِفَافاً وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأنفسكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ} [التوبة: 41])!’.”

Surat-surat dikirimkan pada tokoh-tokoh Muslimiin di beberapa kota. [1]



 فقبضه الله إليه واختار له ما لديه إلا وإني عازم أن اوجه ابطال المسلمين إلى الشام بأهليهم ومالهم فإن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنبأني بذلك قبل موته وقال: "زويت لي الأرض فرأيت مشارقها ومغاربها وسيبلغ ملك أمتي ما زوى لي منها" فما قولكم في ذلك فقالوا: يا خليفة رسول الله مرنا بأمرك ووجهنا حيث شئت فإن الله تعالى فرض علينا طاعتك فقال تعالى: {يَا أيها الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ منكم} [النساء: 59] ففرح أبو بكر رضي الله عليه ونزل عن المنبر وكتب الكتب إلى ملوك اليمن وأهل مكة وكانت الكتب فيها نسخة واحدة. وهي بسم الله الرحمن الرحيم سلام عليكم. أما بعد فاني أحمد الله الذي لا إله إلا هو وأصلي على نبيه محمد صلى الله عليه وسلم وقد عزمت أن أوجهكم إلى بلاد الشام لتأخذوها من أيدي الكفار والطغاة فمن عول منكم على الجهاد والصدام فليبادر إلى طاعة الملك العلام ثم كتب: {انْفِرُوا خِفَافاً وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأنفسكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ} [التوبة: 41] الآية ثم بعث الكتب إليهم

Kajian Al-Baqarah 196


Image result for kabah

{وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ } [البقرة: 196]


Sempurnakan haji dan Umrah! Untuk Allah! Jika kalian dihalang-halangi; maka (menyembelih) yang mudah berupa Hadyu. Jangan menggundul kepala-kepala kalian! Hingga Hadyu sampai ke tempat halalnya. Barangsiapa dari kalian, sakit, atau tertimpa oleh penyakit yang mengganggu, maka membayar tebusan berupa puasa; atau shadaqah; atau nusuk. Ketika kalian telah aman, barangsiapa bertamattuk dengan melakukan Umrah pada hajian, maka (agar menyembelih) yang mudah berupa Hadyu. Barangsiapa tidak menjumpai (Hadyu), maka berpuasa tiga hari, di waktu hajian, dan tujuh hari, ketika kalian telah pulang. Demikian itu sepuluh yang sempurna. Itu bagi orang yang ahlinya penduduk Masjidil-Haram. Dan takutlah pada Allah! Dan ketahuilah bahwa sungguh Allah Maha Berat SiksaNya!.

Sempurnakan haji dan Umrah! Untuk Allah (وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ)! Adalah dalil Haji Ifrad. Sedangkan setelah itu, adalah dalil Haji Qiran dan Tamattuk. Yakni cabang Ifrad.
Pada zaman Jahiliah, yang ada hanya Haji Ifrad. Bukhari meriwayatkan, dari Ibnu Abbas RA:
“Dulu mereka berpandangan ‘Umrah di bulan-bulan Haji, termasuk lebih durhakanya kedurhakaan di bumi’. Bahkan mereka menganggap bulan Safar ‘bulan Muharram’. Mereka berprinsip ‘apabila punggung unta telah sehat, bekas luka telah hilang, bulan Safar telah berakhir, maka umrah telah diperbolehkan bagi yang akan berumrah’.
Nabi SAW dan para sahabatnya datang (keMakkah) pada tanggal 4 Dzul-Hijjah. Mereka berihlal untuk haji. Namun nabi perintah agar mereka menjadikan ihlal untuk umrah. Maka mereka merasa berdosa besar tentang itu. Mereka bertanya ‘halal yang bagaimana?’.



1564 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانُوا يَرَوْنَ أَنَّ العُمْرَةَ فِي أَشْهُرِ الحَجِّ مِنْ أَفْجَرِ الفُجُورِ فِي الأَرْضِ، وَيَجْعَلُونَ المُحَرَّمَ صَفَرًا، وَيَقُولُونَ: إِذَا بَرَا الدَّبَرْ، وَعَفَا الأَثَرْ، وَانْسَلَخَ صَفَرْ، حَلَّتِ العُمْرَةُ لِمَنِ اعْتَمَرْ، قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ صَبِيحَةَ رَابِعَةٍ مُهِلِّينَ بِالحَجِّ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَجْعَلُوهَا عُمْرَةً، فَتَعَاظَمَ ذَلِكَ عِنْدَهُمْ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الحِلِّ؟ قَالَ: «حِلٌّ كُلُّهُ»
__________

[تعليق مصطفى البغا]
1489 (2/567) -[ش أخرجه مسلم في الحج باب جواز العمرة في أشهر الحج رقم 1240
(كانوا) أي أهل الجاهلية. (يرون) يعتقدون. (أفجر الفجور) أعظم الذنوب. (ويجعلون المحرم صفرا) يجعلون الشهر الحرام صفرا بدل المحرم. (برا الدبر) وفي نسخة (برأ) أي شفي ظهر الإبل من أثر إحتكاك الأحمال عليها بعد رجوعها من الحج. (عفا الأثر) ذهب أثر إصابتها. (انسلخ) انقضى. (صبيحة رابعة) صبيحة ليلة رابعة من ذي الحجة. (مهلين بالحج) ملبين به ومحرمين. (فتعاظم) استعظموا مخالفتهم عبادتهم المألوفة. (أي الحل) أي شيء يحل لنا. (حل كله) جميع ما يحرم على المحرم حتى الجماع]
[3620].