SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2013/02/27

Kajian Al-Baqarah 49 – 52


{وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [البقرة: 49 - 52].


Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kalian dari keluarga Firaun yang mencicipkan jeleknya-adzab pada kalian! Menyembelih anak-anak lelaki kalian, dan membiarkan hidup pada perempuan-perempuan kalian! Mengenai demikikian itu, Cobaan Sangat Besar dari Tuhan kalian. (49).

Dan (ingatlah) ketika Kami menjajikan selama empatpuluh malam pada Musa. Lalu kalian mengambil anak-sapi (sebagai Tuhan) mulai dari setelahnya. Sementara kalian aniaya. (51).

Lalu setelah itu Kami mengampuni untuk kalian, agar kalian bersukur. (52).

Tentang Keluarga Firaun Mencicipkan Jelekanya-Adzab, Ibnu Katsir menjelaskan: تفسير ابن كثير (1 / 258):
خَلَّصْتُكُمْ مِنْهُمْ وَأَنْقَذْتُكُمْ مِنْ أَيْدِيهِمْ صُحْبَةَ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَقَدْ كَانُوا يَسُومُونَكُمْ، أَيْ: يُورِدُونَكُمْ وَيُذِيقُونَكُمْ وَيُوَلُّونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ. وَذَلِكَ أَنَّ فِرْعَوْنَ -لَعَنَهُ اللَّهُ-كَانَ قَدْ رَأَى رُؤْيَا هَالَتْهُ، رَأَى نَارًا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَدَخَلَتْ دُورَ الْقِبْطِ بِبِلَادِ مِصْرَ، إِلَّا بُيُوتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ، مَضْمُونُهَا أَنَّ زَوَالَ مُلْكِهِ يَكُونُ عَلَى يَدَيْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، وَيُقَالُ: بَلْ تَحْدَّثَ سُمَّارُهُ عِنْدَهُ بِأَنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ يَتَوَقَّعُونَ خُرُوجَ رَجُلٍ مِنْهُمْ، يَكُونُ لَهُمْ بِهِ دَوْلَةٌ وَرِفْعَةٌ، وَهَكَذَا جَاءَ فِي حَدِيثِ الفُتُون، كَمَا سَيَأْتِي فِي مَوْضِعِهِ [فِي سُورَةِ طه] إِنْ شَاءَ اللَّهُ، فَعِنْدَ ذَلِكَ أَمْرَ فِرْعَوْنُ -لَعَنَهُ اللَّهُ-بِقَتْلِ كُلِّ [ذِي]ذَكر يُولَدُ بَعْدَ ذَلِكَ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، وَأَنْ تُتْرَكَ الْبَنَاتُ، وَأَمَرَ بِاسْتِعْمَالِ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي مَشَاقِّ الْأَعْمَالِ وَأَرَاذِلِهَا.

Artinya:
Aku (Allah) telah menyelamatkan kalian dari mereka. Dan telah menyelamatkan kalian dari tangan-tangan mereka, agar kalian menjadi sahabat perjalanan Musa AS. Sungguh sebelum itu kaum Firaunyasuumunakum (يَسُومُونَكُمْ)’, yakni mendatangkan, mencicipkan, dan memastikan kalian pada ‘jeleknya-adzab’. Itu terjadi karena Firaun yang dilaknat oleh Allah, pernah bermimpi mengerikan. Dalam mimpi itu dia melihat api muncul dari Baitul-Maqdis. Lalu memasuki wilayah Qibthi di negeri Mesir. Hanya pemukiman Bani Israil yang aman dari kobaran api tersebut. Itu berarti kerajan Firaun akan hilang direnggut oleh tangan lelaki dari Bani Israil.
Ada yang menjelaskan, “Yang benar; orang-orang dekat Firaun sama membicarakan ‘sungguh Bani Israil menunggu-nunggu datangaya lelaki dari bangsa mereka, yang akan berkuasa dan mengangkat derajat  mereka’. Dalam Hadits Futun dijelaskan demikian. Sebagaimana akan dijelaskan pada tempatnya (dalam Tafsir Surat Thaha) nanti, in syaa Allah.
Oleh karena itu Firaun yang dilaknat oleh Allah, perintah ‘semua bayi laki-laki dari Bani Israil, agar dibunuh’. Wanita-wanita mereka agar dibiarkan hidup. Dan mereka dipaksa agar bekerja-keras menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan hina.”  



2013/02/25

SJ 2: Sepotong Sejarah


(Kisah Bersambung)
Perang Hudaibiyah hingga Fatchu-Makkah




(Sapar, tahun tujuh Hijriyyah / Agustus 628 M), seusai ‘Perang Khaibar’ kaum Yahudi terperangah, menyaksikan nabi tidak wafat, meskipun telah menelan racun mereka. Mata mereka makin terbuka; menyaksikan ‘Muhammad Utusan Allah’ صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ.

Bukhari meriwayatkan:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ - قَالَ لَمَّا فُتِحَتْ خَيْبَرُ أُهْدِيَتْ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - شَاةٌ فِيهَا سُمٌّ فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « اجْمَعُوا إِلَىَّ مَنْ كَانَ هَا هُنَا مِنْ يَهُودَ » . فَجُمِعُوا لَهُ فَقَالَ « إِنِّى سَائِلُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْهُ » . فَقَالُوا نَعَمْ . قَالَ لَهُمُ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « مَنْ أَبُوكُمْ » . قَالُوا فُلاَنٌ . فَقَالَ « كَذَبْتُمْ ، بَلْ أَبُوكُمْ فُلاَنٌ » . قَالُوا صَدَقْتَ . قَالَ « فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْ شَىْءٍ إِنْ سَأَلْتُ عَنْهُ » فَقَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ ، وَإِنْ كَذَبْنَا عَرَفْتَ كَذِبَنَا كَمَا عَرَفْتَهُ فِى أَبِينَا . فَقَالَ لَهُمْ « مَنْ أَهْلُ النَّارِ » . قَالُوا نَكُونُ فِيهَا يَسِيرًا ثُمَّ تَخْلُفُونَا فِيهَا . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « اخْسَئُوا فِيهَا ، وَاللَّهِ لاَ نَخْلُفُكُمْ فِيهَا أَبَدًا - ثُمَّ قَالَ - هَلْ أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْ شَىْءٍ إِنْ سَأَلْتُكُمْ عَنْهُ » . فَقَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ . قَالَ « هَلْ جَعَلْتُمْ فِى هَذِهِ الشَّاةِ سُمًّا » .قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « مَا حَمَلَكُمْ عَلَى ذَلِكَ قَالُوا أَرَدْنَا إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا نَسْتَرِيحُ ، وَإِنْ كُنْتَ نَبِيًّا لَمْ يَضُرَّكَ  .

Artinya:
Dari Abi Hurairah رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ: Ketika Khaibar telah ditaklukkan, kambing (bakar) berracun, dihidangkan pada nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Nabi SAW bersabda ‘kumpulkan kaum Yahudi yang di sini!’.
Mereka dikumpulkan ke hadapan nabi SAW yang lalu bersabda ’sungguh saya akan bertanya kalian: bukankah kalian sanggup berkata jujur padaku?‘.
Mereka berkata ‘ya’.
Pada mereka, nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda ‘siapa ayah-ayah kalian?’. 
Mereka berkata ‘fulan’.
Nabi bersabda ‘kalian telah berbohong! Yang benar ayah kalian fulan’. (Nama ayah mereka disebut satu-persatu).
Mereka berkata ‘kau telah benar’.
Nabi bersabda ‘bukankah kalian sanggup berkata jujur padaku, mengenai sesuatu, jika saya menanyakan?’.
Mereka berkata ‘sanggup ya Ayah Qasim! Jika kami berbohong, kau mengetahui, sebagaimana kau telah mengetahui kebohongan kami, tentang ayah kami’.
Nabi bersabda pada mereka ‘sipakah ahli neraka?’.
Mereka menjawab ‘kami akan di dalam neraka sebentar, lalu kalian akan menggantikan kami di dalamnya’.
Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda ‘hinalah di dalamnya! Demi Allah, selamanya kami takkan menggantikan kalian di dalamnya!’ 
Lalu bersabda lagi ‘sanggupkah kalian berkata jujur padaku mengenai sesuatu, jika saya menanyakan pada kalian?’.
Mereka berkata ‘tentu ya Ayah Qasim’.
Beliau bersabda ‘bukankan kalian telah menaruh racun di dalam ini kambing (bakar)?’.
Mereka menjawab ‘betul’.
Beliau bertanya ‘apa yang mendorong kalian melakukan demikian?’.
Mereka menjawab ‘tujuan kami, jika kau bohong, agar kami istirahat darimu; jika kau benar-benar nabi, racun tersebut takkan membahayakan kau’." [1]


Budi-Pekerti Mulia
Diakui atau tidak, nabi adalah orang yang ‘akhlaqnya’ sangat indah. Karena akhlaqnya pula, maka musuh-musuh beliau berubah mencintai, bahkan membela mati-matian. [2] Termasuk di antara mereka; Khalid bin Al-Walid dan Ikrimah, putra dua tokoh besar Kafir Quraisy.

Tentang Khalid dan Ikrimah, Ibnul-Atsir menjelaskan di dalam A-Kamil, yang menarik untuk dikaji: [3]
Jurjah keluar menuju pertengahan dua himpunan laskar, mencari Khalid. Dengan waspada penuh, Khalid dan Jurjah berhadap-hadapan.
Jurjah berkata, “Hai Khalid! Jujurlah! Jangan berbohong kepadaku! Karena orang merdeka tidak pantas berbohong! Jangan menipu saya! Karena seorang kesatria tak pantas menipu orang baik-baik. Betulkah Allah menurunkan pedang dari langit pada nabi kalian? Selanjutnya diberikan padamu? Kaum yang kau hunuskan pedang untuk kau serang, pasti morat-marit?.” 
Khalid menjawab, “Itu berita yang belum lengkap.” 
Dia bertanya, “Kenapa kau bernama Pedang Allah?.” 
Khalid menjawab, “Kisah lengkapnya, sungguh Allah telah mengutus Nabi-Nya صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ di kalangan kami. Saya dulu termasuk orang yang mendustakan dan memerangi dia. Namun akhirnya Allah benar-benar telah memberi saya hidayah, hingga saya menjadi pengikutnya. Tak lama kemudian, beliau bersabda ‘kaulah Pedang Allah yang dihunuskan untuk kaum kafir’. Beliau juga mendoakan agar saya diberi pertolongan.” 
Jurjah berkata, “Katakan padaku! Aku akan kau ajak kemana?.”
Khalid menjawab, “Pada Islam! Atau menyerahkan pajak pada kami! Atau berperang melawan kami.” 
Dia bertanya, “Lalu seberapa kedudukan orang yang mengabulkan dakwah ini, dan memasuki agama kalian?.” 
Khalid menjawab, “Kedudukan kita ‘jadi sama’.” 
Dia bertanya, “Betulkan pahala dan tabungan dia, akan sama dengan kalian?.” 
Khalid berkata, “Betul! Bahkan lebih utama. Karena kami menjadi pengikut nabi, di saat beliau masih hidup. Beliau SAW menjelaskan pada kami, tentang barang-barang ghaib, dan memiliki banyak keajaiban, maupun mukjizat yang kami saksikan. Sudah semestinya orang yang melihat dan mendengar keajaiban seperti kami, masuk Islam. Sedangkan kalian mutlak takkan menyaksikan dan mendengar ‘Keajaiban Beliau’, seperti kami. Oleh karena itu barang siapa masuk Islam dengan tekat bulat dan niat yang benar, kedudukannya lebih utama dari pada kami.” 
Jurjah membalik perisainya dan mendekati Khalid, untuk menyatakan Islam.

Khalid mengajarkan agama Islam, pada Jurjah. 
Jurjah mandi dan shalat dua rakaat, lalu keluar dari tenda bersama Khalid, untuk memerangi kaum Romawi.

Bangsa Romawi melancarkan serangan bertubi-tubi untuk memukul mundur pasukan Muslimiin. Yang tetap melawan, mereka yang pemberani, di bawah pimpinan Ikrimah dan pamannya, bernama Charits bin Hisyam. 
Ikrimah berkata, “Saya dulu telah memerangi nabi صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ di segala tempat. Akankah saya lari hari ini?.” 
Dia berteriak, “Siapa yang mau berbai’at sanggup mati?.” 
Charits bin Hisyam dan Dhirar bin Al-Azwar bersama empatratus tokoh, dan sejumlah pasukan berkuda, menyambut ajakannya berbai’at. 
Mereka berperang dengan sengit, di depan tenda Khalid, yang diberi pagar keliling. Hingga dari mereka banyak yang luka berat. Dari mereka ada yang bisa disembuhkan; ada yang wafat.

Khalid dan Jurjah melancarkan serangan bertubi-tubi, atas kaum Romawi, akhirnya Jurjah gugur di sore hari. Di dalam mengamalkan shalat khauf dluhur dan asar, mereka hanya dengan isarah, karena peperangan terlalu membahayakan.
Pasukan Romawi semakin melemah; Khalid RA menggelembungkan dada, lalu bergerak untuk memasuki pertengahan pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki, dari Romawi.
Pasukan berkuda mereka bergerak-cepat; melarikan diri, menjauhi Khalid. Pasukan pejalan kaki mereka ditinggalkan.
Umat Islam sengaja memberi jalan pada pasukan berkuda Romawi, yang berlari kencang ke tanah lapang. Namun akhirnya kaum Romawi berpencar di atas kuda mereka. Sementara pasukan pejalan kaki Romawi, banyak yang tersungkur, oleh pedang Khalid yang ditebas-tebaskan cepat sekali. 
Pasukan berkuda Romawi turun memasuki jurang; disusul oleh Khalid yang mengejar. Banyak pasukan Romawi yang berlari cepat hingga terjebak jala-jebakan. Jumlah mereka yang gugur terkena jala-jebakan, mencapai delapanpuluh ribu; yang tewas di jala-jebakan lainnya, empat-puluh ribu orang. Itu belum terhitung mereka yang gugur karena peperangan. [4]


Ini baru kisah Khalid dan Charits bin Hisyam. Kisah selain mereka berdua ‘masih banyak’ sekali, yakni kaum yang tadinya memusuhi nabi, akhirnya menjadi pengikut dan sahabatnya yang membela mati-matian, karena cinta padanya yang berlebihan. Yang paling menyolok adalah saat Fatchu Makkah, yakni saat nabi menaklukkan penduduk Makkah. Banyak sekali musuh-musuh nabi SAW yang berbalik menjadi pecintanya hingga nabi bersabda, “Yang ini juga menyatakan demikan." [5]


[1] Yang meracuni nabi SAW adalah Zainab binti Al-Harits istri Sallam bin Musykam. Sahabat nabi yang wafat di dalam jamuan tersebut; Bisyr bin Al-Barra’. [Fatchul-Bari].
[2] Allah mengajarkan: ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ * وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ – Tolaklah dengan yang lebih baik; tahu-tahu orang yang di antara kau dan dia ada permusuhan, mirip sekali kekasih yang sangat kental. Namun takkan diberi anugrah itu kecuali orang-orang yang telah bersabar. Dan takkan diberi itu kecuali pemilik bagian yang sangat besar.
[3] Dalam kitab rujukan kisah ini dijelaskan: خرج جرجة إلى بين الصفين وطلب خالداً، فخرج إليه، فآمن كل واحد منهما صاحبه، فقال جرجة: يا خالد اصدقني ولا تكذبني، فإن الحر لا يكذب، ولا تخادعني، فإن الكريم لا يخادع المسترسل، هل أنزل الله نبيكم سيفاً من السماء فأعطاكه فلا تسله على قوم إلا هزمتهم؟ قال: لا. قال: ففيم سميت سيف الله؟ فقال له: إن الله بعث فينا نبيه، صلى الله عليه وسلم، فكنت فيمن كذبه وقاتله، ثم إن الله هداني فتابعته، فقال: (أنت سيف الله سله على المشركين)! ودعا لي بالنصر. قال: فأخبرني إلى ما تدعوني. قال خالد: إلى الإسلام أو الجزية أو الحرب. قال: فما منزلة من الذي يجيبكم ويدخل فيكم؟ قال: منزلتنا واحدة. قال: فهل له مثلكم من الأجر والذخر؟ قال: نعم وأفضل لأننا اتبعنا نبينا وهو حي يخبرنا بالغيب ونرى منه العجائب والآيات، وحق لمن رأى ما رأينا وسمع ما سمعنا أن يسلم، وأنتم لم تروا مثلنا ولم تسمعوا مثلنا، فمن دخل بنية وصدقٍ كان أفضل منا. فقلب جرجة ترسه ومال مع خالد وأسلم وعلمه الإسلام واغتسل وصلى ركعتين ثم خرج مع خالد فقاتل الروم. وحملت الروم حملة أزالوا المسلمين عن مواقفهم إلا المحامية، عليهم عكرمة وعمه الحارث بن هشام، فقال عكرمة: قاتلت النبي، صلى الله عليه وسلم، في كل موطن ثم أفر اليوم! ثم نادى: من يبايع على الموت؟ فبايعه الحارث بن هشام وضرار بن الأزور في أربعمائة من وجوه المسلمين وفرسانهم، فقاتلوا قدام فسطاط خالد حتى أثبتوا جميعاً جراحاً، فمنهم من برأ ومنهم من قتل. وقاتل خالد وجرجة قتالاً شديداً، فقتل جرجة عند آخر النهار وصلى الناس الأولى والعصر إيماء وتضعضع الروم ونهد خالد بالقلب حتى كان بين خيلهم ورجلهم، فانهزم الفرسان وتركوا الرجالة. ولما رأى المسلمون خيل الروم قد توجهت للمهرب أفرجوا لها، فتفرقت وقتل الرجالة واقتحموا في خندقهم، فاقتحمه عليهم، فعمدوا إلى الواقوصة حتى هوى فيها المقترنون وغيرهم، ثمانون ألفاً من المقترنين وأربعون ألف مطلق سوى من قتل في المعركة،.
[4] Futuchus-Syam menjelaskan, “Dia pandai berbahasa Arab.”
[5] Rujukan dari tulisan ini:
عَنِ الزُّهْرِيِّ، حَدَّثَنِي عُرْوَةُ، أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: " جَاءَتْ هِنْدٌ بِنْتُ عُتْبَةَ، قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كَانَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ مِنْ أَهْلِ خِبَاءٍ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ يَذِلُّوا مِنْ أَهْلِ خِبَائِكَ، ثُمَّ مَا أَصْبَحَ اليَوْمَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَهْلُ خِبَاءٍ، أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ يَعِزُّوا مِنْ أَهْلِ خِبَائِكَ، قَالَ: «وَأَيْضًا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ» قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ مِسِّيكٌ، فَهَلْ عَلَيَّ حَرَجٌ أَنْ أُطْعِمَ مِنَ الَّذِي لَهُ عِيَالَنَا؟ قَالَ: «لاَ أُرَاهُ إِلَّا بِالْمَعْرُوفِ»

Artinya:
Dari Az-Zuhri murid ‘Urwah: 
Sesungguhnya ’A’isyah RA berkata, “Hindun binti ‘Utbah datang untuk berkata ‘ya Rasulallah, dulu di bumi tak ada keluarga yang lebih menyenangkan saya; jika mereka hina, daripada keluarga kau. Namun di pagi ini tak ada keluarga yang lebih menyenangkan saya, jika berjaya, daripada keluarga kau’. 
Nabi bersabda ’ini juga begitu lagi’.
Hindun berkata ‘sesungguhnya Abu Sufyan lelaki yang pelit sekali. Apa saya berdosa jika mengambil miliknya untuk memberi makan orang yang menjadi tanggungannya?’. 
Nabi bersabda ‘saya tidak setuju, kecuali jika bil-ma’ruf (sekedar)’.”

Anak para musuh nabi yang masuk Islam, juga sangat banyak sekali, termasuk di antara mereka adalah putra ‘Uqbah bin Abi Mu’aith yang bernama Ummu Kultsum. Dialah wanita yang setelah perjanjian Hudaibiyyah ‘hijrah ke Madinah’. Dua saudaranya bernama Umarah dan Al-Walid, datang ke Madinah menghadap Rasulillah, untuk menarik dia lagi; merujuk butir Perjanjian Hudaibiyyah yang ada, yang telah disepakati oleh kaum Muslimiin dan kaum Kafir. Namun nabi tidak mengabulkan karena Allah melarang dia SAW.