SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2016/05/30

Hikmah Nikahi Juwairiyah RA






Mr Budi dan Daon Arafat Nachdi Barazam menulis, “Amsol pak, jelaskan sebab Rasulillah SAW menikahi istri-istrinya RA. Jazakalloohu khoiro.”
Jawabannya, “Aamiiiin. Beliau orang yang sangat alim. Semua yang dilakukan berdasarkan ilmu dan Wahyu. Ada di antara mereka yang dinikah, untuk menyatukan dan mengupayakan barokah umat, contohnya Juwairiyah bintul Harits, yang diriwayatkan oleh Abu Dawud :
Aisyah RA berkata ‘Juwairiyah bintul Harits (tawanan atau budak) diberikan pada Tsabit bin Qais bin Syamas (atau pamannya). Maka Juwairiyah memerdekakan diri (mukatab). Dia sangat cantik, membuat mata terbelalak. Untuk mengurus kemerdekaan (mukatab)nya, dia minta bantuan pada Rasulallah SAW.
Ketika melihat dia berdiri di depan pintu, saya benci pada keberadaannya. Saya tahu bahwa Rasulallah akan melihat dia, seperti saya’.
Ternyata dia berkata ‘ya Rasulallah SAW, saya Juwairiyah bintul Harits. Saya mendapatkan beban yang telah Baginda ketahui. Saya (budak) milik Tsabit bin Qais bin Syamas. Sunguh saya telah memerdekakan (mukatab) diri. Untuk itu, saya minta (tolong) Baginda.
Nabi SAW bersabda ‘bukankah kau mau diberi yang lebih baik daripada itu ?’.
Dia bertanya ‘apa itu, ya Rasulallah?’.
Nabi SAW bersabda ‘kemerdekaanmu saya bereskan, dan kau saya nikah ?’.
Dia menjawab ‘saya telah setuju’.
Orang-orang mendengar berita ‘Nabi menikahi Juwairiyah RA’. Sehingga para tawanan yang mereka kuasai, dilepaskan. Mereka memerdekakan budak-budak mereka.
Mereka berkata ‘yang kita tawan adalah ipar-ipar Rasulillah SAW’.
Kami belum pernah menyaksikan barakah wanita untuk kaumnya yang lebih besar, daripada dia. Karena Juwairiyah diperistri oleh Rasulillah SAW, maka 100 keluarga (budak) Banil Mustholiq dimerdekakan.
Abu Dawud penulis Hadits ini berkata ‘Hadits ini merupakan hujah (dalil) bahwa wali boleh menikahkan dirinya (dengan seorang)’.” [1]





3931 - حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ يَحْيَى أَبُو الْأَصْبَغِ الْحَرَّانِيُّ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ سَلَمَةَ، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: وَقَعَتْ جُوَيْرِيَةُ بِنْتُ الْحَارِثِ بْنِ الْمُصْطَلِقِ فِي سَهْمِ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ، أَوِ ابْنِ عَمٍّ لَهُ فَكَاتَبَتْ عَلَى نَفْسِهَا، وَكَانَتِ امْرَأَةً مَلَّاحَةً تَأْخُذُهَا الْعَيْنُ، قَالَتْ: عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَجَاءَتْ تَسْأَلُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي كِتَابَتِهَا فَلَمَّا قَامَتْ عَلَى الْبَابِ فَرَأَيْتُهَا كَرِهْتُ مَكَانَهَا وَعَرَفْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَرَى مِنْهَا مِثْلَ الَّذِي رَأَيْتُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَنَا جُوَيْرِيَةُ بِنْتُ الْحَارِثِ وَإِنَّمَا كَانَ مِنْ أَمْرِي مَا لَا يَخْفَى عَلَيْكَ وَإِنِّي وَقَعْتُ فِي سَهْمِ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ وَإِنِّي كَاتَبْتُ عَلَى نَفْسِي فَجِئْتُكَ أَسْأَلُكَ فِي كِتَابَتِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَهَلْ لَكِ إِلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ؟» قَالَتْ: وَمَا هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أُؤَدِّي عَنْكِ كِتَابَتَكِ وَأَتَزَوَّجُكِ» قَالَتْ: قَدْ فَعَلْتُ، قَالَتْ: فَتَسَامَعَ - تَعْنِي النَّاسَ - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ تَزَوَّجَ جُوَيْرِيَةَ، فَأَرْسَلُوا مَا فِي أَيْدِيهِمْ مِنَ السَّبْيِ، فَأَعْتَقُوهُمْ، وَقَالُوا: أَصْهَارُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَا رَأَيْنَا امْرَأَةً كَانَتْ أَعْظَمَ بَرَكَةً عَلَى قَوْمِهَا مِنْهَا، أُعْتِقَ فِي سَبَبِهَا مِائَةُ أَهْلِ بَيْتٍ مِنْ بَنِي الْمُصْطَلِقِ قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «هَذَا حُجَّةٌ فِي أَنَّ الْوَلِيَّ هُوَ يُزَوِّجُ نَفْسَهُ»
__________

[حكم الألباني] : حسن.

2016/05/29

Istri-Istri Rasulullah SAW




Image result for ‫ازواج النبي محمد‬‎



Di bawah ini saya terjemahkan mengenai, “Istri-Istri Rasulillah SAW.” Karena ada teman kita yang membaca tulisan yang banyak salah. Tapi mungkin niatnya benar dan baik, agar kaum Lelaki tidak salah pandang, mengenai Poligami. Nabi SAW berpoligami bukan semata-mata untuk mengumbar nafsu birahi, tetapi berniat suci, karena Beliau orang suci.

Sungguh jarang, orang menerangkan, “Umur Ibu Kaum Iman (Ummul-Mukminiin / istri-istri Rasulillah SAW) ketika dinikah (oleh Rasulillah SAW).” Dengan membaca beberapa kitab Tarikh, maka kita tahu umur ketika mereka dinikah. Namun perselisihan mengenai itu, tak mungkin dihindari.
Sungguh Khadijah binti Khuwailid dinikah oleh Nabi SAW, dalam umur 40 tahun, sebagaimana penjelasan kebanyakan ahli sejarah. Hanya, Baihaqi dan Al-Hakim menjelaskan, “Khadijah berumur 35 tahun.”
Di dalam kitab Assiyarah, Ibnu Katsir menjelaskan:
“Azzuhri berkata ‘ketika menikahi Khadijah, umur Rasulillah SAW 21 tahun’.
Ada yang berkata ’25 tahun’.
Ada yang berkata ‘(pernikahan dilakukan) pada zaman Kabah dibangun ulang’.”
Al-Waqidi (ahli Hadits dan ahli sejarah Islam) berkata, “Saat itu, Khadijah berumur 45 tahun.”
Ahli sejarah lainnya berkata, “Saat itu umur Nabi SAW 35 tahun.” Hakim bin Hizam (sahabat Nabi) berkata, “Ketika menikahi Khadijah, umur Rasulillah SAW 25 tahun. Umur Khadijah 40 tahun.” Dari Ibnu Abbas, “Umur Khadijah 28 tahun.”

Lalu Nabi SAW menikahi Saudah binti Zamah yang berumur 66 tahun, sebagaiaman penjelasan Abu Zahroh di dalam kitabnya, Khaatimu Annabiyyiin :
Setelah itu sebelum hijrah, Nabi SAW menikahi Saudah binti Zamah yang berumur sepadan Khadijah RA, yakni 66 tahun.

Lalu Nabi SAW menikahi Aisyah bintu Abi Bakr RA yang berumur 6 tahun. Beliau berkumpul serumah setelah Aisyah berumur 9 tahun,  bulan Syawal, awal Nabi hijrah di Madinah.

Lalu Nabi SAW menikahi Hafshah bintu Umar RA yang berumur 21 tahun, pada tahun 2 Hijriah. Sejumlah ahli sejarah menjelaskan, “Hafshah wafat pada tahun 45 Hijriah, dalam umur 63 tahun.”
Di dalam kitabnya, Assiiratu Annabawiyyah waddawatu fil ahdi al-madani (السيرة النبوية والدعوة في العهد المدني), Ahmad Ghalus berkata :
“Beliau menikahi Hafshah RA, tahun 3 Hijriah. Hafshah wafat tahun 45 Hijriah, dalam umur 63 tahun, di zaman kekhalifahan Muawiyah. Jenazah disolati oleh Marwan bin Al-Hakam, dimakamkan di Baqi.”

Lalu Nabi SAW menikahi Zainab bintu Khuzaimah yang berumur 30 tahun, sebagaimana penjelasan Ghalus, di dalam kitabnya, Assiiratu Annabawiyyah waddawatu fil ahdi al-madani :
“Nabi SAW serumah dengan dengan beliu di bulan Ramadhan tahun 4 Hijriah. Beliau wafat 8 bulan setelah dinikah oleh Rasulillah SAW, dalam umur 30 tahun, dan dikubur di Baqi. Istri Rasulillah yang wafat di masa hayatnya SAW, Zainab bintu Khuzaimah dan Khadijah RA.”

Lalu Nabi SAW menikahi Ummu Salamah (Hindun bintu Abi Umayah bin Al-Mughirah), yang dinikah pada bulan Syawal tahun 4 Hijriah, dalam umur 27 tahun.
Ummu Salamah wafat pada zaman kekhalifahan Yazid bin Muawiyah, tahun 61 Hijriah. Berita ini shohih. Yazid menjadi Khalifah tahun 60 Hijriah, setelah Ummu Salamah mendengar berita, “Husain Bin Ali RA Dibunuh.” Berita yang benar, “Umur Ummu Salamah 84 tahun.”

Lalu Nabi SAW menikahi Zainab bintu Jahsy yang berumur 38 tahun, sebagaimana penjelasan dalam Tarikh Atthobari :
Rasulullah SAW menikahi Zainab bintu Jahsy, tanggal 1 Dzul-Qadah tahun 5 Hijriah. Guru kami Umar bin Utsman Al-Jahsyi murid Ibrahim bin Abdullah bin Muhammad murid ayahnya yang pernah bertanya, “Ketika Zainab ibnatu Jahsy wafat dalam umur berapa ?" pada Ummu Ukasyah bin Mihshan yang menjawab ‘kami datang ke Madinah untuk hijrah, saat itu Zainab berumur sekitar 33 hingga 39 tahun. Dan wafat pada tahun 20 Hijriah’.
Umar bin Utsman berkata, “Ayah saya berkata ‘Zainab bintu Jahsy wafat berumur 53 tahun.”
Di dalam kitabnya, Assiratu Annabawiyyah Ardha Waqaai’i watahliila Ahdaats (السيرة النبوية عرض وقائع وتحليل أحداث), Asshalabi berkata, “Yang mashur, Nabi SAW menikahi Zainab, tahun 5 Hijriah. Dan wafat pada tahun 20 Hijriah, dalam umur 53 tahun.”

Lalu Nabi SAW menikahi Juwairiah bintu Al-Harits yang berumur 15 tahun, tahun 6 Hijriah. Juwairiah wafat pada tahun 56 Hijriah, dalam umur mendekati 65 tahun, sebagaiman penjelasan Ibnu Hibban, “Juwairiyah wafat di Madinah tahun 56 Hijriah. Dishalatkan oleh Wali (Penguasa) Madinah bernama Marwan bin Hakam. Dimakamkan di Baqi, berumur 65 tahun” di dalam Assiiratu Annabawiyah wa Akhbaarul-Khulafaa ( السيرة النبوية وأخبار الخلفاء).

Lalu Nabi SAW menikahi Ummu Habibah (Ramlah bintu Abi Sufyan bin Shakhr) yang berumur 42 tahun. Namun ada yang menjelaskan, “Dia dilahirkan 35 tahun sebelum Hijriah.” 

Lalu Nabi SAW menikahi Shafiyyah bintu Huyay bin Akhthab (putri) raja Bani Nadhir, yang umurnya belum mencapai 17 tahun, sebagaimana penjelasan Ibnu Sayyidi Annaas, di dalam Uyunul-Akhbar.

Lalu Nabi SAW menikahi Maimunah bintul Harits, di bulan Syawal, tahun 7 Hijriah, ketika Umrah Qadha telah selesai. Di daerah Sarif, Nabi setenda dengan beliau RA (menikahnya juga( di situ. Ketika itu umur beliau RA 26 atau 27 tahun. Dan meninggal pada tahun 61 Hijriah, di masa kekhalifahan Yazid bin Muawiyah, dalam umur 80 tahun. Beliau wanita terakhir yang dinikah oleh Rasulillah SAW.
Ibnu Umar berkata :
Maimunah RA wafat pada tahun 61 Hijriah. Beliau istri Nabi SAW yang meninggal terakhir, yakni dalam umur 80 atau 81 tahun. Di umur lanjutnya, kesehatan beliau sempurna.”
Al-Hakim meriwayatkan dan menilai shohih riwayat ini. Dan Adzzahabi (ahli Hadits dan ahli sejarah Islam) setuju.


2016/05/22

Sabda Yaqub untuk Yusuf AS







Kepada Yusuf, Yaqub bersabda, “Yaa bunayya” yang artinya ‘hai anakku sayang’, agar Yusuf tahu bahwa Yaqub sayang padanya AS. Yang digunakan menyatakan, “Sayang” lafal tashghir (bunayya) tersebut.
Kepada Yusuf, Yaqub AS melarang, “Laataqshush ruyaaka ‘alaa ikhwatika” yang artinya ‘jangan kau ceritakan mimpimu atas saudara-saudaramu !’, agar sejak kecil Yusuf bisa mengendalikan lisan. Karena kalau semua yang menyenangkan diceritakan, berbahaya, bisa membuat pendengar, benci atau dengki. Berdasarkan kalimat Ayat setelahnya, “Fayakiidu laka kaidan” yang juga merupakan Sabda Yaqub AS, yang artinya ‘maka mereka akan bermakar padamu dengan benar-benar bermakar.  
Kepada Yusuf, Yaqub AS bersabda, “Innassyaithoona lil insani ‘aduwwun mubiiin” yang artinya ‘sungguh Syaitan musuh nyata bagi manusia. Agar Yusuf AS tahu bahwa di balik kenyataan yang ada ini ada Syaitan yang selalu mempengaruhi agar manusia yang dimusuhi terjerumus dan tersesat.


2016/05/21

Surat Syarikat Mufawadhah






Di dalam Haditsnya, Nasai membuatkan contoh, “Surat Perjanjian Syarikat Mufawadhahuntuk empat orang. Berikut saya terjemahkan, dan Hadits aslinya bisa dibaca di bawah :

Syarikat Mufawadhah Empat Orang, berdasar Madzhab orang yang menganggap (syarikat ini) boleh (halal). Allah Tabarka wa Taala berfirman, “Hai orang-orang iman khusus, tetapilah janji !.” [Qs Al-Maidah 1].
Ini Persyarikatan Mufawadhah (Penumpahan modal yang tidak sama dengan temannya), yakni ......, ......, ..... , dan ......
Mereka berempat mengumpulkan modal jenis sama secara kontan, lalu dibagi empat untuk dikelola. Ada modal yang tidak diketahui karena jumlah yang diserahkan dari mereka tidak sama. Namun hak mereka dianggap sama, didalam modal dan hasil.
Mereka berkewajiban mengelola modal kecil, dan besar. Perdagangan ditangani secara kontan atau kridit.
Syarikat menangani semua urusan (yang bisa ditangani dan halal), sesuai yang disetujui.
Kaum yang bersyarikat ini, berhak menangani yang perlu ditangani, sendirian, tanpa persetujuan kawan syarikat.
Semua orang yang berada di dalam Syarikat ini memiliki hak (hasil) dan kewajiban (melunasi hutang) yang sama. Keuntungan yang Allah berikan di dalam Syarikat ini, atau pada seorang yang namanya disebutkan di dalam Syarikat ini, maka akan dibagi dan ditanggung bersama.
Semua orang yang namanya ditulis di dalam surat ini, ....., ....., ....., dan ......, memperbolehkan semua teman syarikat, mengangkat wakil yang berhak menuntut, komplain, dan mengambil hak.
Wakil berhak menjelaskan pada penghalang kelancaran Syarikat, meskipun yang diwakili telah wafat.
Semua yang bersangkutan telah menyetujui persyaratan di atas.




Menyetujui           Menyetujui  Menyetujui               Menyetujui


(                  )         (                 ) (                  ) (                          ) [1]


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan  Sleman Jogjakarta Indonesia



شَرِكَةُ مُفَاوَضَةٍ بَيْنَ أَرْبَعَةٍ عَلَى مَذْهَبِ مَنْ يُجِيزُهَا " قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ} [المائدة: 1] هَذَا مَا اشْتَرَكَ عَلَيْهِ فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَفُلَانٌ وَفُلَانٌ بَيْنَهُمْ شَرِكَةَ مُفَاوَضَةٍ فِي رَأْسِ مَالٍ جَمَعُوهُ بَيْنَهُمْ مِنْ صِنْفٍ وَاحِدٍ وَنَقْدٍ وَاحِدٍ، وَخَلَطُوهُ وَصَارَ فِي أَيْدِيهِمْ مُمْتَزِجًا لَا يُعْرَفُ بَعْضُهُ مِنْ بَعْضٍ، وَمَالُ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فِي ذَلِكَ وَحَقُّهُ سَوَاءٌ، عَلَى أَنْ يَعْمَلُوا فِي ذَلِكَ كُلِّهِ وَفِي كُلِّ قَلِيلٍ وَكَثِيرٍ، سَوَاءً مِنَ الْمُبَايَعَاتِ وَالْمُتَاجَرَاتِ نَقْدًا وَنَسِيئَةً بَيْعًا وَشِرَاءً فِي جَمِيعِ الْمُعَامَلَاتِ وَفِي كُلِّ مَا يَتَعَاطَاهُ النَّاسُ بَيْنَهُمْ مُجْتَمِعِينَ بِمَا رَأَوْا، وَيَعْمَلَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ عَلَى انْفِرَادِهِ بِكُلِّ مَا رَأَى وَكُلِّ مَا بَدَا لَهُ جَائِزٌ أَمْرُهُ فِي ذَلِكَ عَلَى كُلِّ وَاحِدٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَعَلَى أَنَّهُ كُلُّ مَا لَزِمَ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ عَلَى هَذِهِ الشَّرِكَةِ الْمَوْصُوفَةِ فِي هَذَا الْكِتَابِ مِنْ حَقٍّ وَمِنْ دَيْنٍ، فَهُوَ لَازِمٌ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ مِنْ أَصْحَابِهِ الْمُسَمَّيْنَ مَعَهُ فِي هَذَا الْكِتَابِ، وَعَلَى أَنَّ جَمِيعَ مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ فِي هَذِهِ الشَّرِكَةِ الْمُسَمَّاةِ فِيهِ، وَمَا رَزَقَ اللَّهُ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فِيهَا عَلَى حِدَتِهِ مِنْ فَضْلٍ وَرِبْحٍ، فَهُوَ بَيْنَهُمْ جَمِيعًا بِالسَّوِيَّةِ، وَمَا كَانَ فِيهَا مِنْ نَقِيصَةٍ فَهُوَ عَلَيْهِمْ جَمِيعًا بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمْ، وَقَدْ جَعَلَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْ فُلَانٍ وَفُلَانٍ وَفُلَانٍ وَفُلَانٍ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْ أَصْحَابِهِ الْمُسَمَّيْنَ فِي هَذَا الْكِتَابِ مَعَهُ وَكِيلَهُ فِي الْمُطَالَبَةِ بِكُلِّ حَقٍّ هُوَ لَهُ وَالْمُخَاصَمَةِ فِيهِ وَقَبْضِهِ، وَفِي خُصُومَةِ كُلِّ مَنِ اعْتَرَضَهُ بِخُصُومَةٍ وَكُلِّ مَنْ يُطَالِبُهُ بِحَقٍّ وَجَعَلَهُ وَصِيَّهُ فِي شَرِكَتِهِ مِنْ بَعْدِ وَفَاتِهِ وَفِي قَضَاءِ دُيُونِهِ وَإِنْفَاذِ وَصَايَاهُ، وَقَبِلَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ مِنْ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْ أَصْحَابِهِ مَا جَعَلَ إِلَيْهِ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ، أَقَرَّ فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَفُلَانٌ وَفُلَانٌ "

2016/05/18

Contoh Surat Perjanjian Syarikat Annan







Di dalam Haditsnya, Nasai membuatkan contoh Surat Perjanjian Annan (Menahan modal agar diputar). Berikut saya terjemahkan, agar teman-teman sadar bahwa ‘perjanjian’ sangat penting di dalam usaha bersama :

Syarikat Annan Tiga Orang

Ini persyarikatan 1...., 2...., dan 3..... yang dilakukan dengan akal sehat. Syarikat Annan ini, (bukan Mufawadhah). Modal 30.000 dirham, jelas, baik, tujuh timbangan.
Modal 30.000 dirham ini, milik mereka bertiga yang masing-masing membawa sepertiganya.
1.     Mereka berkewajiban mengembangkan modal dengan bertaqwa pada Allah, dan melaksanakan amanat.
2.     Persyarikatan ini dibatasi, dari dan untuk mereka.
3.     Mereka berhak kulak bermacam-macam dagangan, dengan kontan atau kridit, sekiranya perlu.
4.     Mereka berhak kulakan sendiri, tanpa musyawarah dengan dua temannya. Dengan kontan maupun kridit.
6.     Pekerjaan boleh dikerjakan oleh seorang, tanpa bantuan dua temannya.
7.     Pekerjaan untuk kepentingan mereka bertiga, sesuai kesepakatan.
8.     Risiko ditanggung bersama, sesuai kesepakatan.
9.     Kelebihan atau laba di atas modal yang disebutkan di dalam Surat ini, dibagi tiga.
10. Risiko atau kerugian ditanggung oleh mereka bertiga, sesuai modal.

(Naskah surat ini dijadikan tiga, dengan lafal yang sama. Tiap seorang membawa satu surat, sebagai pengikat).



Menyetujui           Menyetujui                     Menyetujui



(                  )         (                  )                  (                  ) [1]





شَرِكَةُ عَنَانٍ بَيْنَ ثَلَاثَةٍ " هَذَا مَا اشْتَرَكَ عَلَيْهِ فُلَانٌ وَفُلَانٌ، وَفُلَانٌ فِي صِحَّةِ عُقُولِهِمْ، وَجَوَازِ أَمْرِهِمْ، اشْتَرَكُوا شَرِكَةَ عَنَانٍ لَا شَرِكَةَ مُفَاوَضَةٍ بَيْنَهُمْ فِي ثَلَاثِينَ أَلْفَ دِرْهَمٍ وُضْحًا جِيَادًا، وَزْنَ سَبْعَةٍ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ عَشَرَةَ آلَافِ دِرْهَمٍ خَلَطُوهَا جَمِيعًا، فَصَارَتْ هَذِهِ الثَّلَاثِينَ أَلْفَ دِرْهَمٍ فِي أَيْدِيهِمْ مَخْلُوطَةً بِشَرِكَةٍ بَيْنَهُمْ أَثْلَاثًا عَلَى أَنْ يَعْمَلُوا فِيهِ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَأَدَاءِ الْأَمَانَةِ، مِنْ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ إِلَى كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ، وَيَشْتَرُونَ جَمِيعًا بِذَلِكَ، وَبِمَا رَأَوْا مِنْهُ اشْتِرَاءَهُ بِالنَّقْدِ، وَيَشْتَرُونَ بِالنَّسِيئَةِ عَلَيْهِ مَا رَأَوْا أَنْ يَشْتَرُوا مِنْ أَنْوَاعِ التِّجَارَاتِ، وَأَنْ يَشْتَرِيَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ عَلَى حِدَتِهِ دُونَ صَاحِبِهِ بِذَلِكَ، وَبِمَا رَأَى مِنْهُ مَا رَأَى اشْتِرَاءَهُ مِنْهُ بِالنَّقْدِ، وَبِمَا رَأَى اشْتِرَاءَهُ عَلَيْهِ بِالنَّسِيئَةِ يَعْمَلُونَ فِي ذَلِكَ كُلِّهِ مُجْتَمِعِينَ بِمَا رَأَوْا، وَيَعْمَلُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ مُنْفَرِدًا بِهِ دُونَ صَاحِبِهِ بِمَا رَأَى جَائِزًا لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فِي ذَلِكَ كُلِّهِ عَلَى نَفْسِهِ، وَعَلَى كُلِّ وَاحِدٍ مِنْ صَاحِبَيْهِ فِيمَا اجْتَمَعُوا عَلَيْهِ، وَفِيمَا انْفَرَدُوا بِهِ مِنْ ذَلِكَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ دُونَ الْآخَرَيْنِ فَمَا لَزِمَ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فِي ذَلِكَ مِنْ قَلِيلٍ، وَمِنْ كَثِيرٍ فَهُوَ لَازِمٌ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْ صَاحِبَيْهِ وَهُوَ وَاجِبٌ عَلَيْهِمْ جَمِيعًا وَمَا رَزَقَ اللَّهُ فِي ذَلِكَ مِنْ فَضْلٍ وَرِبْحٍ عَلَى رَأْسِ مَالِهِمُ الْمُسَمَّى مَبْلَغُهُ فِي هَذَا الْكِتَابِ، فَهُوَ بَيْنَهُمْ أَثْلَاثًا، وَمَا كَانَ فِي ذَلِكَ مِنْ وَضِيعَةٍ وَتَبِعَةٍ فَهُوَ عَلَيْهِمْ أَثْلَاثًا عَلَى قَدْرِ رَأْسِ مَالِهِمْ، وَقَدْ كُتِبَ هَذَا الْكِتَابُ ثَلَاثَ نُسَخٍ مُتَسَاوِيَاتٍ بِأَلْفَاظٍ: وَاحِدَةٍ فِي يَدِ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْ فُلَانٍ وَفُلَانٍ وَفُلَانٍ، وَاحِدَةٌ وَثِيقَةً لَهُ أَقَرَّ فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَفُلَانٌ ".

2016/05/16

Sewakan Tanah Kosong tidak Dosa





Surat Perjanjian Muqaradhah



Nasai meriwayatkan dari seorang tabi’ sohor bernama Said bin Musayab, yang dinilai dhoif dan maqthu’, oleh Al-Bani. Sepertinya Al-Bani menilai ‘Maqthu’ karena menganggap Thoriq tidak bertemu Said bin Musayab. Dan walau dianggap dhoif, boleh diamalkan karena ada Mishdaq (Pengukur Kebenaran), yakni Ayat Dain dalam Al-Baqarah 282 - 283.
Nasai membuat judul di atas, karena banyak Ulama menganggap, “Menyewakan tanah hukumnya haram” karena Wirai dalam menyimpulkan Hadits yang dipelajari.

(Penulis hanya menerjemahkan Hadits di bawah). Said menjelaskan, “Menyewakan tanah kosong dengan emas atau perak, tidak berdosa. Bila dipinjami modal, lalu ingin menulis surat Perjanjian atas pemodal, agar dia menulis :

Surat ini ditulis oleh ... bin ... bukan karena dipaksa. Dalam keadaan sehat (jasmani dan rohani). Ditujukan pada ... bin ....
Sungguh :
1.     Pada tanggal .... bulan .... tahun .... kau menyerahkan uang 10.000 dirham, pada saya, dengan jelas dan baik, jumlah timbangan 7 qiroth. Agar dijalankan dengan taqwa Allah, di waktu rahasia maupun terang. Dan agar menjalankan amanat.
2.     Saya akan kulak yang saya pandang perlu, dan akan mengembangkan modal ini.
3.     Saya berhak mempergunakan modal ini untuk berdagang beberapa dagangan, yang saya kehendaki.
4.     Saya berhak keluar membawa dagangan yang saya kehendaki.
5.     Saya berhak menjual yang saya kulak, dengan kontan, atau dengan hutang.
6.     Saya berhak menukarkan barang dengan barang.
7.     Semua pekerjaan di atas, saya lakukan berdasarkan pengetahuan saya.
8.     Saya berhak mengangkat wakil orang yang saya perlukan.
9.     Semua Rizqi atau Laba yang Allah berikan setelah (10.000 dirham) modal tersebut di atas, yang di dalam batasan tempo perjanjian yang ditentukan di atas, maka dibagi menjadi dua bagian, untuk saya dan kau. Kau mendapatkan setengah karena memberi modal dengan hartamu. Saya mendapatkan setengah karena melakukan pekerjaan.
10. Cacat atau kerugian ditangung oleh pemodal.
11. Uang modal (10.000 dirham) dari kau, telah saya terima, dengan jelas dan baik. Tanggal... bulan.... tahun....
12. Uang modal ini milikmu yang saya pinjam, dengan persyaratan tersebut di atas.


Menyetujui                           Menyetujui


(                              )         (                                     )




Penjelasan:
Bila pemodal ingin membatasi pengelola kulak dan menjual, maka agar ditulis di dalam pasal di atas, kurang lebih, ‘sungguh kau (pemodal) telah melarang saya, kulak dan menjual dengan tempo’ (atau sesuai yang dimaksud).” [1]






3936 - أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ طَارِقٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ قَالَ: " لَا بَأْسَ بِإِجَارَةِ الْأَرْضِ الْبَيْضَاءِ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَقَالَ: «إِذَا دَفَعَ رَجُلٌ إِلَى رَجُلٍ مَالًا قِرَاضًا، فَأَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ عَلَيْهِ بِذَلِكَ كِتَابًا» كَتَبَ: هَذَا كِتَابٌ كَتَبَهُ فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ طَوْعًا مِنْهُ فِي صِحَّةٍ مِنْهُ، وَجَوَازِ أَمْرِهِ لِفُلَانِ بْنِ فُلَانٍ، أَنَّكَ دَفَعْتَ إِلَيَّ مُسْتَهَلَّ شَهْرِ كَذَا مِنْ سَنَةِ كَذَا، عَشَرَةَ آلَافِ دِرْهَمٍ، وُضْحًا جِيَادًا، وَزْنَ سَبْعَةٍ قِرَاضًا عَلَى تَقْوَى اللَّهِ فِي السِّرِّ، وَالْعَلَانِيَةِ، وَأَدَاءِ الْأَمَانَةِ عَلَى أَنْ أَشْتَرِيَ بِهَا مَا شِئْتُ مِنْهَا كُلَّ مَا أَرَى أَنْ أَشْتَرِيَهُ، وَأَنْ أُصَرِّفَهَا، وَمَا شِئْتُ مِنْهَا فِيمَا أَرَى أَنْ أُصَرِّفَهَا فِيهِ مِنْ صُنُوفِ التِّجَارَاتِ، وَأَخْرُجَ بِمَا شِئْتُ مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُ، وَأَبِيعَ مَا أَرَى أَنْ أَبِيعَهُ مِمَّا أَشْتَرِيهِ بِنَقْدٍ رَأَيْتُ أَمْ بِنَسِيئَةٍ، وَبِعَيْنٍ رَأَيْتُ أَمْ بِعَرْضٍ عَلَى أَنْ أَعْمَلَ فِي جَمِيعِ ذَلِكَ كُلِّهِ بِرَأْيِي، وَأُوَكِّلَ فِي ذَلِكَ مَنْ رَأَيْتُ، وَكُلُّ مَا رَزَقَ اللَّهُ فِي ذَلِكَ مِنْ فَضْلٍ، وَرِبْحٍ بَعْدَ رَأْسِ الْمَالِ الَّذِي دَفَعْتَهُ الْمَذْكُورِ إِلَيَّ الْمُسَمَّى مَبْلَغُهُ فِي هَذَا الْكِتَابِ، فَهُوَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ نِصْفَيْنِ، لَكَ مِنْهُ النِّصْفُ بِحَظِّ رَأْسِ مَالِكَ، وَلِي فِيهِ النِّصْفُ تَامًّا بِعَمَلِي فِيهِ، وَمَا كَانَ فِيهِ مِنْ وَضِيعَةٍ فَعَلَى رَأْسِ الْمَالِ، فَقَبَضْتُ مِنْكَ هَذِهِ الْعَشَرَةَ آلَافِ دِرْهَمٍ الْوُضْحَ الْجِيَادَ، مُسْتَهَلَّ شَهْرِ كَذَا فِي سَنَةِ كَذَا، وَصَارَتْ لَكَ فِي يَدِي قِرَاضًا عَلَى الشُّرُوطِ الْمُشْتَرَطَةِ فِي هَذَا الْكِتَابِ، أَقَرَّ فُلَانٌ وَفُلَانٌ، وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُطْلِقَ لَهُ أَنْ يَشْتَرِيَ وَيَبِيعَ بِالنَّسِيئَةِ كَتَبَ، وَقَدْ نَهَيْتَنِي أَنْ أَشْتَرِيَ، وَأَبِيعَ بِالنَّسِيئَةِ "
__________

[حكم الألباني] ضعيف الإسناد مقطوع.