SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2014/10/31

Perang Jamal




Jamal artinya unta. Diistilahkan demikian karena ‘A’isyah RA, tokoh besar yang didukung dalam perang ini, berkendaraan unta. Dan setelah untanya disembelih, maka peperangan bubar. Perang Jamal adalah peperangan 'A'isyah melawan 'Ali RA.
Imam Hanafi, dan kaum wirai (hati-hati dalam urusan agama) yang lain berkata, “Segala perang yang dilancarkan oleh Ali RA, pasti Ali di fihak yang benar.”
Musthofa Al-Bagho termasuk ulama wirai (hati-hati). Beliau berkata, “Menurut Agama Allah yang kami fahami, dua belah fihak yang bertempur dalam Perang Jamal, mendapatkan pahala semuanya. Karena mempraktikkan ilmu yang difahami, dan sebagai ijtihad, dan bermaksud islah (perdamaian).” [1]

Dalam Al-Bidayah, Ibnu Katsir menjelaskan:
“Mubarak bin Fadhalah menyampaikan pernyataan Al-Hasan bin Abi Bakrah, ‘ketika Perang Jamal meledak’, Ali RA menyaksikan para tokoh agama 'emosi'. Beliau memegang dan memeluk Al-Hasan ke dadanya. Lalu berkata ‘sungguh kita milik Allah, hai Hasan! Mana lagi kebaikan yang diharapkan setelah ini?’.

Ketika dua kubu (yang melaut) telah saling mendekat, beliau mencari Tholhah dan Azzubair yang berada di kubu ‘A’isyah RA. Untuk mengadakan pembicaraan. Di atas kuda, mereka bertiga berkumpul. Ada yang melaporkan ‘Ali berkata’ pada mereka berdua RA, ‘saya menyaksikan kalian berdua telah mengumpulkan pasukan berkuda, sejumlah tokoh, dan sejumlah masa. Apa kalian berdua telah mempersiapkan alasan? Di hari Kiamat nanti? Takutlah Allah! Jangan seperti wanita yang merusak tenunannya yang telah kuat! (Maksudnya melanggar baiat) Bukankah saya yang akan menghakimi darah (kematian) kalian berdua? Kalian mengharamkan darah (membunuh) saya. Saya mengharamkan darah (membunuh) kalian ? Apa ada Hadits yang menjelaskan bahwa darah saya halal untuk kalian ?’.
Tholhah menjawab ‘kau yang memutuskan hubungan saya dari Utsman!’.
Ali membaca dalil, “Yaumaidzin yuwaffiihimullohu diinahumul-chaqq. (Di hari itu, Allah memberi balasan dalam agama mereka dengan benar. (Annur 25))." Lalu berkata, “Semoga Allah melaknat kaum pembunuh Utsman!.” Lalu bertanya, “Hai Tholhah! Masyak kau datang kemari membawa istri Rasulillah SAW? Kau gunakan sebagai penyemangat perang? Sementara istrimu justru kau simpan di rumah? Bukankah kau dulu telah berbaiat padaku?’.
Tholhah menjawab, “Dulu saya berbaiat dengan memanggul pedang, kan?.”
Di pertengahan masa, Ali bertanya pada Azzubair RA, “Apa yang mendorong kau ikut berperang?.”
Azzubair menjawab, “Kau yang membuat saya kemari! Menurut saya bukan kau yang lebih berhak memimpin! Kita sama-sama!.”
Pada Azzubair, Ali Ra bertanya, “Apa kau tak ingat 'ketika kita di kampung Bani Ghanmin?' Saya bejalan bersama Rasulillah SAW. Karena beliau memandang dan tersenyum padaku, maka saya juga tersenyum pada beliau SAW. Saat itu, kau berkata ‘(Ali RA) Putra Abi Tholib (ini) takkan meninggalkan sesepohnya’. Rasulillah SAW menjawab padamu, ‘dia memang bukan anak nakal! Sungguh suatu saat nanti, kau akan memerangi dia! Saat itu penganiayaanmu, menguntungkan dia!?’.”
Azzubair menjawab, “Alloohumma betul! Kalau kemarin ingat, pasti saya tidak ikut dalam peperangan ini! Demi Allah, saya takkan memerangi kau!.”

Namun riwayat ini perlu dikaji lagi dengan teliti. Riwayat tentang kisah ini, yang terjaga kesohihannya, yang dari Hafidz Abu Yakla Al-Mushili, yang isnadnya sampai Abu Jarwin Al-Mazini:
“Ketika Ali dan Azzubair bertemu (dalam Perang Jamal), saya menyaksikan. Ali berkata pada Azzubair, ‘hai Zubair! Aku bertanya dengan sumpah pada Allah!’ Bukankah kau pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda ‘sungguh kau (Zubair) akan memerangi saya (Ali)? Saat itu kau aniaya?’.
Azzubair menjawab ‘betul! Saya tidak pernah ingat Sabda tersebut, kecuali di tempat ini!” Lalu berpaling dan pergi. [2]



[1] صحيح البخاري (5/ 29)
والذي ندين الله تعالى به أن كلا من الفريقين كان مأجورا لأن اقتتالهما كان عن تأويل واجتهاد وبقصد الإصلاح].
[2] البداية والنهاية (7/ 268)
وَقَالَ مُبَارَكُ بْنُ فضالة عن الحسن بن أَبِي بَكْرَةَ: لَمَّا اشْتَدَّ الْقِتَالُ يَوْمَ الْجَمَلِ، ورأى علي الرؤوس تَنْدُرُ أَخَذَ عَلِيٌّ ابْنَهُ الْحَسَنَ فَضَمَّهُ إِلَى صَدْرِهِ ثُمَّ قَالَ: إِنَّا لِلَّهِ يَا حَسَنُ! أَيُّ خَيْرٍ يُرْجَى بَعْدَ هَذَا؟ فَلَمَّا رَكِبَ الجيشان وترآى الجمعان وطلب علي طلحة والزبير لِيُكَلِّمَهُمَا، فَاجْتَمَعُوا حَتَّى الْتَفَّتْ أَعْنَاقُ خُيُولِهِمْ، فَيُقَالُ إِنَّهُ قَالَ لَهُمَا: إِنِّي أَرَاكُمَا قَدْ جَمَعْتُمَا خَيْلًا وَرِجَالًا وَعَدَدًا، فَهَلْ أَعْدَدْتُمَا عُذْرًا يَوْمَ القيامة؟ فَاتَّقِيَا اللَّهَ وَلَا تَكُونَا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا من بعد قوة أنكاثاً، ألم أكن حاكماً في دمكما تحرمان دمي وأحرم دمكما، فهل من حديث أَحَلَّ لَكُمَا دَمِي؟ فَقَالَ طَلْحَةُ: أَلَّبْتَ عَلَىَّ عُثْمَانَ فَقَالَ عَلِيٌّ * (يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ) * [النور: 25] ، ثُمَّ قَالَ: لَعَنَ اللَّهُ قَتَلَةَ عُثْمَانَ، ثمَّ قَالَ: يَا طَلْحَةُ! أَجِئْتَ بِعِرْسِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقَاتِلُ بِهَا، وَخَبَّأْتَ عِرْسَكَ فِي الْبَيْتِ؟ أَمَا بَايَعْتَنِي؟ قَالَ: بَايَعْتُكَ وَالسَّيْفُ عَلَى عُنُقِي. وَقَالَ لِلزُّبَيْرِ: مَا أَخْرَجَكَ؟ قَالَ: أَنْتَ، وَلَا أَرَاكَ بِهَذَا الْأَمْرِ أَوْلَى بِهِ مِنِّي. فَقَالَ لَهُ عَلِيٌّ: أما تذكر يَوْمَ مَرَرْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَنِي غَنْمٍ فَنَظَرَ إِلَيَّ وَضَحِكَ وَضَحِكْتُ إِلَيْهِ، فَقُلْتَ: لَا يَدَعُ ابْنُ أَبِي طَالِبٍ زَهْوَهُ، فَقَالَ لَكَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلَّم: " أَنَّهُ ليس بمتمرد لتقاتلنَّه وَأَنْتَ ظَالِمٌ لَهُ "؟ فَقَالَ الزُّبير: اللَّهُمَّ نَعَمْ! وَلَوْ ذَكَرْتُ مَا سِرْتُ مَسِيرِي هَذَا، وَوَاللَّهِ لَا أُقَاتِلُكَ. وَفِي هَذَا السِّيَاقِ كُلِّهِ نظر، والمحفوظ منه الحديث، فقد رواه الحافظ أبو يعلى الموصلي فقال: حدثنا أبو يوسف يعقوب بن إبراهيم الدوري، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مُسْلِمٍ الرَّقَاشِيِّ، عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ أَبِي جَرْوٍ الْمَازِنِيِّ. قَالَ: شَهِدْتُ عَلِيًّا وَالزُّبَيْرَ حِينَ تَوَاقَفَا، فَقَالَ لَهُ عَلِيٌّ: يَا زُبَيْرُ! أَنْشُدُكَ اللَّهَ أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلَّم يَقُولُ: " إنَّك تقاتلني وأنت ظالم "؟ قال: نعم! لم أَذْكُرْهُ إِلَّا فِي مَوْقِفِي هَذَا، ثُمَّ انْصَرَفَ

2014/10/21

Anak Kecil Mengimami




Amer bin Salamah berkata, “Dulu saya sering berada di pos, tempat lalu-lalang kaum yang berdatangan pada Nabi SAW. Bila pulang, mereka melewati pos kami. Mereka mengkhabarkan ‘Nabi bersada demikian dan demikian’. Saat itu saya masih kecil yang banyak hafalanya. Saat itu saya telah hafal bacaan Al-Qur’an berjumlah banyak, karena (diajar oleh mereka).
Di dalam kelompok kaum, ayah pergi membawa saya, menuju Rasulillah SAW, untuk bertamu.
Rasulillah SAW mengajarkan shalat pada mereka. Lalu bersabda ‘yang mengimami kalian nanti, yang lebih pandai kalian dalam Bacaan Al-Qur’an’. Saya lebih pandai mereka dalam Bacaan Al-Qu’an. Karena memang sejak sebelumnya, saya sudah paling pandai.
Mereka menyuruh saya maju, untuk mengimami. Saya berpakaian selimut kecil berwarna kuning. Bila bersujud, (pantat) saya tampak. Seorang waita berkata ‘tutupi aurat Imam kalian dari kami!’.
Mereka membelikan gamis model Oman untuk saya. Setelah datang Islam, saya belum pernah bahagia seperti bahagia saya saat itu. Saya menjadi Imam shalat mereka, dalam umur tujuh atau dalapan tahun.” [1]



[1] سنن أبي داود (1/ 159)
585 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، أَخْبَرَنَا أَيُّوبُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ سَلَمَةَ، قَالَ: كُنَّا بِحَاضِرٍ يَمُرُّ بِنَا النَّاسُ إِذَا أَتَوُا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانُوا إِذَا رَجَعُوا مَرُّوا بِنَا، فَأَخْبَرُونَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: كَذَا وَكَذَا وَكُنْتُ غُلَامًا حَافِظًا فَحَفِظْتُ مِنْ ذَلِكَ قُرْآنًا كَثِيرًا فَانْطَلَقَ أَبِي وَافِدًا [ص:160] إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ قَوْمِهِ فَعَلَّمَهُمُ الصَّلَاةَ، فَقَالَ: «يَؤُمُّكُمْ أَقْرَؤُكُمْ» وَكُنْتُ أَقْرَأَهُمْ لِمَا كُنْتُ أَحْفَظُ فَقَدَّمُونِي فَكُنْتُ أَؤُمُّهُمْ وَعَلَيَّ بُرْدَةٌ لِي صَغِيرَةٌ صَفْرَاءُ، فَكُنْتُ إِذَا سَجَدْتُ تَكَشَّفَتْ عَنِّي، فَقَالَتْ: امْرَأَةٌ مِنَ النِّسَاءِ: وَارُوا عَنَّا عَوْرَةَ قَارِئِكُمْ، فَاشْتَرَوْا لِي قَمِيصًا عُمَانِيًّا، فَمَا فَرِحْتُ بِشَيْءٍ بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحِي بِهِ، فَكُنْتُ أَؤُمُّهُمْ وَأَنَا ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ أَوْ ثَمَانِ سِنِينَ،
__________

[حكم الألباني] : صحيح.

2014/10/15

Paling Dermawan




“Beberapa lembar uang terdiri dari, seribuan, duaribuan, limaribuan, sepuluhribuan, duapuluhribuan, limapuluhribuan, dan seratusribuan, telah saya tata untuk persiapan sodaqoh” kata teman.
Tiap orang minta-minta, didekati agar minta sodaqoh. Dan dijawab, “Minta berapa?.”
Hampir semua bingung menjawab. Banyak yang menjawab, “Seribu” atau, “Duaribu rupiah.”
Kaca dibuka untuk pengamen yang minta dengan menengadahkan tangan. Pengamen tekejut saat ditanya, “Minta berapa?” tapi lalu menjawab “Limaribu.”
Teman bilang, “Kalau ada yang menjawab, ‘seratus ribu rupiah’, pasti saya beri. Bahkan saya siap sodaqoh lebih dari itu.”

Allah lebih hebat daripada teman saya. Dia berfirman, “Ud’uunii astajib lakum. ‘berdoalah pada Aku! Aku akan mengabulkan pada kalian’.”
Bahkan mengancam, “Innalladziina yastakbiruuna ‘an ‘ibaadatii sayadkhuluuna Jahannam daakhiriin!. ‘Sungguh kaum yang sombong dari berdoa (ibadah) pada Aku! Akan masuk Jahannam dalam keadaan hina!’.” [1]


[1] {ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ } [غافر: 60].

2014/10/08

Gerhana Bulan



Sepertinya nanti malam akan gerhana bulan. Jika betul, kita disunnahkan Shalat Gerhana. Menurut Asma binti Abi Bakr RA, “Sungguh nabi SAW pernah shalat gerhana. Praktiknya:
1.     Berdiri (sambil takbirotul ihrom dan membaca Al-Fatihah lalu Surat dari Al-Qur’an) hingga lama. Lalu rukuk dalam waktu lama. Lalu mengangkat kepala (sambil membaca ‘samia Alloohu liman hamidah’) dan (membaca Al-Fatihah lalu Surat dari Al-Qur’an) dengan berdiri, dalam waktu lama. Lalu rukuk dalam waktu lama. Lalu sujud dalam waktu lama. Lalu mengangkat kepala untuk duduk. Lalu sujud dalam waktu lama.
2.     Lalu berdiri (untuk membaca Al-Fatihah lalu Surat dari Al-Qur’an) dalam waktu lama. Lalu rukuk dalam waktu lama. Lalu mengangkat kepala (sambil membaca ‘samia Alloohu liman hamidah’) dan (membaca Al-Fatihah lalu Surat dari Al-Qur’an) dengan berdiri, dalam waktu lama. Lalu rukuk dalam waktu lama. Lalu sujud dalam waktu lama. Lalu mengangkat kepala untuk duduk. Lalu sujud dalam waktu lama. Lalu (duduk untuk Attahiyat dan) berpaling (membaca salam).
Lalu bersabda, ‘Dilihat dari arah saya, sungguh surga telah mendekat’. Hingga (karena dekatnya) kalau saya berhasil memasuki, niscaya telah membawakan petikan buah-buahannya pada kalian. Dilihat dari arah saya, api neraka juga telah mendekat. Hingga saya berdoa ‘ai Robbi! Hamba di petengahan mereka! Ternyata di dalamnya ada wanita yang dicakar oleh kucing. Saya bertanya ‘kenapa demikian?’.
Mereka berkata ‘dulu kucing itu ditahan hingga mati kelaparan. Dia tidak mau memberi makan, dan tidak mau melepaskan agar makan sampah bumi’.” [1]



[1] صحيح البخاري (1/ 149)
745 - حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا نَافِعُ بْنُ عُمَرَ، قَالَ: حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلاَةَ الكُسُوفِ، فَقَامَ فَأَطَالَ القِيَامَ، ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ القِيَامَ، ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ رَفَعَ، ثُمَّ سَجَدَ، فَأَطَالَ السُّجُودَ، ثُمَّ رَفَعَ، ثُمَّ سَجَدَ، فَأَطَالَ السُّجُودَ، ثُمَّ قَامَ، فَأَطَالَ القِيَامَ، ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ رَفَعَ فَأَطَالَ القِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ، فَأَطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ رَفَعَ، فَسَجَدَ، فَأَطَالَ السُّجُودَ، ثُمَّ رَفَعَ، ثُمَّ سَجَدَ، فَأَطَالَ السُّجُودَ، ثُمَّ انْصَرَفَ، فَقَالَ: " قَدْ دَنَتْ مِنِّي الجَنَّةُ، حَتَّى لَوِ اجْتَرَأْتُ عَلَيْهَا، لَجِئْتُكُمْ بِقِطَافٍ مِنْ قِطَافِهَا، وَدَنَتْ مِنِّي النَّارُ حَتَّى قُلْتُ: أَيْ رَبِّ، وَأَنَا مَعَهُمْ؟ فَإِذَا امْرَأَةٌ - حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ - تَخْدِشُهَا هِرَّةٌ، قُلْتُ: مَا شَأْنُ هَذِهِ؟ قَالُوا: حَبَسَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ جُوعًا، لاَ أَطْعَمَتْهَا [ص:150]، وَلاَ أَرْسَلَتْهَا تَأْكُلُ - قَالَ نَافِعٌ: حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ: مِنْ خَشِيشِ - أَوْ خَشَاشِ الأَرْضِ "
__________

[تعليق مصطفى البغا]
712 (1/260) -[ش (دنت) قربت. (اجترأت) من الجراءة وهي الجسارة. (بقطاف) عنقود. (تخدشها) تقشر جلدها. (خشاش) حشرات وهوام الأرض]
[ر 2235، وانظر 86].

2014/10/04

Terjemahan Salah



Terus terang saya nggak mau mengajarkan kesalahan, yakni membacakan, “Terjemahan Salah” di depan publik. Memang tidak semua terjemahan yang disodorkan, salah. Tapi ada yang salah, dan ini harus dibenarkan:
{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [الأعراف: 96].
Dan seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka Kami akan bukakan kepada mereka, barokah kemakmuran dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan, maka Aku siksa sebab apa yang telah mereka lakukan.

Letak kesalahannya:
1.     Ahlul-Quroo (أَهْلَ الْقُرَى) diartikan, “Penduduk suatu negeri. Yang benar ‘penduduk negeri-negeri itu’. Karena ‘al-quroo (الْقُرَى)’ adalah jamak, bukan tunggal. Dan ‘al’nya ahdiyyah, untuk menyatakan ‘itu’, atau ‘tersebut’. Dalam bahasa English ‘the’.”
2.     Lafatahnaa (لَفَتَحْنَا) diartikan, “Maka Kami akan bukakan. Yang benar ‘maka Kami telah bukakan’. Karena Lafatahnaa adalah fiil madhi (katakerja lampau).

Perhatikan! Agar bisa memahami Firman tersebut dengan benar:
1.     Bacalah mulai Ayat 59 dari Surat Al-Arof ini. Di sana dikisahkan oleh Allah, tentang Nuh AS dan kaumnya. Hingga akhirnya Allah menyiksa mereka. “{وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا} [الأعراف: 64]. ‘Dan Kami telah menenggelamkan kaum yang telah mendustakan Ayat-Ayat Kami’.”
2.     Lalu Allah berkisah tentang ‘Kaum Ad dan nabi Mereka’ Hud AS (ayat 65). Akhirnya Allah menyiksa mereka. “{وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا} [الأعراف: 72]. ‘Dan Kami telah memutus pangkal kaum yang telah mendustakan Ayat-Ayat Kami’.”
3.     Lalu Allah berkisah kaum Tsamud dan nabi mereka, Shalih AS (Ayat 73). Akhirnya Allah berkisah, ‘”Mereka Tertimpa Gempa. ‘{ فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ} [الأعراف: 78]’.”
4.     Lalu Allah berkisah tentang Luth AS dan Kaumnya (Ayat 80). Akhirnya Allah menyiksa mereka. {وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا } [الأعراف: 84]. Dan Kami menghujankan hujan (siksa) atas mereka.
5.     Lalu Allah berkisah tentang Syuaib AS dan kaumnya (Ayat 85). Akhirnya, “Mereka tertimpa gempa. ‘{فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ} [الأعراف: 91]’.”

Agar keterangan di atas lengkap, maka Allah berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ  ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَوْا وَقَالُوا قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }]. Dan seterusnya.

Artinya:
Kami belum pernah mengutus seorang nabi pada suatu desa, kecuali pasti Kami timpakan bahaya dan madhorrot, pada penghuninya. Agar mereka merendah. Lalu nasib jelek Kami rubah menjadi baik. Hingga ketika telah berkembang (makmur), mereka berkata, “Sungguh dulu, ayah-ayah kita telah tertimpa madhorrot dan kesenangan.”
Maka mereka Kami tindak mendadak. Sedangkan mereka tidak sadar.
Sungguh kalau penduduk desa-desa tersebut, telah beriman dan bertaqwa, niscaya Kami telah membukakan barokah-barokah dari langit dan bumi, untuk mereka. Tetapi mereka telah mendustakan. Maka mereka Kami tindak karena yang telah mereka lakukan.

Mulai Ayat 59 hingga Ayat 96 dan seterusnya, adalah penjelasan mengenai, “Kaum yang Telah Lampau.” Memang boleh dibaca sebagai dalil agar kaum zaman sekarang beriman dan bertaqwa. Tetapi mengenai makna atau tejemahan, harus tepat, sesuai kaidah bahasa. 
Agar lebih jelas, silahkan diklik

Ponpes Mulya Abadi Mulungan

2014/10/03

Tatakerama Istri




Dari Rasulillah SAW, “Tidak halal bagi wanita yang beriman pada Allah dan hari Akhir:
1.     Memberi ‘ijin masuk rumah’ (pada orang) yang dibenci oleh suami.
2.     Keluar (rumah) dalam keadaan dibenci oleh suami.
3.     Mentaati seorang (menyusahkan suami).
4.     Membuat dada suami menebal (benci).
5.     Memisahi tempat tidur (suami).
6.     Memukul (suami).
7.     Jika suami menganiaya, hendaklah didatangi untuk dibuat ridho. Jika suami ridho ya sudah, berarti wanita tersebut beruntung. Berarti Allah memaklumi dia. Berarti Allah membuat hujjahnya menguntungkan. Suami tidak berdosa. Jika suami tidak ridho padanya, wanita tersebut telah menyampaikan alasan yang benar pada Allah.”

Isnad Hadits ini shohih, namun tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim. Dalam Ta’liq dari Takhlish Adzzahabi, dijelaskan, “Bahkan yang benar, Hadits ini Munkar dan Isnadnya Munqathik.”  [1]



2770 - حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، وَأَبُو عَبْدِ اللَّهِ عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَكيِمِيُّ قَالَا: ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّورِيُّ، ثنا بِشْرُ بْنُ عُمَرَ الزَّهْرَانِيُّ، ثنا شُعَيْبُ بْنُ رُزَيْقٍ الطَّائِفِيُّ، ثنا عَطَاءٌ الْخُرَاسَانِيُّ، عَنْ مَالِكِ بْنِ يَخَامِرَ السَّكْسَكِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، أَنْ تَأْذَنَ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَهُوَ كَارِهٌ، وَلَا تَخْرُجَ وَهُوَ كَارِهٌ، وَلَا تُطِيعَ فِيهِ أَحَدًا، وَلَا تَخْشَنَ بِصَدْرِهِ، وَلَا تَعْتَزِلَ فِرَاشَهُ، وَلَا تَضْرِبَهُ، فَإِنْ كَانَ هُوَ أَظْلَمَ، فَلْتَأْتِهِ حَتَّى تُرْضِيَهُ، فَإِنْ كَانَ هُوَ قَبِلَ، فَبِهَا وَنِعْمَتْ، وَقَبِلَ اللَّهُ عُذْرَهَا، وَأَفْلَحَ حُجَّتَهَا، وَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ، وَإِنْ هُوَ أَبِي بِرِضَاهَا عَنْهَا، فَقَدْ أَبَلَغَتْ عِنْدَ اللَّهِ عُذْرَهَا» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ "
[التعليق - من تلخيص الذهبي] 2770 - بل منكر وإسناده منقطع.

2014/10/01

Nabi SAW Lumpuhkan Jawara




Abu Umamah RA berkisah, “Dulu, ada jawara sangat kuat dari keluarga besar Hasyim, namanya Rukanah. Pekerjaan lelaki musyrik ini, menggembala kawanan kambing, di jurang Idhm.
Suatu hari, nabi SAW keluar sendirian dari rumah Aisyah RA, menuju jurang tersebut, dan dijumpai oleh Rukanah. Dan disapa, ‘hai Muhammad! Kau yang mencaci Tuhan-Tuhan Lata dan Uza? Dan berdakwah agar menyembah Tuhanmu Al-Aziizul-Hakiim? (Yang Maha Mulia Maha Bijak). Kalau tidak ada hubungan famili antara saya dan kau, saya tidak sudi berbicara baik-baik dengan kau! (Kau langsung saya bunuh!) Kau saya beri kesempatan berdoa pada Al-Aziizul-Hakiim? Agar selamat dari serangan saya! Dalam urusan ini, saya menawarkan pada kau! Kau akan saya serang! Dan boleh berdoa pada Al-Aziizul-Hakiim! Agar menolong mengalahkan saya! Karena saya juga akan berdoa pada Tuhan Lata dan Uza! Kalau bisa mengalahkan saya! Kau berhak memiliki 10 kambing saya. Terserah mana yang kau pilih!’
Nabi SAW menjawab, ‘ya, kalau memang itu yang kau inginkan’.

Mereka berdua telah siaga, dan berdoa. Nabi berdoa pada Al-Aziizul-Hakiim
Pada Lata dan Uza, Rukanah berdoa ‘hari ini, tolonglah saya, mengalahkan Muhammad’. 
Nabi SAW menangkap untuk membanting dan menduduki dada Rukanah
Dengan terkapar, Rukanah minta ‘berdirilah. Ini jelas bukan kau yang mengalahkan saya. Ini jelas Tindakan Tuhanmu Al-Aziizul-Hakiim! Lata dan Uza kalah, di sini! Belum pernah ada orang yang mampu mengalahkan saya, sebelum ini!’.
Kata Rukanah ‘ulangi lagi! Kalau bisa mengalahkan lagi, kau berhak mendapatkan 10 kambing lagi. Terserah yang kau pilih!’.
Nabi dan Rukanah telah siaga, dan telah berdoa seperti sebelumnya. 
Dengan gerak cepat, nabi menangkap, membanting dan menduduki perut Rukanah.
Rukanah berkata ‘berdirilah! Yang mengalahkan saya ini jelas bukan kau! Tetapi Tuhanmu Al-Aziizul-Hakiim! Saya telah dibuat hina oleh Tuhan Lata dan Uza. Seorang pun, belum pernah ada yang mampu merobohkan saya, sebelum kau’.

(Setelah mempersiapkan seluruh tenaga), Rukanah berkata ‘ulangi lagi! Kalau bisa mengalahkan saya, kau berhak mengambil 10 kambing saya. Terserah mana yang kau pilih’.
Nabi dan Rukanah telah siaga, dan telah berdoa seperti sebelumnya. Dengan gerak cepat, nabi menangkap untuk membanting Rukanah yang ketiga kalinya. 
Rukanah berkata ‘yang mengalahkan saya ini, bukan kau. Tapi Tuhanmu Al-Aziizul-Hakiim! Saya dibuat hina oleh Tuhan Lata dan Uza! Ambillah kambing saya 30 ekor! Pilihlah yang kau sukai!’.

Nabi SAW bersabda ‘bukan itu yang saya kehendaki. Saya ini berdakwah agar kau Islam. Agar kau bebas dari Api Neraka. Islamlah agar selamat!’.
Dia menjawab ‘nggak mau! Kecuali jika kau menunjukkan Mukjiat pada saya!’.
Nabi bersbada ‘Allah menjadi saksi atas kau! Saya telah berdoa pada Tuhanku, hingga mampu menunjukkan Mukjiat! Kau harus mengabulkan dakwahku?’.
Dia menjawab ‘betul!’.
Oleh nabi SAW, pohon samurah (kelampis) bercabang dan beranting, ditunjuk dan diperintah ‘kemari! Dengan Izin Allah!’. 
Tiba-tiba pohon terbelah menjadi dua. Lengkap dengan batang dan cabangnya. (Akar) sebagian pohon keluar dari tanah, dan berjalan ke hadirat Nabi Allah SAW. 
Rukanah masih di situ, (terperangah).
Rukanah berkata ‘kau telah menunjukkan Keanehan Luar Biasa pada saya. Coba perintahlah agar pohon ini kembali lagi!’.
Nabi bersabda ‘Allah sebagai Saksimu, jika doa saya dikabulkan olehNya, kau harus mengabulkan dakwahku?’.
Dia menjawab ‘betul!’.
Setelah diperintah oleh nabi SAW, belahan pohon berjalan, untuk kembali dan bersatu lagi dengan belahannya.
Pada Rukanah, nabi perintah ‘islamlah! Kau akan selamat!’.
Rukanah menjawab ‘memang saya telah menyaksikan keajaiban luar biasa’. Namun saya takkan mau, para wanita dan anak-anak Madinah mengatakan ‘saya Islam karena takut kau’. Mereka tahu bahwa saya belum pernah dikalahkan oleh seorang. Di waktu siang maupun malam, saya tak pernah merasa takut siapapun. Ambillah kawanan kambing! Dan pilihah!’.
Nabi bersabda ‘kalau kau nggak mau Islam, saya takkan menerima kawanan kambingmu!’.
Nabi pulang meninggalkan Rukanah.

Abu Bakr dan Umar datang ke rumah Aisyah, mencari nabi SAW. Dan diberi kabar bahwa ‘nabi sedang pergi’ ke Jurang Idhm. Yaitu jurang yang tiap hari dikunjungi oleh Rukanah pemiliknya. Sontak mereka berdua mencari nabi SAW. Khawatir jika beliau SAW dibunuh oleh Rukanan
Tanah-tanah tinggi didaki oleh mereka berdua RA.

Tiba-tiba mereka berdua bertemu nabi SAW, yang sedang dalam perjalanan pulang. Mereka memanggil ‘ya Nabi Allah! Bagaimana mungkin baginda bisa keluar dari kawasan ini tanpa kawan? Padahal baginda tahu bahwa ini wilayah kekuasaan Rukanah? Dia termasuk pembunuh yang sangat kuat, dan termasuk orang paling mendustakan baginda?’.
Setelah tersenyum, nabi bersabda ‘bukankah Allah telah berfirman’ pada saya ‘Allah akan menjaga kau dari (serangan) manusia (والله يعصمك من الناس) ?’ Sungguh serangan dia takkan membahayakan saya, ‘karena saya disertai oleh Allah’.
Semua yang dilakukan hingga takjubnya Rukanah, diceritakan oleh nabi SAW. Hingga mereka berdua takjub dan bertanya ‘betulkah baginda mampu mengalahkan Rukanah? Demi yang telah mengutus baginda dengah hak, belum pernah ada orang yang mampu mengalahkan dia’.
Nabi bersabda ‘karena saya berdoa pada Tuhanku, agar saya bisa mengalahkan dia. Tuhan saya menolong dengan belasan Kekuatan, ditambah sepuluh Kekuatan’.”

Abu Abdil Malik yang ada di dalam isnad ini adalah Ali bin Yazid Assyami. Dia tidak kuat (dalam urusan Hadits). Namun ada Hadits yang memperkuat Hadits ini. Wallohu a’lam.  [1]

Rukanah masuk Islam pada zaman Fathu Makkah, tahun delapan Hijriah.  



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia



[1]  وهذه المراسيل تدل على أن للحديث الموصول فيه أصلا وهو ما : أخبرنا أبو بكر محمد بن الحسن بن علي بن المؤمل ، أنبأنا أبو أحمد محمد بن محمد بن أحمد بن إسحاق الحافظ ، أنبأنا أبو عروبة الحسين بن أبي معشر السلمي بحران ، حدثنا محمد بن وهب ، حدثنا محمد بن سلمة ، عن أبي عبد الرحيم وهو خالد بن أبي يزيد ، قال : حدثني أبو عبد الملك ، عن القاسم ، عن أبي أمامة قال : كان رجل من بني هاشم يقال له ركانة وكان من أقتل الناس وأشده وكان مشركا وكان يرعى غنما له في واد (1) يقال له إضم فخرج نبي الله صلى الله عليه وسلم من بيت عائشة ذات يوم فتوجه قبل ذلك الوادي فلقيه ركانة وليس مع النبي صلى الله عليه وسلم أحد فقام إليه ركانة فقال : يا محمد ، أنت الذي تشتم آلهتنا اللات والعزى ، وتدعو إلى إلهك العزيز الحكيم ، ولولا رحم بيني وبينك ما كلمتك الكلام - يعني أقتلك - ولكن ادع إلهك العزيز الحكيم ينجيك مني ، وسأعرض عليك أمرا ، هل لك أن أصارعك وتدعو إلهك العزيز الحكيم يعينك علي ، فأنا أدعو اللات والعزى ، فإن أنت صرعتني فلك عشر من غنمي هذه تختارها ، فقال عند ذلك نبي الله صلى الله عليه وسلم : « نعم إن شئت » . فاتخذا ودعا نبي الله صلى الله عليه وسلم إلهه العزيز الحكيم أن يعينه على ركانة ، ودعا ركانة اللات والعزى : أعني اليوم على محمد ، فأخذه النبي صلى الله عليه وسلم فصرعه وجلس على صدره ، فقال ركانة : قم فلست أنت الذي فعلت بي هذا ، إنما فعله إلهك العزيز الحكيم ، وخذله اللات والعزى وما وضع جنبي أحد قبلك . فقال له ركانة : عد فإن أنت صرعتني فلك عشر أخرى تختارها ، فأخذه نبي الله صلى الله عليه وسلم ودعا كل واحد منهما إلهه كما فعلا أول مرة ، فصرعه (2) نبي الله صلى الله عليه وسلم فجلس على كبده ، فقال له ركانة : قم فلست أنت الذي فعلت بي هذا ، إنما فعله إلهك العزيز الحكيم ، وخذله اللات والعزى ، وما وضع جنبي أحد قبلك ، فقال له ركانة : عد فإن أنت صرعتني فلك عشر أخرى تختارها فأخذها فأخذه نبي الله صلى الله عليه وسلم ودعا كل واحد منهما إلهه فصرعه نبي الله صلى الله عليه وسلم الثالثة فقال له ركانة : لست أنت الذي فعلت بي هذه وإنما فعله إلهك العزيز الحكيم وخذله اللات والعزى فدونك ثلاثين شاة من غنمي فاخترها ، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم : « ما أريد ذلك ، ولكني أدعوك إلى الإسلام يا ركانة ، وأنفس بك أن تصير إلى النار إنك إن تسلم تسلم » ، فقال له ركانة : لا ، إلا أن تريني آية ، فقال له نبي الله صلى الله عليه وسلم : « الله عليك شهيد إن أنا دعوت ربي فأريتك آية لتجيبنني إلى ما أدعوك إليه ؟ » ، قال : نعم . وقريب منه شجرة سمر (3) ذات فروع وقضبان فأشار إليها نبي الله صلى الله عليه وسلم وقال لها : « أقبلي بإذن الله » ، فانشقت باثنتين فأقبلت على نصف شقها وقضبانها وفروعها حتى كانت بين يدي نبي الله صلى الله عليه وسلم وبين ركانة ، فقال له ركانة : أريتني عظيما فمرها فلترجع ، فقال له نبي الله صلى الله عليه وسلم : « عليك الله شهيد إن أنا دعوت ربي عز وجل أمر بها فرجعت لتجيبنني إلى ما أدعوك إليه ؟ » قال : نعم . فأمرها فرجعت بقضبانها وفروعها حتى التأمت بشقها ، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم : « أسلم تسلم » ، فقال له ركانة : ما بي إلا أن أكون رأيت عظيما ، ولكني أكره أن تتحدث نساء المدينة وصبيانهم أني إنما جئتك لرعب دخل قلبي منك ، ولكن قد علمت نساء أهل المدينة وصبيانهم أنه لم يضع جنبي قط ، ولم يدخل قلبي رعب ساعة قط ليلا ولا نهارا ، ولكن دونك فاختر غنمك . فقال له النبي صلى الله عليه وسلم : « ليس لي حاجة إلى غنمك إذ أبيت أن تسلم » . فانطلق نبي الله صلى الله عليه وسلم راجعا وأقبل أبو بكر وعمر رضي الله عنهما يلتمسانه في بيت عائشة فأخبرتهما أنه قد توجه قبل وادي إضم وقد عرف أنه وادي ركانة لا يكاد يخطئه ، فخرجا في طلبه وأشفقا أن يلقاه ركانة فيقتله فجعلا يصعدان على كل شرف ويتشرفان مخرجا له إذ نظرا إلى نبي الله صلى الله عليه وسلم مقبلا فقالا : يا نبي الله ، كيف تخرج إلى هذا الوادي وحدك وقد عرفت أنه جهة ركانة ، وأنه من أقتل الناس وأشدهم تكذيبا لك ، فضحك إليهما النبي صلى الله عليه وسلم ثم قال : « أليس يقول الله عز وجل لي : ( والله يعصمك من الناس (4) ) إنه لم يكن يصل إلي والله معي » فأنشأ يحدثهما حديثه والذي فعل به والذي أراه فعجبا من ذلك فقالا : يا رسول الله ، أصرعت ركانة ، فلا والذي بعثك بالحق ما نعلم أنه وضع جنبه إنسان قط ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : « إني دعوت ربي فأعانني عليه ، وإن ربي عز وجل أعانني ببضع عشرة وقوة عشرة » . أبو عبد الملك هذا علي بن يزيد الشامي ، وليس بقوي ، إلا أن معه ما يؤكد حديثه والله أعلم
__________
(1)
الوادي : كل منفرج بين الجبال والتلال ، يكون مسلكا للسيل ومنفذا
(2)
الصرع : السقوط والوقوع
(3)
السَّمُر : هو ضربٌ من شجَرَ الطَّلح، الواحدة سَمُرة
(4)
سورة : المائدة آية رقم : 67.