SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2015/05/29

Sejelek-Jelek Kalian Kaum Bujang




Seorang pria bernama Akkaf bin Bisyr Attamimi memasuki rumah Rasulillah SAW. Padanya, nabi bersabda, “Ya Akkaf! Apa kau beristri?.”
Dia menjawab, “Tidak.”
Nabi bertanya, “Budak perempuan?.”
Dia menjawab, “Juga tidak punya.”
Nabi bertanya, “Padahal kau kaya? Dalam keadaan normal?.”
Dia menjawab, “Saya kaya dan normal.”
Nabi bersabda, “Berarti kau termasuk saudara para Syaitan. Kalau di Nashrani, kau tergolong Rahib mereka. Sunnahan kita, menikah. Sejelek-jelek kalian kaum Bujang. Serendah-rendah mayat kalian, kaum Bujang. Masyak kalian bercengkerama dengan para syaitan? Syaitan tidak memiliki pedang yang lebih tajam, untuk (melukai) kaum Shalih, daripada ‘Wanita’. [1] Kecuali mereka yang beristri. Mereka kaum disucikan, diselamatkan dari porno. Kasihan kau ya Akkaf! (Para wanita) pendamping Nabi Ayub, Nabi Dawud, Nabi Yusuf AS, dan Kursuf.”
Bisyr bin Athiyah bertanya, “Siapakah Kursuf ? Ya Rasulallah?.”
Nabi bersabda, “Lelaki yang tinggal di sebuah pantai. Selama tigaratus tahun dia menyembah Allah. Di waktu siang berpuasa, jika malam, dia shalat. Lalu dia mengkufuri Allah yang Maha Agung. Karena terpengaruh wanita mempesona. Kebiasaan beribadah dia tinggalkan. 
Allah membuat dia 'kembali lagi' pada amalannya. 
Allah menerima ‘tobat dia’. 
Kasihan kau Akkaf! Menikahlah! Jika tidak melakukan, kau tergolong kaum Bimbang!.”
Akkaf berkata, “Nikahkan saya, ya Rasulallah!.”
Nabi bersabda, “Sungguh aku menikahkan kau dengan Kaimah binti Kultsum Al-Himyari.”
Hadits ini dhoif, murid Abi Dzarr tidak dikenal oleh ulama Muhadditsiin. Dan kedhobitan isnad-isnadnya tidak akurat. Ibnu Hajar berkata, “Hadits munkar.[2]


Ponpes Mulya Abadi Mulungan


[1] Bagi kaum wanita, kebalikannya. Pedang syaitan terbahaya atas mereka adalah pria.
21450 - حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَاشِدٍ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ: عَكَّافُ بْنُ بِشْرٍ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَكَّافُ، هَلْ لَكَ مِنْ زَوْجَةٍ؟ " قَالَ: لَا. قَالَ: "وَلَا جَارِيَةٍ؟ " قَالَ: وَلَا جَارِيَةَ. قَالَ: "وَأَنْتَ مُوسِرٌ بِخَيْرٍ؟ " قَالَ: وَأَنَا مُوسِرٌ بِخَيْرٍ. قَالَ: "أَنْتَ إِذًا مِنْ إِخْوَانِ الشَّيَاطِينِ، لَوْ كُنْتَ فِي النَّصَارَى كُنْتَ مِنْ رُهْبَانِهِمْ، إِنَّ سُنَّتَنَا النِّكَاحُ، شِرَارُكُمْ عُزَّابُكُمْ، وَأَرَاذِلُ مَوْتَاكُمْ عُزَّابُكُمْ، أَبِالشَّيْطَانِ تَمَرَّسُونَ مَا لِلشَّيْطَانِ مِنْ سِلَاحٍ أَبْلَغُ فِي الصَّالِحِينَ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا الْمُتَزَوِّجُونَ، أُولَئِكَ الْمُطَهَّرُونَ الْمُبَرَّؤُونَ مِنَ الْخَنَا، وَيْحَكَ يَا عَكَّافُ، إِنَّهُنَّ صَوَاحِبُ أَيُّوبَ وَدَاوُدَ، وَيُوسُفَ وَكُرْسُفَ ". فَقَالَ لَهُ بِشْرُ بْنُ عَطِيَّةَ: وَمَنْ كُرْسُفُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: "رَجُلٌ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ بِسَاحِلٍ مِنْ سَوَاحِلِ الْبَحْرِ ثَلَاثَ مِائَةِ عَامٍ، يَصُومُ النَّهَارَ، وَيَقُومُ اللَّيْلَ، ثُمَّ إِنَّهُ كَفَرَ بِاللهِ الْعَظِيمِ فِي سَبَبِ امْرَأَةٍ عَشِقَهَا، وَتَرَكَ مَا كَانَ عَلَيْهِ مِنْ عِبَادَةِ اللهِ، ثُمَّ اسْتَدْرَكَ اللهُ بِبَعْضِ مَا كَانَ مِنْهُ فَتَابَ عَلَيْهِ، وَيْحَكَ يَا عَكَّافُ تَزَوَّجْ، وَإِلَّا فَأَنْتَ مِنَ الْمُذَبْذَبِينَ " قَالَ: زَوِّجْنِي يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: "قَدْ زَوَّجْتُكَ كَرِيمَةَ بِنْتَ كُلْثُومٍ الْحِمْيَرِيِّ ")

Sejelek-Jelek Kalian Kaum Bujang



Seorang pria bernama Akkaf bin Bisyr Attamimi memasuki rumah Rasulillah SAW. Padanya, nabi bersabda, “Ya Akkaf! Apa kau beristri?.”
Dia menjawab, “Tidak.”
Nabi bertanya, “Budak perempuan?.”
Dia menjawab, “Juga tidak punya.”
Nabi bertanya, “Padahal kau kaya? Dalam keadaan normal?.”
Dia menjawab, “Saya kaya dan normal.”
Nabi bersabda, “Berarti kau termasuk saudara para Syaitan. Kalau di Nashrani, kau tergolong Rahib mereka. Sunnahan kita, menikah. Sejelek-jelek kalian kaum Bujang. Serendah-rendah mayat kalian, kaum Bujang. Masyak kalian bercengkerama dengan para syaitan? Syaitan tidak memiliki pedang yang lebih tajam, untuk (melukai) kaum Shalih, daripada ‘Wanita’. [1] Kecuali mereka yang beristri. Mereka kaum disucikan, diselamatkan dari porno. Kasihan kau ya Akkaf! (Para wanita) pendamping Nabi Ayub, Nabi Dawud, Nabi Yusuf AS, dan Kursuf.”
Bisyr bin Athiyah bertanya, “Siapakah Kursuf ? Ya Rasulallah?.”
Nabi bersabda, “Lelaki yang tinggal di sebuah pantai. Selama tigaratus tahun dia menyembah Allah. Di waktu siang berpuasa, jika malam, dia shalat. Lalu dia mengkufuri Allah yang Maha Agung. Karena terpengaruh wanita mempesona. Kebiasaan beribadah dia tinggalkan. 
Allah membuat dia kembali lagi pada amalannya. 
Allah menerima ‘tobat dia’. 
Kasihan kau Akkaf! Menikahlah! Jika tidak melakukan, kau tergolong kaum Bimbang!.”
Akkaf berkata, “Nikahkan saya, ya Rasulallah!.”
Nabi bersabda, “Sungguh aku menikahkan kau dengan Kaimah binti Kultsum Al-Himyari.”
Hadits ini dhoif, murid Abi Dzarr tidak dikenal oleh ulama Muhadditsiin. Dan kedhobitan isnad-isnadnya tidak akurat. Ibnu Hajar berkata, “Hadits munkar.[2]


Ponpes Mulya Abadi Mulungan


[1] Bagi kaum wanita, kebalikannya. Pedang syaitan terbahaya atas mereka adalah pria.
21450 - حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَاشِدٍ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ: عَكَّافُ بْنُ بِشْرٍ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَكَّافُ، هَلْ لَكَ مِنْ زَوْجَةٍ؟ " قَالَ: لَا. قَالَ: "وَلَا جَارِيَةٍ؟ " قَالَ: وَلَا جَارِيَةَ. قَالَ: "وَأَنْتَ مُوسِرٌ بِخَيْرٍ؟ " قَالَ: وَأَنَا مُوسِرٌ بِخَيْرٍ. قَالَ: "أَنْتَ إِذًا مِنْ إِخْوَانِ الشَّيَاطِينِ، لَوْ كُنْتَ فِي النَّصَارَى كُنْتَ مِنْ رُهْبَانِهِمْ، إِنَّ سُنَّتَنَا النِّكَاحُ، شِرَارُكُمْ عُزَّابُكُمْ، وَأَرَاذِلُ مَوْتَاكُمْ عُزَّابُكُمْ، أَبِالشَّيْطَانِ تَمَرَّسُونَ مَا لِلشَّيْطَانِ مِنْ سِلَاحٍ أَبْلَغُ فِي الصَّالِحِينَ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا الْمُتَزَوِّجُونَ، أُولَئِكَ الْمُطَهَّرُونَ الْمُبَرَّؤُونَ مِنَ الْخَنَا، وَيْحَكَ يَا عَكَّافُ، إِنَّهُنَّ صَوَاحِبُ أَيُّوبَ وَدَاوُدَ، وَيُوسُفَ وَكُرْسُفَ ". فَقَالَ لَهُ بِشْرُ بْنُ عَطِيَّةَ: وَمَنْ كُرْسُفُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: "رَجُلٌ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ بِسَاحِلٍ مِنْ سَوَاحِلِ الْبَحْرِ ثَلَاثَ مِائَةِ عَامٍ، يَصُومُ النَّهَارَ، وَيَقُومُ اللَّيْلَ، ثُمَّ إِنَّهُ كَفَرَ بِاللهِ الْعَظِيمِ فِي سَبَبِ امْرَأَةٍ عَشِقَهَا، وَتَرَكَ مَا كَانَ عَلَيْهِ مِنْ عِبَادَةِ اللهِ، ثُمَّ اسْتَدْرَكَ اللهُ بِبَعْضِ مَا كَانَ مِنْهُ فَتَابَ عَلَيْهِ، وَيْحَكَ يَا عَكَّافُ تَزَوَّجْ، وَإِلَّا فَأَنْتَ مِنَ الْمُذَبْذَبِينَ " قَالَ: زَوِّجْنِي يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: "قَدْ زَوَّجْتُكَ كَرِيمَةَ بِنْتَ كُلْثُومٍ الْحِمْيَرِيِّ ")

PS 128: Pembebasan Syam







Laits bin Jabir veteran Perang Yarmuk, menyampaikan persaksian:
“Luarbiasa; sungguh Zubair sendirian telah mengamuk atas mereka. Tak seorang pun membatu dia. Hingga pasukan lawan mundur. 
Amer serta pasukanya bergabung lagi pada pasukan induk, sambil berteriak ‘kembali! Kembali! Dan tabahlah!.”

Jarjir memimpin 30.000 pasukan berkuda untuk menyerbu penulis Wahyu Rasulillah SAW, bernama Syurachbil, dan pasukannya. Pasukan Jarjir yang melaut berhasil memporak-porandakan.
Hanya sekitar 500 pasukan berkuda Syurachbil yang bertahan dengan gigih, melawan serangan ganas. Tapi Syurachbil RA justru melancarkan serangan pada Jarjir, sambil berteriak, “Hai umat Islam jangat takut mati! Gigihlah dalam berjuang!.”
Pasukan Syurachbil yang mundur, maju lagi, untuk menyerang Jarjir dan pasukannya yang sangat banyak. Serangan yang membabi-buta melukai Jarjir dan pasukannya. Bahkan menewaskan pada sejumlah orang. 
Syurachbil kembali lagi pada tempatnya, dikerumuni oleh pasukannya. Pada mereka yang baru datang, dia bertanya, “Kenapa kalian tadi berlari? Kalian ini orang hebat selama berpegangan Al-Qur’an yang menghubungkan kita dengan Tuhan! Tuhan berfirman ‘barang siapa memalingkan duburnya di hari itu! Maka sungguh telah kembali dengan membawa Murka dari Allah! Dan tempatnya Jahannam, sejelek-jelek tempat kembali. Kecuali (yang berpaling) untuk siasat, atau bergabung pada Jamaah’. [2]
Dia Taala juga berfirman ‘sungguh Allah telah membeli dari orang-orang iman: diri-diri dan harta-harta mereka; ‘dengan surga’ untuk mereka’. [3] Kenapa kalian berlari?.”  
Mereka menjawab, “Ya sahabat Rasulillah, kami terpengaruh oleh syaitan seperti pada zaman Perang Uhud dan Hunain. Sekarang kami telah sadar, silahkan menyerbu, kami akan membantu.”
Syurachbil bersyukur, “Jazaakumulaahu khaira,” lalu menggerakkan mereka agar mendekati pasukan Said bin Zaid. 
Setelah menyaksikan pasukan berkuda Syurachbil datang mendekat, seorang tokoh bernama Qais bin Hubairah mengajak Syurachbil, untuk ‘menyerang’ lagi, “Ya Nashra Allah, anzil!.” Serunya dengan sandi yang disepakati oleh Muslimiin, sejak zaman Perang Badar dan Uhud.

Khalid dan pasukannya menyerbu sayap kanan, Qais dan pasukannya menyerbu sayap kiri. Dari mereka, yang paling menonjol serangannya, Zubair, Hasyim bin Al-Marqal (هاشم بن المرقال), dan Khalid.
Berkat perjuangan Muslimiin yang digerakkan oleh tokoh-tokoh itu, pasukan Romawi terdesak jauh hingga mendekati pagar tenda utama, tempat Raja Mahan. Karena penjagaan pasukan di situ sangat ketat, maka terjadi pertempuran sangat sengit, mengerikan.
Mahan yang tadinya duduk santai di atas singgasana, turun untuk membentak pasukannya, “Jangan lari!.”
Pasukan Mahan kembali lagi menyerang pasukan Muslimiin. 
Abu Ubaidah perintah Said bin Zaid dengan kata sandi, “Laa Ilaaha illaa Allah! Yaa Manshur!.”
Said dan pasukannya bergerak cepat, menyerang dengan garang. Serangan yang bertubi-tubi, membuat pasukan Romawi berjatuhan dan berlari.
Ada teriakan keras, “Ya Nashra Allah! Anzil! Jangan lari!.”
Ternyata teriakan itu dari Abu Sufyan pembawa panji, menyanding putranya bernama Yazid. Para pemimpin menggerakkan pasukan untuk menyerang bersama-sama, sehingga terjadi peperangan yang sengit. Benturan pedang; tombak; perisai; teriakan; jeritan; gertakan, gaduh membisingkan.
Pasukan Romawi terdesak mundur, kecuali mereka yang disatukan dengan rantai. Pasukan ganas selain yang disatukan dengan rantai adalah; pasukan berpanah berjumlah 100.000 orang. Jika mereka meluncurkan anak panah dengan serempak, sinar matahari tertutup hingga gelap, hingga beberapa saat. Kalau Allah tidak menolong, niscaya pasukan Muslimiin telah berguguran terkena hujan anak panah.
Banyaknya pasukan Romawi yang tewas berserakan, membuat pasukan Muslimiin makin menyadari sepenuhnya bahwa, Allah lah yang menolong mereka.

Seorang pasukan tinggi besar berbaju dihias emas, helm perangnya berlapis emas, muncul membawa Salib emas dihias jauhar. Orang yang kudanya gagah berwarna putih itu, membawa tombak panjang, membusungkan dada, dan menantang perang.
Pasukan Muslimiin terperangah oleh orang itu. Mereka makin terkejut ketika Abu Ubaidah berteriak, “Jangan takut oleh tinggi dan besarnya! Banyak yang besar tapi bodoh! Siapa berani melawan dia?! Berdoalah agar Allah menolong!.”
Hamba sahaya milik Dzul-Kala Al-Chimyari (ذو الكلاع الحميري), muncul dengan berjalan kaki, membawa pedang dan perisai, akan melawan. Tapi lalu berhenti dan kembali, karena dilarang oleh Dzul-Kala.
Dzul-Kala yang terkenal jago berkelahi itu, terlalu percaya diri bahwa akan mampu menaklukkan.
Mereka berdua berkelahi dengan tombak dan perisai. Perkelahian dilanjutkan dengan pedang. Pedang Dzul-Kala melukai dia; pedang dia melukai Dzul-Kala. 
Luar biasa, pedang lelaki tinggi besar itu, mematahkan pedang kuat, dan membelah perisai Dzul-Kala.
Dzul-Kala terkejut, karena luka di lengan kirinya sangat berat, dan darah yang menyembur telalu banyak. Dzul-Kala memacu kuda agar berlari cepat sekali. Musuh terbengong-bengong, karena dalam waktu cepat, Dzul-Kala telah bergabung pada kaum Muslimiin.

Pasukan Muslimiin terkejut saat melihat lengan kiri Dzul-Kala bersimbah darah. Di hadapan mereka, Dzul-Kala berkata, “Hai pahlawan-pahlawan Chimyar! Jika berperang jangan mengandalkan pedang yang kuat! Berserahlah pada Allah!.”
Orang-orang bertanya, “Kenapa begitu?.”
Dzul-Kala menjawab, “Saya tadi melarang hamba sahaya saya melawan dia, karena saya berpikir pedangnya hanya murahan. Saat itu saya berpikir saya jago berkelahi dan pedang saya sangat kuat. Ternyata saya justru menderita luka berat oleh serangan dia. Demi Allah, perang yang paling berat saya rasakan justru ini tadi.” 
Kaum Muslimiin mengobati luka, lalu mempersilahkan agar Dzul-Kala istirahat.
Dzul-Kala berteriak, “Hai pahlawan Chimyar! Jika pimpinan kalian kembali dalam keadaan luka! Apakah ada yang akan membalaskan?!.”
Seorang berkuda yang busananya disomba, bergerak cepat untuk membalaskan Dzul-Kala pimpinannya. Mulutnya diam tapi kudanya berlari kencang, membawa dia yang bergerak cepat, menusuk dada, hingga musuhnya gugur  untuk masuk neraka. 
Ketika dia mau turun dari kuda, untuk merampas yang dimiliki oleh mayat; sekelompok pasukan berkuda Romawi datang untuk menghalang-halangi.
Pedang lelaki itu bergerak cepat menebas-nebas ke arah mereka, hingga mereka ketakutan dan pergi. Dia mengambil yang dimiliki oleh mayat itu,untuk diserahkan pada Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah menyerahkan rampasan itu pada seorang. 
Lelaki itu memacu kuda menuju medan tempur lagi. Ketika seorang Romawi datang untuk menyerang, dia telah bersiap menangkis dan menebaskan pedang, hingga lawannya terkejut kesakitan. Bahkan roboh dan tewas.
Musuh yang datang selanjutnya lebih marah, dan serangannya ganas sekali. Namun juga tewas oleh tebasan pedangnya.
Musuh yang keempat yang berhasil membunuh lelaki Chimyar pasukan Dzul-Kala. Namun ketika dia turun dari kuda untuk mengambil yang dimiliki oleh korban; pangkal lengannya tertembus anak panah, membuat dia sakarat dan tewas.

Pasukan Romawi grogi dan mundur oleh serangan pasukan Muslimiin yang bertubi-tubi. Lelaki yang tewas oleh anak panah barusan, seorang bathriq kebanggaan mereka. Dia pula penguasa kota Nabulus (نابُلُس).  [4]
Mahan membentak agar pasukannya tidak mundur. Seorang raja dari kota Allan bernama Marius berbusana mewah dan berikat pinggang yang dihias jauhari, muncul dengan berkendaraan kuda. Dengan membusungkan dada, dia berkata, “Sayalah raja kota Allan! Pimpinan kalian agar berperang melawan saya!.”
Syurachbil bin Chasanah RA penulis Wahyu Rasulillah SAW, muncul membawa panji, berbaju perang dari besi, untuk mengabulkan tantangnnya.
Abu Ubaidah bertanya, “Siapa yang berkuda itu?.”  
Beberapa orang menjawab, “Syurachbil bin Chasanah.”
Abu Ubaidah perintah, “Suruhlah dia, agar menyerahkan panjinya pada seorang! Setelah itu baru berperang!.”









[1] Mengenai Zubair veteran Perang Yarmuk, Bukhari meriwayatkan: صحيح البخاري - (ج 12 / ص 371)
3678 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلزُّبَيْرِ يَوْمَ الْيَرْمُوكِ أَلَا تَشُدُّ فَنَشُدَّ مَعَكَ فَقَالَ إِنِّي إِنْ شَدَدْتُ كَذَبْتُمْ فَقَالُوا لَا نَفْعَلُ فَحَمَلَ عَلَيْهِمْ حَتَّى شَقَّ صُفُوفَهُمْ فَجَاوَزَهُمْ وَمَا مَعَهُ أَحَدٌ ثُمَّ رَجَعَ مُقْبِلًا فَأَخَذُوا بِلِجَامِهِ فَضَرَبُوهُ ضَرْبَتَيْنِ عَلَى عَاتِقِهِ بَيْنَهُمَا ضَرْبَةٌ ضُرِبَهَا يَوْمَ بَدْرٍ قَالَ عُرْوَةُ كُنْتُ أُدْخِلُ أَصَابِعِي فِي تِلْكَ الضَّرَبَاتِ أَلْعَبُ وَأَنَا صَغِيرٌ قَالَ عُرْوَةُ وَكَانَ مَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ يَوْمَئِذٍ وَهُوَ ابْنُ عَشْرِ سِنِينَ فَحَمَلَهُ عَلَى فَرَسٍ وَوَكَّلَ بِهِ رَجُلًا
Arti (selain isnad)nya: Sesungguhnya di dalam Perang Yarmuk, para sahabat Rasulillah SAW, berkata pada Zubair, “Maukah kau menyerbu, agar kami juga menyerbu bersamamu?.”
Dia menjawab, “Sungguh kalau saya telah menyerbu (mereka), kalian bohong?.”
Mereka menjawab, “Kami takkan bohong.”
Zubair menyerbu mereka (bertubi-tubi) hingga membelah lalu memotong barisan mereka, namun taak seorang pun mengikuti dia. Lalu dia kembali lagi. Tali-kendali (kuda)nya dipegang, untuk dipukul pundaknya, dua kali (dengan pedang). Di tengah dua pukulan itu, bekas pukulan pedang, pada zaman Perang Badar.
Urwah berkata, “Ketika saya dulu masih kecil, pernah memasukkan jari-jari di dalam tiga bekas luka tusukan pedang itu, untuk bermain-main.”
Urwah berkata, “Saat Perang Yarmuk, Zubair membawa Abdullah bin Az-Zubair yang umurnya 10 tahun, dengan kendaraan kuda. Di dalam perang itu beliau menyerahkan Abdullah bin Az-Zubair agar dijaga oleh seorang lelaki.”

[2] Allah menjelaskan: وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ [الأنفال/16].

[3] Allah menjelaskan: إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ [التوبة/111].
[4] Dalam kamus Al-Muhith, dijelaskan, “Di dekat kota ini Nabi Uzair AS dikubur” : القاموس المحيط - (ج 1 / ص 471)
عَوْرتَا: د قُرْبَ نابُلُسَ، قيلَ: بها قَبْرُ سَبْعين نبيّاً، منهم: عُزَيرٌ ويُوشَعُ .
Baca: Aurata qurba Nabulusa. Qiila bihaa qabru sab’iina nabiyyan. Minhum Uzairu wa Yuusya’u.
Artinya: Kota Aurata ‘dekat kota Nabulus’. Ada yang menjelaskan, “Di dekat kota itu ada pemakaman 70 nabi AS. Di antara mereka ada yang bernama Uzair dan Yusya (bin Nun) AS.”

2015/05/28

PS 127: Pembebasan Syam






Ketika kaum Al-Azdi dan Daus mengamuk, pasukan Romawi kewalahan, sehingga terpaksa mundur kebelakang.
Pasukan Romawi yang jumlahnya jauh lebih banyak, ganti menyerang dengan garang. Pasukan Muslimiin terdesak lalu lari, kecuali Iyadh bin Ghanam Al-Asy’ari (عياض بن غنم الأشعري) pembawa panji. Sejumlah Muslimiin berteriak, “Hai! Jika para pembawa panji berlari! Pasukan kita bisa lari semua!.”

Amer bin Al-Ash (عمرو بن العاص) dan Khalid berlari cepat sekali. Namun Amer duluan merebut panji, dibawa maju menyerang dengan garang, bersama sejumlah pasukan. Pasukan Romawi terdesak mundur ke belakang.

Perang terberat bagi pasukan Muslimiin, pada hari ketiga. Mereka terdesak mundur dan berlari terbirit-birit, hingga tiga kali. Beruntung sekali para wanita Muslimaat berhasil memberi semangat. Kuda-kuda pasukan yang lari ke belakang, disambut dengan pukulan kayu dan lemparan batu. Sejumlah Muslimaat lainnya mengangkat anak-anak kecil sambil berteriak, “Belalah anak dan istri kalian ini!.”

Pasukan Muslimiin kembali lagi memacu kuda untuk menyerang. Perang berkecamuk dengan sengit hingga malam makin kelam. Banyak yang bermandi darahnya sendiri; banyak pula yang tewas.
Dua kubu kembali ke barak mereka masing-masing, meninggalkan mayat berserakan. Kebanyakan mayat-mayat itu, pasukan Romawi.
Pasukan Muslimiin, sama menderita luka parah oleh panah. 
Di malam yang telah larut itu, pasukan Romawi tidur dengan menyanding pedang di atas kepala, di dalam tenda-tenda.

Di malam itu, pasukan Muslimiin mengamalkan shalat, lalu mengobati luka. Setelah shalat, Abu Ubaidah nasehat, “Hai semuanya! Kalau kalian kesakitan! Tunggulah Pertolongan Tuhan selanjutnya! Nyalakan obor-obor kalian untuk ronda! Sambil membaca tahlil dan takbir.”

Abu Ubaidah bersama Khalid berdiri, sambil memeriksa yang menderita luka berat. Mereka berdua berkata, “Saudara sekalian! Mereka juga luka seperti kalian! Tetapi kalian mempunyai harapan baik; tidak seperti mereka!.”
Pasukan Muslimiin tidur pulas; Abu Ubaidah dan Khalid berjaga dengan sabar.

Arak-arakan panjang sekali, dipimpin oleh Raja Mahan. Sejumlah bathriq berkumpul di hadapannya, untuk mendengarkan pengarahannya, “Sungguh saya telah tahu bahwa akhirnya pasti akan begini! Kalian telah terbukti takut menghadapi serangan kaum Arab yang lemah itu?.”
Para bathriq berjanji, “Besok pagi kami akan menyerang mereka! Kita masih mempunyai cadangan pasukan berkuda yang sangat tangguh dan pemberani! Yang belum serius di dalam berperang! Besok kami akan perintah, agar mereka mengamuk, untuk menyelesaikan peperangan ini!.”
Mahan berkata, “Kalau begitu siapkan serangan yang besok! Dengan lebih serius lagi!.”

Malam itu pasukan Romawi banyak sekali yang tidak pulang ke barak ‘karena tewas’. Membuat mereka yang masih hidup, takut menghadapi pasukan Muslimiin, hari berikutnya.

Keyakinan pasukan Muslimiin ‘akan menang’ saat itu, justru berkembang menguat. Karena menyaksikan jumlah musuh yang tewas jauh lebih banyak. Bahkan di dalam Al-Qur’an yang mereka kaji juga dijelaskan ‘akan menang’.

Setelah Abu Ubaidah shalat khauf, tiba-tiba tampak beberapa Salib dan beberapa panji berkibar-kibar. Di belakang para pembawa Salib dan panji itu, arak-arakan pasukan. Mereka berdatangan untuk segera menyerang. 
Seluruh pasukan Muslimiin dibaris untuk disiapkan.

Singgasana Mahan dipasang lagi di atas gunung seperti hari kemarin. Agar bisa melihat pasukannya, bertempur melawan pasukan Muslimiin.

Seluruh pimpinan pasukan Muslimiin memanggil barisan, untuk bersiap menghadapi serangan. Mereka bergegas mengambil senjata dan mengendarai kuda, untuk berkumpul. Seluruh pimpinan memberi pengarahan agar pasukannya ‘berperang dengan gigih’ dan tabah. “Allah akan menolong kita,” terang mereka.

Abu Ubaidah maju ke depan, menjelaskan Keutamaan Berjihad dan Janji Allah, untuk mereka yang ‘berjihad dengan tabah’. Dia menugaskan, agar Amer bin Said bin Abdillah memimpin beberapa orang ‘untuk menjaga’ harta, anak-anak, dan wanita.
Lalu menunjuk 500 pasukan pemanah, agar bertempat di sayap kanan; 500 pasukan pemanah yang lain, agar di sayap kiri; 500 pasukan panah lagi, agar di bagian tengah.
Abu Ubaidah berpesan, “Hai pasukan berpanah! Jangan meninggalkan tempat kalian! Tugas kalian mengujani panah pada pasukan yang mendesak pasukan kita! Memanahnya harus serempak seperti satu gerakan! Kalau kalian diserang! Tidak boleh lari! Sebelum saya perintah!.”

Abu Sufyan mendekati putranya bernama Yazid pembawa panji, yang sedang dikerumuni pasukannya, dan akan segera melancarkan serangan.
Abu Sufyan berkata, “Hai Nak, jika kau berbuat baik, Allah akan berbuat baik padamu. Bertaqwa dan semangatlah yang maksimal! Tolonglah Agama Allah! Dan jangan menggerutu atas derita dan kesulitan yang menimpa, karena yang terjadi adalah qadar yang telah tertulis. Contohlah para Rasul Ulul-Azmi  yang ketabahan mereka luar biasa! Jangan sampai Allah melihat kau berlari dari perang, karena bisa berakibat mendapat Murka Allah.”
Yazid menjawab, “Saya akan berjihad dengan tabah, dan berdoa semoga Allah menolong.”
Lalu mengibarkan panji dan berteriak, “Ayo mereka kita serbu!.”
Yazid dan pasukannya memacu kuda dan menyerbu, hingga pasukan Romawi morat-marit dan berserakan. Serangan yang ditujukan pada bagian tengah pasukan lawan, semakin menggila, hingga yang tewas semakin banyak.

Batriq Romawi membawa tombak dan Salib emas, marah dan maju untuk mengamuk. Arak-arakan pasukan berkuda yang dia bawa berjumlah sekitar 10.000 orang, ‘mengamuk’. Hingga Amer bin Al-Ash dan pasukannya yang sedkit, mundur dan berlari kebelakang. Mereka terus mengamuk menggila hingga masuk ke pertengahan pasukan Muslimiin dengan titik sasaran Amer dan pasukannya.
Amer dan pasukannya surut ke belakang, karena serangan terlalu ganas.

Ketika pasukan Muslimiin bergerak maju untuk membalas menyerang; ternyata bala-bantuan Romawi yang berdatangan dengan marah dan mengamuk, ‘sangat banyak’. Pasukan Muslimiin mundur ke belakang dan menaiki kaki gunung; tempat para wanita Muslimaat dan anak-anak.

Seorang Muslimah berteriak, “Mana penolong agama?! Mana pejuang Muslimiin?!.”
Zubair sedang duduk untuk mengobati matanya yang sakit, di sisi istrinya bernama Asma bintu Abi Bakr. Dia terkejut saat mendengar teriakan wanita, “Mana penolong agama?! Mana pejuang Muslimiin?!.”  
Dia bertanya pada Asma, “Siapa yang berteriak ini?.”
Asma menjawab, “Afrah bintu Utsman! Pasukan sayap kanan kita, telah terdesak ke belakang, hingga kemari. Dia berteriak ‘agar para pembela’ agama peduli.”
Zubair berkata, “Saya pembela Agama Allah! Saya tak mau dilihat oleh Allah ‘hanya duduk!’ Padahal Agama Allah sedang gawat seperti ini.”
Dia melemparkan kain lalu bergerak cepat mengendrai kuda, dan mengayunkan tombaknya. Dan berkata, “Sayalah Zubair bin Al-Awwam putra bibi Rasulillah SAW!.” [2]










[2] Sepenggal kisah saat Bibi Rasulillah SAW bernama Shofiyyah ikut perang Khoibar:
Gugurnya saudara Marchab bernama Yasir, menarik bagi para sejarahwan. Dia ahli bermain pedang. Dia marah setelah saudaranya meninggal bermandi darah.
Dia berkata, “Siapa berani melawan saya?.”
Menurut Hisyam, “Kakek saya bernama Az-Zubair bin Al-Awwam mengabulkan tantangannya.”
Ibu Az-Zubair bin Al-Awwam bernama Shofiyyah ketakutan dan berkata, “Dia akan membunuh anakku ya Rasulallah SAW.”
Nabi menghibur, “Justru anakmu yang akan membunuh dia in syaa Allah.”
Tak lama kemudian Az-Zubair bin Al-Awwam telah berhadapan dengannya. Dan dalam beberapa jurus, Yasir tewas, menyusul saudaranya ke alam baka.
Jika Az-Zubair ditanya, “Demi Allah apakah pedangmu sebelum kau gunakan menyerang Yasir telah patah?.”
Dia menjawab, “Demi Allah, sebetulnya tadinya belum patah, tetapi saya paksakan untuk membunuhnya hingga akhirnya patah.”