SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2016/12/30

PS 191: Pembebasan Syam





Sahabat Thalchah bernama Musailamah yang mengaku nabi, dan pasukannya, tewas dalam peperangan itu. 
Al-Aswad Al-Absi yang mengaku nabi juga tewas, bersama pasukannya, oleh pasukan Khalid yang sangat kuat.
Thalchah kabur bersama istrinya menuju Syam, untuk minta perlindungan pada lelaki dari keturunan Kaleb. Lelaki itu mengabulkan permohonan dan mempersilahkan
Dia dan istrinya menginap di rumahnya. Beberapa hari setelah itu Thalchah ditanya tentang kenapa kabur dan ketakutan?
Setelah Thalchah menjelaskan dirinya mengaku sebagai nabi hingga diperangi oleh Khalid dan pasukannya
, lelaki itu marah dan mengusir, “Pergi! Saya tak sudi melindungi kau di sini!.”

Thalchah dan istrinya pergi ke Syam dan bertobat pada Allah.
Ketika berita Abu Bakr
Wafat sampai padanya, dia berkata, “Lelaki yang menegakkan jihad itu telah wafat. Siapakah yang menggantikan dia?.” 
Beberapa orang menjawab, “Umar!.”
Thalchah terkejut dan berkata, “Dia sangat tegas dan ganas.”
Dan takut menghadap Umar untuk menyatakan telah bertobat. Rasa takut bertemu Khalid yang terlalu ganas
, juga selalu menghantui dirinya. Dia takut Khalid tahu bahwa dirinya tinggal di Syam.

Thalchah berpinah ke Qaisariyah (Caesarea) untuk bersembunyi di suatu Jazirah. Ketika arak-arakan pasukan Filasthin datang, dia berkata, “Saya akan menyelinap pada pasukan ini
, untuk berupaya menebus dosa, dan mendekat pada Allah, dan pada Muslimiin.” 

Ketika Syurachbil hampir disembelih oleh Bathriq Qidamun, Thalchah memacu kuda secepat-cepatnya
, untuk menyerang Bathriq tersebut. Ternyata Syurachbil bergerak cepat untuk meloloskan diri dari tindihan yang merenggang. Thalchah mengayunkan pedang sekuat tenaga, hingga leher Bathriq Qidamun putus dan darahnya tumpah, terguyur air hujan.

Ketika Amer bin Al-Ash menyatakan, “Semoga tobatmu diterima oleh Allah tangisan Thalchah meledak lagi karena suka-cita.
Dengan mata berlinang Thalchah berkata, “Tapi saya takut Khalid, ya Amer. Dia akan membunuh saya.”
Dengan berwibawa namun sejuk, Amer berkata, “Saya akan melakukan sesuatu, agar kau selamat di dunia dan akhirat.” Lagi-lagi airmata Thalchah meleleh karena terhibur. Lalu bibirnya melafalkan, “Apa yang kau maksud?.”
Amer berkata, “Saya akan menulis surat untuk Umar, mengenai jasa dan kebaikanmu, dan bahwa pasukan Muslimiin telah menyaksikan hal itu. Antarkanlah surat itu nanti, pada Umar bin Al-Khatthab RA. Katakan pada beliau ‘saya benar-benar telah bertobat!Pasti dia akan menerimamu, in syaa Allah. Saya yakin beliau akan mengutus, agar kau bergabung pada pasukan Muslimiin di medan perang, agar dosamu yang telah kau lakukan terhapus.”

Thalchah mengirup nafas panjang dan merasa lega. Dan berkata, “Saya akan segera mengantar surat yang kau maksud pada Umar RA.” 

Amer menulis surat untuk Umar RA. Surat diberikan pada Thalchah yang segera membawanya menuju Madinah
, untuk diberikan pada Umar RA. 

Di Madinah, tidak ada Umar RA
, karena sedang pergi ke Makkah. Thalchah menyusul dan menjumpai beliau, sedang menggelayut pada selambu Ka’bah. Thalchah menirukan menggelayut dan berkata, “Ya Amiral Mukminiin, saya telah bertobat pada Allah azza wajalla.” 
Umar bertanya, “Siapa kau?.” 
Dia menjawab, “Saya Thalchah bin Khuwailid.” 
Umar terkejut lalu mengindar dan berlari cepat sambil berkata, “Saya akan celaka jika memaafkanmu. Saya akan berkata apa besok disisi Allah azza wajalla. Karena kaulah yang telah membunuh Ukasyah bin Michshan Al-Asadi.”
Thalchah menangis dan mengejar, sambil berdoa, “Ya Amiral Mukminiin, Ukasyah gugur karena seranganku, hingga Allah memuliakan dia, dan saya jadi celaka. Saya telah beramal baik karena berharap Allah mengampuni saya.”
Umar iba melihat Thalchah menangis. Lalu bertanya, “Amalan baik apa yang telah kau lakukan?.”
Thalchah memberikan surat Amer pada Umar RA yang segera membuka dan membacanya. 
Wajah Umar menjadi cerah setelah memahami isinya. Perkataan Umar, “Berbahagialah! Sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang,” membuat dia bahagia.
Umar perintah, “Kau di sini saja, hingga saya pulang ke Madinah!.

Beberapa hari kemudian Thalchah pergi ke Madinah
, mengikuti Umar RA. 
Di Madinah, Umar perintah agar Thalchah pergi ke medan perang di Persia.



PS 190: Pembebasan Syam



Setelah perintah agar putranya bernama Filasthin pergi ke Qaisariyah (Caesarea), Hiraqla perintah agar seorang bathriq agung bernama Qidamun (قيدمون) mendampingi. Qidamun termasuk tokoh Romawi yang firasatnya selalu tepat. Ada yang bilang, “Dia paman Filasthin dari jalur ibu, veteran Perang Persia, Turki dan Jaramiqah, yang menguasai berbagai bahasa.”
                          
Dengan busana dan perhiasan gemerlapan, 
Qidamun tingggi besar muncul, menantang berperang. 
Beberapa pasukan Muslimiin bergerak untuk mengabulkan tantangannya. Mereka membaca, Laa Ilaaha illaa Allah” bersaut-sautan. 

Pengepung
 Qidamun mendengar Amer berteriak, “Pahala Allah jauh lebih baik, daripada busana dan perhiasan yang dia kenakan. Yang memerangi dia, jangan hanya karena ingin rampasan! Saya pernah mendengar Rasulallah SAW bersabda ‘Barang siapa hijrahnya menuju Allah dan RasulNya, maka akan sampai pada Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrahnya karena dunia maka akan mendapatkan dunia. Kalau bertujuan mendapatkan wanita, maka akan menikahi wanita. Orang akan sampai pada tujuannya’.” 

Seorang pemuda dari Yaman maju, untuk 
melayani tantangan Qidamun. Dialah lelaki yang datang ke Syam, bersama ibu dan sudara perempuannya.
Saudara perempuan berkata, “Hai Putra Ibu! Ayo perjalanan ini kita percepat! Agar kita segera menikmati rizqi di Syam!.”
Dia menjawab, “Saya datang kemari, mencari Ridho Allah azza wajalla. Saya pernah mendengar Muadz bin Jabal berkata ‘sungguh kaum Syuhada, mendapat rizqi di sisi Tuhan’.”
Saudara perempuan membantah, “Bagaimana mungkin, mayat-mayat mendapat rizqi?.”
Dia menjawab, “Muadz berkata ‘sungguh Allah Taala memasukkan ruh para Syuhada, di dalam tubuh burung-burung surga. Menikmati buah-buahan dan air surga. Itulah Rizqi Allah untuk mereka’.”

Pada ibu dan saudara perempuannya, dia berpamitan, “Saya akan menghadap Allah, dengan jalan berperang membela AgamaNya. Saya akan menunggu kalian berdua di telaga Rasulillah SAW.”
Ibu dan saudara perempuan menangis. Air mata membasahi pipi.

Dengan berdebar, lelaki itu bergerak melangkahkan kaki, pergi ke medan perang. 
Ibu dan sudaranya ditinggalkan dalam keadaan menangis dan berdoa.
Air mata mereka berdua, tumpah semakin banyak, ketika pemuda itu memacu kuda dengan memegang tombak. 

Pemuda itulah yang menusuk dengan tombak ke dada Bathriq Qidamun. Dia kesulitan melepaskan tombak yang menancap. Dan terkejut oleh tebasan pedang Qidamun yang tahu-tahu mematahkan tombaknya. Bahkan lalu bergerak cepat membelah kepalanya. 
Atas Rahmat Allah, pemuda itu gugur dengan kepala terbelah.

Qidamun menginjak mayat dan menantang berkelahi, pada lainnya. 
Ibnu Qutsam datang untuk melawan. Tetapi pedang Qidamun menebas hingga dia gugur sebagai Syuhada kedua.
Qidamun membusungkan dada, semakin sombong.

Syurachbil memaki dirinya sendiri, “Kenapa kau membiarkan penjahat itu membunuh dua orang Muslimiin?” Lalu keluar dari barisan. Menyerang dengan membawa panji pemberian Abu Bakr Asshiddiq RA. 
Amer menegur, “Hai Hamba Allah! Tancapkan panjimu di tanah! Agar tidak mengganggu berperang!.”
Syurachbil menancapkan panji panjang ke celah bebatuan. Dia yakin bahwa dirinya akan mampu manaklukkan lawan, karena Pertolongan Tuhan.

Ketika 
Syurachbil berlari dengan kuda, mendekati Qidamun yang juga berkuda, pasukan Muslimiin berdoa agar Syurachbil menang.
Qidamun laknat berperawakan tinggi besar, menertawakan dia yang lebih kecil dan kerempeng, yang rajin berpuasa dan shalat malam.

Pedang dan perisai mereka berdua berbenturan dan berdenting. 
Pedang Syurachbil berkali-kali memukul, tetapi tak melukai kulit dia yang dilindungi dengan baju perang. Dan tak mampu membelah helm perangnya. Bahkan Syurachbil terkejut, oleh sambaran pedang yang menggores kulit. Meskipun telah menghindar cepat. 

Di atas kuda, mereka berdua berkelahi semakin seru.
Hujan deras mengguyur bumi. Tempat berperang makin becek, hingga mereka berdua turun dari kuda, dan bergulat di lumpur.
Syurachbil dipukul hingga masuk ke dalam lumpur, dan diangkat untuk dilemparkan. Dadanya diduduki. Tangan Qidamun bergerak mengambil belati, untuk menyembelih Syurachbil yang hatinya berdebar hinggaberdoa, “Ya Penolong kaum Pemohon pertolongan!.”
Sebelum doa yang dia baca selesai, muncul lelaki berkuda dari pasukan Romawi. 
Qidamun terkejut senang, dan menyangka lelaki berkuda itu akan menyerahkan kuda dan akan menolong dirinya. 
Qidamun bergerak, tak sadar bahwa Syurachbil di bawahnya tahu-tahu lolos dan bangkit. 

Lelaki itu menghunus dan mengayunkan pedang sekuat tenaga, hingga leher putus, dan darah Qidamun tumpah.
Pada Syurachbil, lelaki itu perintah, “Ya Abdallah! Rampaslah yang dia miliki!” 
Syurachbil bertanya, “Demi Allah, menurutku tak ada yang lebih menakjubkan dari pada ini. Kenapa kau muncul dari pasukan Romawi?.”
Syurachbil terperangah oleh jawabannya, “Saya orang keparat yang dibenci oleh kaum Muslimiin. Nama saya Thalchah bin Khuwailid (طلحة بن خويلد) yang pernah mengaku sebagai nabi setelah Rasulallah SAW. Yang pernah berdusta dengan mengatas namakan Allah. Yang pernah mengaku mendapatkan Wahuyu dari langit.”

Syurachbil berkata, “Saudara! Sungguh Rahmat Allah dekat pada kaum Ihsan. Sungguh RahmatNya memuat segala sesuatu. Barang siapa bertobat, pasti Allah menerima tobat dan mengampuni. Nabi juga bersabda ‘tobat melebur dosa sebelumnya’. Tak tahukah kau bahwa:
Ketika Allah menurunkan Firmanوَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍDan RahmatKu memuat segala sesuatu, [1] segala sesuatu hingga Iblis pun, berharap mendapatkan Rahmat. Ketika Allah menurunkan Firman ‘فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ’, Maka Rahmat itu akan Aku pastikan untuk kaum yang bertaqwa dan menunaikan zakat, [2] kaum Yahudi berkata ‘kami bertaqwa dan menunaikan zakat’. Ketika Allah menurunkan Firman ‘وَالَّذِينَ هُمْ بِآَيَاتِنَا يُؤْمِنُونَDan kaum yang beriman pada Ayat-Ayat Kami, [3] kaum Yahudi berkata ‘kami beriman pada yang Allah turunkan di dalam Shuchuf dan Taurat’. Allah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Firman itu, Umat Muhammad SAW secara khusus: ‘الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَYaitu kaum yang mengikuti Rasul Nabi Ummi yang mereka jumpai, tertulis di sisi mereka, di dalam Taurat dan Injil. Yang:
1.     Perintah agar mereka melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
2.     Menghalalkan kebaikan-kebaikan pada mereka.
3.     Mengharamkan kejelekan-kejelekan.
4.     Dan membebaskan dosa dan belenggu yang telah membelenggu mereka. Kaum yang telah beriman padanya, dan mengikuti Nur yang diturunkan bersamanya, mereka kaum Beruntung.” [4]

Air mata Thalchah berderai, karena terharu oleh penjelasan Surachbil. Tetapi lalu berkata, “Tidak! Saya sudah malu jika memasuki agama Islam lagi!.” 
Kakinya diayunkan untuk berlari. Tetapi Suhrachbil menahan dia dan berkata, “Thalchah! Saya takkan membiarkan kau! Kau harus bergabung dengan pasukanku!.”
Thalchah berkata, “Terus terang saya takut dimarahi dan dibunuh oleh Khalid bin Al-Walid yang pendek itu.”
Syurachbil menghibur, “Sudahlah! Beliau tidak ada di dalam pasukan kami. Yang memimpin pasukan ini, Amer bin Al-Ash.”
Thalchah mengikuti Syurachbil, bergabung pada pasukan Muslimiiin. 

Dengan bahagia, 
Syurachbil disambut, “Hai Syurachbil! Siapa yang telah menolong kau ini?” oleh pasukan Muslimiin.
Thalchah sengaja menutupi wajahnya dengan sebagian kain surbannya.
Lalu menjawab, “Inilah Thalchah bin Khuwailid yang pernah mengaku sebagai nabi.” 
Mereka berkata, “Apa telah bertobat pada Allah?.”
Thalchah berkata, “Saya telah bertobat pada Allah.” 

Syurachbil membawa Thalchah menuju Amer bin Al-Ash.
Pada Amer, Thalchah mengucapkan, “Assalamu alaikum, selamat beremu lagi.”






[1]  وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ [الأعراف/156].
[2]  فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ [الأعراف/156].
[3]  وَالَّذِينَ هُمْ بِآَيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ [الأعراف/156].
[4] الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [الأعراف/157].

2016/12/22

PS 189: Pembebasan Syam


Image result for ‫جيوش الروم‬‎


Filasthin dinaungi Salib oleh seorang berkuda, memacu kuda kedepan
, melihat Amer yang membuat tiga barisan pasukannya merapat bersatu. Sebelah kanan terdiri dari para sahabat nabi SAW, di bawah pimpinan Syurachbil bin Chasanah penulis Wahyu Rasulillah SAW. Sebelah kiri di bawah pimpinan Shabub bin Jabalah Allaitsi yang sangat lihai berkuda. 

Tiba-tiba seorang berkuda dari Romawi muncul
, berbusana sutra dibaj gemerlapan. Pembawa perisai itu membawa tombak panjang, berkalung Salib emas. Dia memacu kudanya ke depan, lalu menancapkan tombaknya di tanah, dan memasang anak panah pada busurnya. Anak panah yang dibidikkan melesat dan melukai lelaki Arab. Bidikan panah kedua menembus dan menggugurkan lelaki Arab lainnya. 

Amer terkejut saat menyaksikan dua pasukannya luka dan gugur. Lalu berteriak, “Hai! Lihatlah orang laknat itu telah memanah dua saudara kita! Balas!.”
Lelaki dari Tsaqif berbusana perang sederhana, muncul untuk membela dua kawannya. Dia yang tak membawa perisai itu diyakini akan menjadi sasaran ketiga, oleh lelaki Romawi laknat itu.
Lelaki Romawi meluncurkan anak panah yang segera melesat dan menancap, pada baju perang pelindung dada, lelaki dari Tsaqif itu.
Lelaki Romawi yang terkenal ahli memanah itu terkejut dan berang, ketika melihat anak panah yang ketiga, tak mampu membunuh musuh. Karena kebanyakan orang yang dipanah, pasti tewas. Bahkan dia semakin terkejut, ketika tahu-tahu lehernya terasa perih dan terasa seakan-akan tenggelam di lautan air mendidih, dan tak mampu bernafas. Dia tewas oleh anak panah lawan yang kecepatan luncurnya di luar batas. Menembus leher dan menumpahkan darah merah. Dia tewas.

Lelaki dari Tsaqif mendekati untuk mengambil kuda dan helm perang
, milik mayat tersebut. Mayat ditarik sehingga pasukan Muslimiin terutama pamannya, menyambut dengan berbahagia, atas kemenangannya. Mayat itu diserahkan pada Amer.

Pasukan Romawi terkejut
, karena tokoh besar mereka tewas. Dengan sedih, mereka menunjukkan jari ke langit, dan berkata, “Penolong mereka, malaikat dari langit.” 
Pada seorang bahriq, Filasthin marah dan berteriak, “Balas dan belalah agama kalian!”

Seorang bathriq berbusana sutra dibaj hijau, berkalung Salib emas, muncul. Diikuti oleh pelayannya. Setelah mendekat, menantang berkelahi. Tantangannya diabaikan oleh kaum Musimiin.

Image result for sutra dibaj hijau
Amer berteriak, “Siapa berani melawan dia dengan niat menyerahkan diri pada Allah?!.”
Seorang lelaki berkata, “Saya yang akan menghadapi dia.”
Amer berdoa, “Semoga Allah memberi kau Barakah!.”
Lelaki Muslim itu bergerak cepat, melancarkan serangan atas lawan, yang segera menangkis dan menyerang dengan garang. Pedang sang bathrik ditebaskan atas lelaki Muslim, yang menangkis, “Crok!” dengan perisai kulit yang langsung terbelah.
Lelaki Muslim menebaskan pedangnya, “Trang!” Helm perang sang bathriq terbelah menjadi dua. Sang bathriq mundur menghindari tebasan berikutnya. Lalu menebaskan pedangnya. Yang diserang bathriq, hanya tergores dan mengucurkan darah, karena menghindar.
Dia kesakitan dan mundur, lalu ditegur, “Kalau betul menyerahkan diri pada Allah tentunya tidak mundur dari musuhnya.” 
Dia mengumpat, “Kurang ajar! Kau akan saya balas!.” Tetapi langkahnya terhenti oleh perintah, “Pakailah helm perang dan perisai ini! Lalu maju!.” 
Dia menjawab, “Keyakinan saya pada Kekuatan Allah, jauh lebih besar, daripada pada helm perang.” Lalu bergerak cepat ke arah sang bathriq, sambil membaca syair:

Untuknya, Pasukan Muslimiin berdoa, Ya Allah, berilah yang dia harapkan.”
Lelaki itu menyerang cepat, dengan tusukan pedang yang menembus lengan, hingga sang bathriq tewas. 
Lalu loncat dan mengamuk hingga beberapa lawan tewas, oleh tebasan pedangnya. Tetapi serangan dari banyak lawan, dari berbagai penjuru, membuat dia gugur

Amer berkata, “Dia telah menukarkan dirinya dengan surga dari Allah. ‘Ya Allah, berilah yang dia minta’.”



Seri sebelumnya, klik di sini