SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2012/01/30

BI 1: Bedah Ibnu Katsir





Sungguh kau tak mampu menunjukkan (memberi Hidayah) orang yang kau cintai. Tetapi sungguh Allah yang menunjukkan orang yang Dia kehendaki. Dia lebih tahu kaum yang mendapat Hidayah. (إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [القصص/56]).

Beberapa orang bertanya, “Bagaimana ‘Kisah Abu Thalib paman Rasulillah SAW yang disinggung di dalam Ayat di atas?.” 

Kitab-kitab yang membahas secara lengkap mengenai Abu Thalib adalah: Al-Kamil, Al-Bidayah wa Annihayah karya Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qurthubi, dan masih banyak lagi.
Ibnu Katsir juga menulis banyak tentang Ayat 56 dari surat Al-Qashash di atas. di dalam Tafsirnya: تفسير ابن كثير - (ج 6 / ص 246)

يقول تعالى لرسوله، صلوات الله وسلامه عليه: إنك يا محمد { إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ } أي: ليس إليك ذلك، إنما عليك البلاغ، والله يهدي من يشاء، وله الحكمة البالغة والحجة الدامغة، كما قال تعالى: { لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ} [ البقرة : 272 ]، وقال: { وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ } [ يوسف : وهذه الآية أخص من هذا كله؛ فإنه قال: { إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ } أي: هو أعلم بِمَنْ يستحق الهداية بِمَنْ يستحق الغِوَاية، وقد ثبت في الصحيحين أنها نزلت في أبي طالب عَمّ رسول الله صلى الله عليه وسلم، وقد كان يَحوطُه وينصره، ويقوم في صفه ويحبه حبًّا [شديدا] طبعيًّا لا شرعيًّا، فلما حضرته الوفاة وحان أجله، دعاه رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى الإيمان والدخول في الإسلام، فسبق القدر فيه، واختطف من يده، فاستمر على ما كان عليه من الكفر، ولله الحكمة  التامة قال الزهري: حدثني سعيد بن المسَيَّب، عن أبيه -وهو المسيب بن حَزْن المخزومي، رضي الله عنه -قاللَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي طَالِبٍ يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيَعُودَانِ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِيهِ { مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى } [ التوبة : 113 ] ، وأنزل في أبي طالب: { إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ أخرجاه من حديث الزهري  وهكذا رواه مسلم في صحيحه، والترمذي، من حديث يزيد بن كَيْسَان، عن أبي حازم، عن أبي هُرَيْرَةَ قال: لما حَضَرَتْ وفاةُ أبي طالب أتاه رسولُ الله صلى الله عليه وسلم فقال: "يا عماه، قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ لَوْلَا أَنْ تُعَيِّرَنِي قُرَيْشٌ يَقُولُونَ إِنَّمَا حَمَلَهُ عَلَى ذَلِكَ الْجَزَعُ لَأَقْرَرْتُ بِهَا عَيْنَكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ  { إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ } . وقال الترمذي: حسن غريب ، لا نعرفه إلا من حديث يزيد بن كيسان ورواه الإمام أحمد، عن يحيى بن سعيد القَطَّان، عن يزيد بن كيسان، حدثني أبو حازم، عن أبي هريرة، فذكره بنحوه

Artinya:
Yang Maha Tinggi berfirman, “Sungguh kau ya Muhammad, takkan mampu menunjukkan orang yang telah kau cintai” pada RasulNya SSA. [1] Maksudnya memberi petunjuk (Hidayah) bukan hakmu. Sungguh kewajibanmu, menyampaikan. Allah yang menunjukkan orang yang Dia kehendaki. Hikmah besar dan hujah paten, hak khusus Allah. Kedudukan Firman ini seperti yang Allah firmankan:
1.     ‘Petunjuk mereka bukan urusanmu, tetapi Allah yang menunjukkan orang yang Dia kehendaki’. [Qs Al-Baqarah 272].
2.     ‘Kebanyakan manusia tidak beriman, walau kau menginginkan’. [Qs Yusuf 103].

Namun Ayat 56 dari Surat Al-Qashash (إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ) ini, pembahasannya lebih khusus dari dua Ayat kelanjutannya. Maksud Ayat itu: Allah lebih tahu orang yang berhak mendapat Hidayah, dan mengenai orang yang berhak mendapatkan kesesatan.

Telah ditegaskan di dalam dua kitab shahih (Bukhari dan Muslim), bahwa Ayat di atas diturunkan berkenaan Abu Thalib paman Rasulillah SAW, yang tadinya mengayomi, menopang, mengistimewakan, bahkan mencintai padanya SAW. Dengan cinta yang besar secara tabiat, bukan secara syar’i.

Ketika kematian menghampiri dan ajal telah tiba, Abu Thalib diajak oleh Rasulullah SAW, agar beriman dan masuk Islam. Namun qodar telah duluan menghanyutkan dia, dan Hidayah lepas dari tangannya. Beliaupun menetapi kekufuran yang telah ditetapi sebelumnya. Hikmah yang sempurna hak mutlak Allah.

Azzuhri mendapatkan pelajaran Hadits dari Said bin Al-Musayyab, dari ayahnya bernama Al-Musayyab RA:
“Ketika kematian telah menghadiri; Abu Thalib dihadiri oleh Rasulullah SAW.
Ternyata di sana beliau SAW menjumpai Abu Jahl dan Abdullah bin Umayah bin Al-Mughirah. Rasulullah SAW bersabda ‘hai paman’, katakan ‘laa Ilaaha illaa Allah’; kalimat yang akan saya pergunakan sebagai Persaksian untukmu ‘di sisi Allah’.
Abu Jahl dan Abdullah bin Umayah berkata ‘hai Abu Thalib, masyak kau benci terhadap agama Abdul-Muthallib?’.
Rasulullah SAW pun tak henti-henti menganjurkan pada Abu Thalib, agar membaca ‘laa Ilaaha illaa Allah’.
Mereka berdua juga mengulangi pertanyaan itu padanya. Hingga di akhir perkataannya, Abu Thalib menyatakan, menetapi agama Abdul-Muthallib, dan enggan mengatakan ‘laa Ilaaha illaa Allah’.
Rasulullah SAW bersabda ‘ingat, niscaya saya benar-benar akan memintakan ampunan untukmu, selama saya tidak dilarang melakukan’. 
Allah azza wajalla menurunkan Firman:
‘Sejak dulu, nabi dan orang-orang iman tidak berhak memintakan ampunan pada kaum Musyrik’, walaupun mereka memiliki (tali) kerabat, setelah jelas mengenai ‘sungguh mereka penghuni Neraka Jachim’. [Qs Attaubah 113].
‘Sungguh kau tak mampu menunjukkan orang yang kau cintai, tetapi Allah lah yang menunjukkan orang yang Dia kehendaki. Dia lebih tahu mengenai kaum yang mendapat Hidayah’.” [Qs Al-Qashash 56].

Bukhari dan Muslim mengeluarkan riwayat ini dari Azzuhri. Muslim juga meriwayatkan Hadits yang seperti ini, di dalam shahihnya.
Tirmidzi juga mengeluarkan riwayat ini dari Yazid bin Kaisan dari Abi Chazim dari Abi Hurairah:
“Ketika kematian telah datang, Abu Thalib didatangi oleh Rasulullah SAW, untuk dituntun, ‘ya Paman, katakan ‘laa Ilaaha illaa Allah’, dengan itulah saya akan menyaksikan kau di sisi Allah.   
Abu Thalib menjawab ‘kalau kaum Quraisy takkan mencela saya dengan kalimat itu. Mereka nanti akan berkata ‘yang mendorong dia mengatakan demikian karena susah dalam sakaratnya’. Kalu tidak akan demikian, niscaya kalimat itu telah saya katakan di hadapanmu’.
Maka Allah menurunkan Firman ‘Sungguh kau tak mampu menunjukkan orang yang kau cintai. Tetapi Allah yang menunjukkan orang yang Dia kehendaki. Dia lebih tahu mengenai kaum yang mendapat hidayah’.

Tirmidzi berkata ‘Hadts ini hasan gharib. Kami tak mengetahui Hadits ini kecuali dari Yazid bin Kaisan’.
Achmad juga meriwayatkan hadits ini dari Yachya bin Said Al-Qatthan dari Yazid bin Kaisan murid Abu Chazim murid Abu Hurairah RA. Achmad menuturkan yang sepadan Hadits itu.”


Ponpes Mulya Abadi Mulungan


[1] SSA: Shalawatullahi wasalamuHu alaihi. Artinya: Semoga Shalawat dan Salam Allah melimpah padanya. Kedudukannya sama dengan SAW.

2012/01/29

KW 183: Dakwah ke Qaisariayah




 (Bagian ke-183 seri tulisan Khalid bin Walid)

Di hari yang mendebarkan itu, pasukan Muslimiin berbahagia karena arak-arakan pasukan lawan berkuda yang berdatangan hanya berjumlah 10.000 orang. Itu berarti tiap seorang hanya akan melawan dua orang lawan. Tapi lalu terkejut ketika melihat lagi arak-arakan pasukan berkuda lainnya berjumlah 10.000 orang.
 
Pada pasukan Muslimiin, Amer berteriak, “Ketahuilah! Barangsiapa mengendaki Allah dan hari akhir, maka jangan gentar menghadapi musuh, meskipun berjumlah banyak! Apa ada amalan yang lebih diandalkan di sisi Allah, daripada berjihad memerangi kaum Kafir? Mereka akan diganjar surga yang di dalamnya banyak buah-buahan dan fasilitas? Allah berfirman :

‘Dan orang-orang yang dibunuh di Jalan Allah! Jangan kau sangka sama mati'. Yang benar mereka hidup di sisi Allah dengan diberi rizqi. Mereka berbahagia dengan yang telah Allah berikan pada mereka berupa kefadholanNya. Dan mereka memberi khabar gembira pada orang-orang yang belum bertemu mereka dari belakang mereka bahwa: tiada kekhawatiran atas mereka dan mereka tidak bersusah’. [1] 
Kalau kalian tidak terlanjur membunuh mata-mata itu, tentu dia bisa menjelaskan pada kita ‘berapa arak-arakan pasukan yang datang kemari ini. Tapi Perkara Allah tak bisa dihindari.”
Amer mengumpulkan pasukan pilihan untuk berkata, “Saya berpandangan, sebaiknya kita minta bala bantuan pada Abu Ubaidah, untuk menghadapi pasukan yang sangat banyak ini.” Lalu berteriak, “Hai semuanya! Siapa yang sanggup datang pada Abu Ubaidah ! Untuk menjelaskan bahwa pasukan lawan yang berdatangan kemari terlalu banyak !? Kami berharap beliau mengirimkan bala bantuan untuk kita. Ketika Yazid bin Abi Sufyan di negeri Qinasrin, juga dikirimi bala bantuan oleh beliau; saya berdoa semoga yang sanggup melaksanakan tugas menghadap Abu Ubaidah ini diberi pahala oleh Allah.”
Rabiah berkata, “Ya Amer, pastikan kami bertempur dengan lawan! Dan bertawakallah pada Allah yang telah menolong kita di beberapa medan perang! Dan yang akan menolong kita di sini, untuk mengahabisi mereka.” 
Amer menjawab usulan Amir, “Demi Allah usulanmu tepat sekali!.” Lalu perintah agar pasukannya bersiap menghadapi lawan. Pasukan Muslimiin menaiki kuda sambil meneriakkan tahlil dan takbir. 
Ledakan takbir membahana; seakan-akan gunung-gunung, pepohonan, perbukitan, dan perkotaan di kejauhan yang mengelilingi mereka, menirukan tahlil dan takbir mereka.

Amer dan pasukannya berdoa, “Ya Tuhan Pelindung kami! Sungguh kami mendengar gema tauhid. Engkaulah yang memperdengarkan kalimat tauhid, pada kami! Dan telah memperlihatkan wajah-wajah orang yang mengagungkan dan memujiMu. Betapa indah untaian PujianMu. Anugrahkan pada kami, agar kami dapat mensyukuri AnugrahMu.”
Doa yang dipanjatkan dengan sepenuh hati itu, membuat pasukan Raja Filasthin terperangah. Sebetulnya ada keajaiban yang tidak diketahui oleh Filasthin dan pasukannya: binatang-binatang buas dan liar sama berdoa pada Tuhan mereka, sambil memanjatkan rasa sukur atas AnugrahNya yang melimpah. Bahkan alam pun berdoa, “Ya yang membuat semua binatang liar ridho terhadap AnugrahMu. Keluarkanlah rizqi agar kami bisa makan untuk bekal kembali menghadap Tuhan yang telah menopang kehidupan kami! Ya yang kalau belatung di dalam bumi berbaris-baris, pasti melihat. Kalau ada jatah rizqi di dalam bumi untuk seorang hamba, Engkaulah yang mendatangkan. Kami mendengar pekikan tahlil dan takbir dari orang-orang mentauhidkan Kau, di sini. Sebelum ini kami belum pernah mendengar. Bahkan kami mendengar Ayat-Ayat yang belum pernah kami dengar. Maha Suci Engkau yang QodarNya takkan kami lupakan. Ya yang Kebaikan dan KefadholaNya tak terhingga.”

Seluruh pasukan terkejut oleh suara, “Banyak sekali makhluq di gunung-gunung dan di puncaknya, yang tunduk patuh kepada Allah. Bahkan di dasar dan di wajah bumi. Bahkan di dasar laut dan samudra!” bergema dari langit.
Bagi kaum Muslimiin suara bergema dari langit itu membuat bertambah khusuk di dalam berdoa. Sedangkan bagi Filasthin dan pasukanya, suara itu menjadi kejutan yang membingungkan. Bahkan mereka semakin takut ketika mendengar alam di sekeliling mereka memantulkan suara itu.  






[1] وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ [آل عمران/169، 170].

2012/01/26

Ratu Adil



Kaum Jawa berkeyakinan ‘suatu saat nanti akan ada Ratu Adil’ yang berkuasa. KH Ubaidah pernah berkata, “Sebetulnya Ratu Adil adalah Al-Qur’an yang syarahnya adalah Al-Hadits.”
Alasan KH Ubaidah karena Ratu Adil menurut keyakinan kaum Jawa ‘kesampar kesandung, ora ono wong weruh’. Artinya: “Sebetulnya Ratu Adil itu ada jelas sekali, bahkan terkadang tertendang oleh kaki pencarinya, tetapi tidak diketahui.”

Dini bertanya, “Apa betul Nabi Isa AS adalah Ratu Adil yang sesungguhnya?.”
Muha menjawab, “Menurut Hadits memang begitu. Bukhari meriwayatkan:صحيح البخاري - (ج 7 / ص 462)
2070 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ.

Arti (selain isnad)nya:
Rasulullah SAW bersabda, “Demi Dzat yang diriku di TangaNya, niscaya putra Maryam AS hampir turun sungguh sebagai hakim adil di kalangan kalian. Dia AS akan menghancurkan Salib, membunuh babi, dan membebaskan pajak. Dan harta akan melimpah, hingga tak seorang pun menerimanya’.”

Dila, Dini, dan Tina bertanya, “Kapankah Isa AS akan turun ke bumi?.”
Sastro dan Liti menjawab, “Allahu a’lam” Hampir bersamaan. Sastro menambahkan, “Mungkin jika pasukan Salibis dan Zionis telah yakin sepenuhnya bahwa Islam telah lumpuh. Saat itu pasukan Salibis merebut kota Konstantinopel, sehingga berdampak perang akbar yang mengerikan.”
Dila, Dini, Tina, dan lima temannya bertanya, “Apa ada dalil yang menjelaskan demikian?.”
Liti dan Letu menjawab, “Ada, dalam Hadis Muslim.”
Letu membacakan: صحيح مسلم - (ج 14 / ص 85)
5157 - حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ الرُّومُ بِالْأَعْمَاقِ أَوْ بِدَابِقٍ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِمْ جَيْشٌ مِنْ الْمَدِينَةِ مِنْ خِيَارِ أَهْلِ الْأَرْضِ يَوْمَئِذٍ فَإِذَا تَصَافُّوا قَالَتْ الرُّومُ خَلُّوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِينَ سَبَوْا مِنَّا نُقَاتِلْهُمْ فَيَقُولُ الْمُسْلِمُونَ لَا وَاللَّهِ لَا نُخَلِّي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ إِخْوَانِنَا فَيُقَاتِلُونَهُمْ فَيَنْهَزِمُ ثُلُثٌ لَا يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ أَبَدًا وَيُقْتَلُ ثُلُثُهُمْ أَفْضَلُ الشُّهَدَاءِ عِنْدَ اللَّهِ وَيَفْتَتِحُ الثُّلُثُ لَا يُفْتَنُونَ أَبَدًا فَيَفْتَتِحُونَ قُسْطَنْطِينِيَّةَ فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْغَنَائِمَ قَدْ عَلَّقُوا سُيُوفَهُمْ بِالزَّيْتُونِ إِذْ صَاحَ فِيهِمْ الشَّيْطَانُ إِنَّ الْمَسِيحَ قَدْ خَلَفَكُمْ فِي أَهْلِيكُمْ فَيَخْرُجُونَ وَذَلِكَ بَاطِلٌ فَإِذَا جَاءُوا الشَّأْمَ خَرَجَ فَبَيْنَمَا هُمْ يُعِدُّونَ لِلْقِتَالِ يُسَوُّونَ الصُّفُوفَ إِذْ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّهُمْ فَإِذَا رَآهُ عَدُوُّ اللَّهِ ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الْمِلْحُ فِي الْمَاءِ فَلَوْ تَرَكَهُ لَانْذَابَ حَتَّى يَهْلِكَ وَلَكِنْ يَقْتُلُهُ اللَّهُ بِيَدِهِ فَيُرِيهِمْ دَمَهُ فِي حَرْبَتِهِ.

Arti (selain isnad)nya:
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat takkan berdiri hingga kaum Romawi turun di kota Amaq atau Dabiq (dekat Chalab atau Aleppo).
Di hari itu, pasukan dari Madinah sebaik-baik penduduk bumi, datang pada mereka. Ketika mereka telah berbaris, kaum Romawi berkata ‘biarkan antara kami dan orang-orang yang telah menawan kami! Kami akan memerangi mereka (dulu)’.
Kaum Muslimiin berkata ‘demi Allah kami takkan membiarkan antara kalian dan antara saudara kami’. Maka kaum Romawi memerangi kaum Muslimiin. Kaum Muslimiin yang kabur sepertiga, taubat mereka takkan diterima oleh Allah. Sepertiga lainnya terbunuh sebagai shuhada lebih utama di sisi Allah. Sisa mereka yang sepertiga menang dan takkan terkena fitnah untuk selamanya. Lalu mereka merebut kota Qusthanhiniyah (Connstantinople).
Ketika telah membagi rampasan perang dan telah menggantungkan pedang-pedang mereka pada pohon zaitun; tiba-tiba syaitan berteriak di kalangan mereka ‘sesungguhnya Al-Masih telah menggantikan kalian di dalam keluarga kalian!’ Sontak mereka keluar, padahal teriakan itu tipuan.
Ketika kaum Muslimiin pergi ke Syam; Al-Masih keluar.
Ketika mereka bersiap untuk perang, sama menata barisan; shalat pun diiqamati.
Isa bin Maryam AS turun untuk mengimami mereka.
Ketika melihat Isa bin Maryam AS, musuh Allah (Al-Masih Dajjal) mencair seperti garam di dalam air. Kalau Isa AS membiarkan, niscaya dia mencair hingga tewas. Tetapi Allah membunuh dia melalui tangan Isa AS.

Pada mereka, Isa AS memperlihatkan darah Dajjal yang melumuri senjatanya.”