SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2012/01/06

KW 172: Dakwah ke Negri Anthakiyah


(Bagian ke-172 dari seri tulisan Khalid bin Walid)


Abu Ubaidah memandang ombak lautan pasukan Anthakiyah, mengalir kedalam benteng, menghindari serangan kaum Arab. Derap kaki kuda mereka menggemuruh. Dia berdoa, “Ya Allah, berilah kami jalan untuk menaklukkan mereka secara nyata.”

Gubernur Anthakiyah seorang bathriq (patriarch), bernama Salib bin Marqus (صليب بن مرقس) yang bodoh. Awalnya, malam itu dia bertekat memerangi kaum Arab dari dalam benteng. Dan telah mengumpulkan petinggi militer dan para pejabat. Tetapi niatnya diurungkan setelah beberapa orang memohon, “Kami mohon agar tuan menemui kaum Arab, untuk minta damai. Dan mengabulkan yang mereka minta.”

Bathriq Salib mengendarai kuda untuk menemui dan mengajukan permohonan damai, pada Abu Ubaidah. Dalam perdamaian itu, Salib mewakili kaumnya, menyanggupi membayar 300.000 mitsqal emas. 
Abu Ubaidah perintah pada Salib: “Bersumpahlah pada kami bahwa kalian takkan berkhianat pada kami! Karena negeri kalian banyak gunung-gunung dan jurang-jurangnya!.”

Khalid bertanya, “Siapa yang akan menyumpah dia?.”
Abu Ubaidah berkata, “Yuqana.”
Di atas kepala Bathriq Salib,Yuqana meletakkan tangan di atas tangan
Yuqana menyumpah, “Katakan ‘demi Allah’ 40 X. Jika saya melanggar sumpah: 
Salib saya patah, 
para tokoh agama Nashrani melaknati saya, 
saya akan keluar dari agama Nashrani, 
saya akan menyembelih unta pada air Amudiyah (المعمودية), 
air itu juga akan saya beri kencing bayi-bayi Yahudi, 
saya akan menyembelih seorang alim agar darahnya saya sombakan pada pakaian para pengantin, 
tempat penyembelihan kurban, akan saya beri darah haid wanita Yahudi, 
lampu-lampu Gereja Jirjis akan saya padamkan, 
saya akan menikahi wanita Yahudi yang farjinya blooding tak tersembuhkan, 
saya akan mencuci pakaian pada hari Jumat pagi, 
gereja-gereja dan biara-biara akan saya robohkan, 
saya akan melarang mengadakan perayaan-perayaan, 
saya akan menyembah Tuhan dan menentang mempertuhan insan, 
saya akan puasa di bulan Ramadhan, 
saya akan shalat dengan busana Yahudi. 
Dan kami takkan melanggar sumpah yang saya ikrarkan pada kalian.”  

Batriq Salib mengikrarkan sumpah, dituntun oleh Raja Yuqana.


Tanggal 5 bulan Sya’ban tahun 17 Hijriyah adalah hari yang bersejarah bagi kaum Muslimiin. Abu Ubaidah dan arak-arakan pasukannya berjalan kearah pintu gerbang negeri Anthakiyah. Yaitu kota paling besar di wilayah Syam. Kota yang pernah di tempati oleh Raja Hiraqla. Kota hijrahnya Nabi Isa bin Maryam AS. Penduduk kota itulah yang pertama kali menerima agama Isa bin Maryam AS. Penduduk Bethlehem justru merintangi agama Isa AS hingga beliau hijrah ke Anthakiyah.

Abu Ubaidah yang agung diapit oleh Khalid di sebelah kanannya, dan oleh Maisarah bin Masruq di sebelah kirinya. Di sebelah kanan dan kirinya barisan chuffadz Al-Qur’an, yang membaca surat Al-Fatch. Arak-arakan pasukan itu berjalan terus, hingga pintu gerbang Al-Jinan (taman-taman).[1] 
Abu Ubaidah turun dari kendaraan, untuk menggaris tanah dan perintah, “Dirikan Masjid di sini!.”


[1] Penulis yakin, saat itu banyak kaum Muslimiin yang menangis karena terlalu bahagia, oleh Anugrah Tuhan yang maha banyak, nan istimewa.

0 komentar:

Posting Komentar