SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2012/01/10

Betulkah Kaum Yahudi Pandai?

Banyak orang beranggapan kaum Yahudi pandai mengalahkan kaum lainnya, dengan beberapa alasan. Yang benar kaum Yahudi dan lainnya adalah 'sama'. Dan sejak dulu yang membuat manusia pandai adalah kitab suci. Karena sedang diangkat oleh Allah, maka kaum Yahudi tampak hebat. Dulu ketika mengamalkan kitab Taurat dengan serius, maka Allah memberi ilmu banyak pada kaum Yunani itu, seperti Suqrath (سقراط/Socrates) (470 SM – 399 SM).  
Ketika pengikut Isa bin Maryam AS di Romawi mengkaji kitab suci dengan serius, Allah juga memperlakukan yang sama pada mereka seperti pada orang-orang sebelumnya. Mereka diberi anugrah ilmu mengalahkan lainnya. Sebagai gambaran bahwa ilmu kedokteran khususnya mengenai bedah, telah maju di negeri Romawi: Ketika ibu suri dari kerajaan Romawi wafat; di dalam kandungannya ada bayi Agustus. Keluarga kerajaan memutuskan agar perut mayat itu dibelah (dicaesar) dengan berharap isi kandungannya, bayi laki-laki yang akan meneruskan raja setelah ayahnya. Setelah kandungan berhasil dibelah (dicaesar), bayi itu diberi nama Kaisar Agustus (tahun 27 SM – tahun 14 M) karena lahirnya disesar (caesar).
Orang-orang Arab sebelum Nabi Muhammad SAW yang memperdalam kitab suci yang akhirnya menjadi orang hebat juga banyak. Termasuk di antara mereka yang menonjol adalah Quss. Sebagai gambaran bahwa orang Arab zaman dulu yang pandai juga banyak, adalah tulisan Al-Waqidi yang telah saya artikan:
Rifaah orang alim dalam bidang Sejarah dan Nasab (silsilah kaum) Arab, yang juga telah mempelajari kitab para nabi: Nabi Hud, Nabi Shalih dan Nabi Chandlalah AS, diserang dengan pertanyaan oleh sang bathriq: “Coba jawablah apa yang membuat hati bisa menyelami akal rohani hingga mencapai Kerajaan Tuhan? Yang membuat akal seorang bisa terbang jauh dari pandangan mata? Atau hingga menemukan mutiara hikmah yang suci nan indah?.”
Rifaah menjawab, “Perkataanmu salah hai Bathriq!.” 
Bathriq bertanya, “Kenapa salah?.”
Rifaah menjawab, “Bagaimana mungkin hati bisa menunjukkan manusia pada yang Maha Tahu barang ghaib, padahal ada yang menutup kebenaran? Dan bagaimana mungkin kekufuran bisa menemukan mutiara hikmah? Bagaimana mungkin pikiran bisa menemukan rahasia kebenaran, padahal pikiran justru sering tertipu? Hai Bathriq! Yang kau katakan itu sebetulnya ungkapan kaum Arab. Kenapa kau berkata ‘asal hikmah bukan dari Arab?’. Raja dari Yaman ada yang bernama Saif bin Dzu Yazan (سيف بن ذو يزن) yang pernah mengkhabarkan kenabian Muhammad SAW nabi kami. Dia ahli hikmah, ucapannya diabadikan oleh penyair kami yang fasih bernama Quss bin Saidah (قُسُّ بنُ ساعِدَةَ):  
'Ketahuilah bahwa sungguh kita
Tergolong orang yang mendapatkan Al-Cusna
Maka maafkanlah kebodohan'.

Maksud penulis sederhana: jangan mudah mempercayai pernyataan, “Kaum Yahudi pandai.” Karena pernyataan itu bisa berdampak dua atau lebih: 1), Takut atau minder menghadapi mereka. 2), Percaya dan mengikuti mereka. 3), Lupa bahwa Allah telah memberi Mukjizat terdahsyat sepanjang sejarah untuk Muhammad SAW dan umatnya, bernama Al-Qur’an. Di dalamnya termuat Ilmu Allah yang saking hebatnya, menjadi bukti terkuat bahwa "Berasal dari Allah dan bahwa Tuhan yang pantas disembah hanya Allah Subhanah." Dasar tulisan saya:
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [هود/13، 14].
Artinya:
Justru mereka berkata, “Dia yang mengarangnya.” Katakan, “Coba datangkanlah 10 surat (karya tulis) semisalnya yang dikarang! Dan ajaklah siapa saja yang kalian mampu! Jika kalian telah benar!  Namun jika mereka mutlak tidak mampu mengabulkan pada kalian, maka ketahuilah bahwa: 1). Sesungguhnya dia diturunkan dengan memuat Ilmu Allah. 2). Mutlak tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Dia (Allah). 3). Bukankah kalian mau masuk Islam?.”
Khusus lafal am (أَمْ) dalam kalimat di atas, diartikan, “Justru,” karena tidak diawali dengan ‘a’ (أَ). Hal dalam kata ‘fahal’ (فَهَلْ) di atas diartikan, “Bukankah?,” karena pertanyaan dengan lafal dan dalam untaian kalimat itu harus dijawab ‘iya’. Tegasanya bahwa kaum yang tidak mau beragama Islam menurut 2 Ayat itu adalah bodoh, karena di dalam 2 Ayat itu Allah telah menunjukkan cara paling dahsyat dalam waktu yang abadi bahwa Al-Qu’an benar-benar berasal dari Allah yang memuat Ilmu Allah yang mampu membuktikan bahwa Tuhan yang pantas disembah adalah Allah. Lam (لَمْ) di atas diartikan mutlak tidak (mampu mengabulkan pada kalian), maksudnya pembuktian terdahsyat sepanjang sejarah kehidupan manusia ini bersifat abadi.  

0 komentar:

Posting Komentar