SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/10/13

Bedah Bukhari


Di waktu fulan yang kaya masih perjaka, berpikir sederhana, “Istri saya harus muballighah.” 
Ternyata muballighah, yang dinikahi kufur (tidak mensyukuri suami). Diberi uang sebanyak apapun pasti habis dengan cepat, agar suaminya tidak beruang untuk berpoligami. Kini fulan bertanya-tanya, “Kenapa kekayaan saya sebanyak ini, akhirnya diatas namakan istri?.” 
Fulan yang pandai mengais rizqi itu kini putus asa.

Fulana bernasib seperti fulan, warisan dari ayahnya berupa tanah sangat luas, dihabiskan oleh istri. Hingga tetangganya hampir tak percaya. Tujuan istri juga agar suami tidak berkutik dan tidak berpoligami. Fulano dan fulang pejabat kaya-raya juga bernasib agak sama. Dihalang-halangi mengaji oleh istri, karena dikhawatirkan berpoligami. Memang termasuk yang paling berpengaruh dalam kehidupan ini, wanita. 

Jika hak lelaki dan wanita disamakan secara mutlak, pasti kaum yang tak beruntung, baik lelaki maupun perempuan, akan terdesak. Ini termasuk yang dimaksud, “Dzaalika adnaaa anlaa tauuluu (ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا),” yang artinya: Itu upaya pendekatan ke arah agar kalian tidak mengalahkan (suatu fihak). Maksudnya, Allah menjelaskan Ayat-Ayat berkenaan 'Akhlaq', sebagai upaya pendekatan agar tidak ada fihak yang mengalajkan fihak lain.

Kenapa kaum hawa yang kaya, cantik, atau kejam, yang bisa berkuasa di dalam kehidupan. Karena mereka punya senjata dahsyat, berhujah dan bertindak yang bisa membuat lelaki iba, atau tersudut, atau takut. Orang terpandai sejagad SAW pun pernah tersudut dan iba pada wanita, sehingga berani mengharamkan yang telah dihalalkan oleh Allah, untuk beliau SAW. 
Alhamdu lillah lalu Allah memberi Wahyu yang menyadarkan pada beliau SAW. Kajian ini bukan untuk menyudutkan wanita, tetapi justru untuk menyadarkan semua fihak. 

Untuk itu penulis membedah Hadits Bukhari: صحيح البخاري - (ج 2 / ص 3)
293 - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زَيْدٌ هُوَ ابْنُ أَسْلَمَ عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا

(Isnadnya tidak diartikan):
Ubu Said Al-Khudri RA berkata, “Rasulullah SAW pernah keluar di waktu Idul-Adha atau Idul-Fitri, menuju tempat shalat. Lalu beliau lewat bertemu para wanita untuk bersabda ‘hai para wanita, shadaqahlah! Sungguh saya telah menyaksikan kalian penghuni neraka lebih banyak’.
Sontak mereka berkata ‘kenapa ya Rasulallah?’. 
Nabi bersabda ‘kalian sering melaknat dan mengkufuri suami. Saya belum pernah mengerti kaum Kurang Akal dan Agamanya, yang lebih menghilangkan lubb (akal bersih dari hawa-nafsu dan emosi), daripada seorang kalian’.[1] 
Mereka bertanya ‘bagaimana kurangnya agama dan akal kami, ya Rasulallah?’. 
Nabi bersabda ‘bukankah (Allah menentukan) persaksian seorang wanita semisal setengah persaksian seorang pria?’. 
Mereka menjawab ‘betul’. 
Nabi bersabda ‘itu karena kurang akalnya. Bukankah jika haidh tidak shalat dan tidak berpuasa?’. 
Mereka berkata ‘betul’. 
Nabi SAW bersabda ‘itu karena kurang agamanya’.”

Laknat, cercaan, cemoohan, mengkufuri, mencela, menangis, mengamuk, marah, adalah yang menjadi senjata andalan wanita. Ketika ingin melihat Nabi Yusuf ASsejumlah wanita jelita juga menggunakan cemoohan yang menyakitkan perasaan Zulaikha, “Masyak istri yang mulia secantik itu merayu pada budaknya. Sungguh landaan cintanya telah menguasainya. Sungguh kami berpandangan dia di dalam kebodohan yang nyata.” 
Walau Zulaikha marah, tapi mereka berhasil melihat Yusuf AS.


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia

[1] Penulis mengartikan akal yang bersih dari hawa-nafsu dan emosi pada, “Lubb,” karena merujuk pada: فتح الباري لابن حجر - (ج 1 / ص 476)
وَاللُّبّ أَخَصّ مِنْ الْعَقْل وَهُوَ الْخَالِص مِنْهُ

0 komentar:

Posting Komentar