SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/10/02

KW 137: Dakwah ke Baitul-Maqdis


 (Bagian ke-137 dari seri tulisan Khalid bin Walid


Di hari Ahad yang indah itu, Abu Ubaidah menghadap Umar, melaporkan ucapan bathriq. Para sahabat bertanya pada Umar yang telah berdiri, “Ya Amiral Mukminiin, kenapa kau pergi kesana hanya sendirian? Dan tidak membawa senjata? Kami khawatir  jika mereka berkhianat atau bermakar atas kau.” 
Dengan tenang dan berwibawa, Umar membaca ayat, “Katakan ‘takkan menimpa pada kita kecuali yang Allah telah menulis untuk kita. Dialah Kekasih kita, dan hendaklah orang-orang, berserah pada-Nya’.” [1]

Umar perintah agar unta dipersiapkan, untuk dikendarai. Dia mengenakan sarung yang banyak tambalannya, dan bersurban kain potongan abaya dari katun.[2] Yang mengantar Umar pergi, hanya Abu Ubaidah RA, yang berjalan di depannya.

Di atas benteng, telah berdiri dua tokoh besar; Bathriq dan Bathaliq, yang bernaung Salib Keramat. Mereka berdua didampingi pasukan berjumlah banyak sekali.

Abu Ubaidah berteriak, “Hai semuanya! Inilah Amirul Mukminiin!.” 
Bathriq mengusap lalu membuka matanya, lalu terkejut dan berteriak, “Demi Allah! Inilah orang yang pernah kami jumpai penjelasannya di dalam Al-Kitab! Orang inilah yang akan menaklukkan negeri kita!.”
Bathriq membentak pasukannya, “Kasihan kalian! Turunlah untuk memohon aman pada beliau! Demi Allah! Inilah sahabat Muhammad bin Abdillah SAW!.”
Awalnya terkejut karena dibentak, namun lalu mereka bergegas turun menuju Umar. Beberapa orang membukakan pintu-pintu gerbang, lalu ribuan pasukan berjajal-jejal sama keluar, untuk mendekati Umar RA, dari arah beberapa pintu-gerbang.

Dengan merendah ribuan Pasukan itu memohon, agar Umar mengamankan mereka. Dan berjanji akan menyerahkan pajak. 
Umar terharu pada Anugrah Allah yang terlalu agung itu. Beliau menundukkan wajahnya untuk bersujud lama, di atas punggung untanya, lalu turun. 
Beliau menarik perhatian hadirin berjumlah sangat banyak.
 
Umar berkata, “Kalian dipersilahkan pulang! Permohonan aman dan kesanggupan membayar pajak kalian, saya kabulkan.”

Penduduk Baitul-Maqdis yang tadinya tegang karena takut Umar, kini cair. Lalu berbodong-bondong meninggalkan Umar, untuk memasuki benteng lagi. Semua pintu gerbang Baitul-Maqdis kini terbuka lebar. 
Luar biasa. Subhaanallooh. Suasana berubah menjadi indah oleh Kemurahan Allah.

Umar membelokkan unta, agar membawa dirinya menuju Pasukannya berjumlah sekitar 35.000 lebih. Derap kaki kuda mereka membahana; debu-debu beterbangan.
Di hari Senin indah yang bersejarah itu, Umar memasuki benteng Baitul-Maqdis, diiringi oleh arak-arakan 

Beliau tinggal di Baitul-Maqdis hinga hari Jumah. 
Di Jumah indah itulah, Umar menggaris tanah untuk michrab (مِحْرَاب) Masjid Umar. 
Di situlah Umar mengimami shalat Jumah, untuk Pasukan Muslimiin.  

Beberapa Pasukan Romawi hampir menyerang Umar dan Jamaahnya yang sedang shalat Jumah. Abul-Juaid mendengar orang-orang berkata, “Bagaimana kalau mereka yang sedang shalat itu kita serbu. Mumpung tidak memegang senjata?.”
Abul-Juaid melarang, “Jangan! Jika kalian tidak mau saya cegah, saya akan berlari untuk memberitahu mereka mengenai rencana kalian.”
Beberapa orang bertanya, “Lalu bagaimana caranya untuk menyerang mereka?.”
Abul-Juaid menganjurkan, “Tampakkan perhiasan kalian! Agar mereka tergiur. Kalau mereka ingin merebut, kalian boleh menyerang.”

Kaum Baitul-Maqdis memenuhi jalan untuk memamerkan perhiasan dan kekayaan, pada pasukan Muslimiin. 
Pasukan Muslimiin takjub menyaksikan perhiasan gemerlapan dan kekayaan mereka yang banyak sekali mengagumkan.
Beruntung sekali, tak seorang pun pasukan Muslimiin yang mau merebut atau memerangi mereka. Bahkan beberapa Muslimiin berkata, “Segala Puji bagi Allah yang yang telah memberikan sejumlah negeri pada kami. Kalau nilai dunia sebanding dengan sayap nyamuk surga, niscaya Allah tak sudi memberi seteguk minuman pada orang kafir.”

Pasukan Baitul-Maqdis telah siaga sepenuhnya. 
Jika Pasukan Muslimiin ada yang merebut harta atau menyerbu, mereka akan menyerang dengan serempak. 
Tetapi tak satu pun dari mereka yang menyentuh perhiasan gemerlapan yang dipamerkan itu.
Abul-Juaid berkata, “Merekalah yang dijelaskan di dalam kitab Taurat dan Injil. Mereka Kaum yang mementingkan kebenaran. Selama mereka begitu, takkan ada seorang pun yang mampu mengalahkan mereka.”  

Umar dan Pasukan Muslimiin tinggal di Baitul-Maqdis selama 10 hari. Kaeb Al-Achbar (كعب الأحبار) yang saat itu masuk Islam, juga menjelaskan demikian. Saat itu Kaeb berada di Palestina, lalu bergegas menjumpai Umar, untuk menyatakan Islam. 


Kaeb memiliki ayah yang paling tahu mengenai 'Ajaran Allah' pada Musa bin Imran AS. Semua ilmu diajarkan pada Kaeb yang sangat dicintai. Sebelum wafat, ayah Kaeb berpesan, “Ya anakku! Semua ilmu saya telah saya berikan padamu, tidak ada yang ketinggalan. Karena saya khawatir kau terpengaruh para Pembohong yang akan muncul. Dua lembar tulisan ini saya letakkan di dalam lobang, agar tidak kau baca, sehingga kau mendengar berita tentang 'Sebaik-Baik Nabi' yang akan diutus di akhir zaman, bernama Muhammad SAW. Jika Allah menghendaki baik, kau akan menjadi pengikutnya.”[3] Setelah itu ayah Kaeb wafat.

Setelah mengubur ayahnya, Kaeb segera membuka dan membaca dua lembaran simpanan ayahnya. Ternyata di situ tertulis:
Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad Utusan Allah SAW. Dia terakhir para nabi; takkan ada nabi lagi setelahnya. Dia dilahirkan di Makkah, berhijrah ke Thaibah (Madinah). Dia bukan orang kejam atau kasar, atau suka membentak. Umatnya sama terpuji, suka memuji Allah di setiap saat. Lidah mereka suka melafalkan tahlil dan takbir. Mereka ditolong mengalahkan semua kaum yang memusuhi. Mereka suka membasuh wajah (wudhu). Sarung mereka menutup betis. Kitab mereka dihapalkan di dalam hati. Mereka saling menyayang seperti para nabi pada umat mereka. Merekalah awal umat yang akan masuk surga. [4]

Kaeb berkata, “Berarti ajaran ayah paling hebat justru ini.”
Beberapa saat kemudian Kaeb mendengar berita bahwa nabi yang sifatnya tertulis di dalam dua lembaran itu telah muncul di Makkah. Bahkan telah beberapa kali diperbincangkan oleh Manusia. 
Setelah nabi SAW hijrah ke Madinah, Kaeb makin yakin bahwa Muhammad SAW benar-benar nabi. Apa lagi setelah nabi SAW berkali-kali menang di dalam berperang, Kaeb makin yakin. 
Dia hampir datang ke Madinah. Tetapi ada berita yang menyebutkan, nabi SAW telah wafat, dan Wahyu dari langit telah terputus. 
Perasaan Kaeb bimbang, “Mungkin dia bukan nabi yang saya tunggu-tunggu itu.”
Tetapi keraguan itu sirna oleh mimpi yang datang: seakan-akan langit terbuka untuk turun para Malaikat yang berbondong-bondong banyak sekali. 
Lalu ada teriakan, “Rasulullah SAW telah wafat dan Wahyu dari lari langit untuk penghuni bumi telah terputus.”

Ketika datang pada kaumnya, Kaeb mendapat khabar bahwa 'umat Muhammad SAW telah membaiat Abu Bakr' sebagai Khalifah. 
Ketika Kaeb akan datang menghadap Abu Bakr, ada berita bahwa pasukan Arab datang ke negeri Syam. Hanya saja dalam waktu cepat Kaeb mendengar berita meyakinkan bahwa 'Abu Bakr wafat' dan kekhalifahan diganti oleh Umar.

Kaeb ragu-ragu lagi, hatinya berkata, “Saya akan masuk agama ini jika telah yakin agama ini benar.” 
Ternyata Umar datang ke Baitul-Maqdis, untuk berdamai dengan penduduknya. Kaeb menyaksikan sendiri bahwa Umar dan Pasukannya disiplin dalam memegang janji, dan musuh-musuhnya dibuat tunduk padanya, oleh Allah. 

Kaeb berkata, “Mereka inilah umat Nabi Muhammad SAW. Saya akan segera memasuki agama ini.”

Di malam yang selalu terkenang itu, Kaeb sedang berada di sotoh (balkon) rumahnya. Tiba-tiba ada lelaki Muslim lewat, sambil membaca ayat: Hai khususnya kaum yang telah diberi kitab! Berimanlah pada yang telah Kami turunkan! Yang mencocoki pada yang menyertai kalian! Mumpung Kami belum menghapus wajah-wajah, untuk Kami balik pada belakangnya. Atau (mumpung) Kami belum melaknat mereka seperti Kami telah melaknat Kaum yang melanggar pada hari Sabtu. Dan Perkara Allah itu telah dilaksanakan.[5]



[1] قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ  [التوبة/51].
[2] Zaman dulu pakaian aba’ah (عباءة) atau abaya untuk pria. Nabi SAW juga pernah memakainya di dalam persiapan pulang dari Perang Khaibar.
[3] Al-Waqidi mencatat wasiat ayah Kaeb, sebelum wafat pada Kaeb: فتوح الشام - (ج 1 / ص 192).
يا بني إنك تعلم أني ما ادخرت عنك شيئاً مما كنت أعلمه لأني خشيت أن يخرج بعض هؤلاء الكاذبين وتتبعهم وقد جعلت هاتين الورقتين في هذه الكرة التي ترى فلا تتعرض لهما ولا تنظر فيهما إلى أن تسمع بخبر نبي يبعث في آخر الزمان اسمه محمد، فإن يرد الله بك خيراً فأنت تتبعه.
[4] Al-Waqidi menulis catatan rahasia itu di dalam Futuchussyam: فتوح الشام - (ج 1 / ص 192)
لا إله إلا الله محمد رسول الله خاتم النبيين لا نبي بعده، مولده بمكة، ودار هجرته طيبة، ليس بفظ ولا غليظ ولا صخاب، أمته الحامدون الذين يحمدون الله على كل حال ألسنتهم رطبة بالتهليل والتكبير وهم منصورون على كل من عاداهم من أعدائهم أجمعين يغسلون وجوههم ويسترون أوساطهم أناجيلهم في صدورهم تراحمهم بينهم تراحم الأنبياء بين الأمم، وهم أول من يدخل الجنة يوم القيامة من الأمم.

[5] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آَمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَى أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا [النساء/47].

1 komentar: