Dhirar bin Al-Azwar, namanya sohor di Damaskus. Jika Wardan saja takut karena serangannya yang sangat ganas dan keberaniannya yang
maksimal, apa lagi hanya kroco. Dialah yang telah meringkus Paulus yang
namanya kondang di negeri Romawi. Dia pula yang menusuk putra Wardan bernama Hamdan. Dia pula yang berani menembus lautan pasukan lawan untuk mengamuk.
Tusukan anak panah berjumlah banyak, tak dihiraukan melukai kulitnya. Bahkan
justru hal itu, ‘memacu semangat’ melawan dan mengobrak-abrik, hingga
setidaknya 40 pasukan tewas berserakan. Yang masih hidup, kabur karena takut mati.
Dhirar berlari pulang untuk bergabung pada pasukan Muslimiin.
Dhirar berlari pulang untuk bergabung pada pasukan Muslimiin.
Dhirar melepas helm perang dan zarod (baju
perang dari kulit yang dikeraskan)nya. Dia berteriak :
Akulah Maut yang akan merenggut keluarga
Ashfar
Akulah Dhirar bin Al-Azwar
Akulah lawan kalian
Aku pembunuh Hamdan bin Wardan
Akulah balak yang akan menundukkan kalian
Dan siapa saja yang syirik pada Rahman
Subahan Allah, begitu mendengar teriakannya, mereka mundur kebelakang, karena
takut. Karena nama Dhirar telah kondang di kota Damaskus atau kota Ajnadin.
Hampir semua orang di sana pernah membicarakan atau mendengar kehebatan dia di medan pertempuran. Lelaki yang pernah dibawa oleh seratus pasukan
berkuda, untuk dihadapkan pada Raja Hiraqla. Inilah yang telah membuat penduduk
kota Damaskus dan Homs ‘bergetar takut’, karena berkali-kali serangannya yang
garang tak dapat dipatahkan oleh orang sehebat apapun.
Wardan bertanya, “Siapa orang kampung yang kemari ini?.”
Mereka menjawab, “Tuan Panglima! Dialah Dhirar yang berumur
panjang, yang biasanya kalau berperang telanjang dada! Kadang bersenjata panah,
kadang tombak!.”
Ketika mendengar nama Dhirar disebut, Wardan terkejut dan
nafasnya menjadi sesak. Dan berkata, “Dia yang telah membunuh putraku,
Hamdan. Saya ingin sekali di antara kalian, ada yang membalaskan dendam, atas
terbunuhnya putra saya. Kalau berhasil akan saya beri apa saja yang dia minta.”
Seorang batriq penguasa Tiberias (طبرية), bergegas menghadap.
Dia berkata, “Saya akan membalaskan dendam Tuan.”
Si batriq membelokkan kuda yang dikendarai, untuk mendekati Dhirar.
Lalu menyerang Dhirar yang telah waspada sepenuhnya. Peperangan berlangsung
lebih dari satu jam, karena sama-sama unggul. Peperangan diakhiri dengan
tusukan tombak Dhirar ‘menembus’ ulu hati, bahkan menembus tubuhnya.
Dia kelojotan sakarat dan tewas. Tombak ditarik.
Dia kelojotan sakarat dan tewas. Tombak ditarik.
Wardan berkata, “Kalau dia bisa menaklukkan Dhirar, saya jusrtu
tak percaya, meskipun mataku melihat buktinya. Dia tak mungkin ditaklukkan oleh
siapapun.”
Wardan berjalan untuk berganti baju perang yang lebih kuat. Mengenakan
pakain perang satu lagi, lalu mengenakan mahkota. Dia mengendarai kuda Arab
untuk menyerang Dhirar. Jalannya terhenti oleh seorang batriq bernama Ishthofan
(اصطفان) yang menghadap. Ishthofan
penguasa kota Oman (عمان). Lelaki yang telah tergila-gila kecantikan putri Wardan itu,
memberanikan diri, berkata, “Tuan yang mulia! Jika saya mampu membunuh dia yang
hina! Maukah tuan menikahkan saya dengan putri tuan?!.”
Wardan mengundang sejumlah pejabat militer agar menyaksikan:
“Saksikanlah! Jika dia mampu membunuh Dhirar! Akan saya nikahkan dengan
putriku.”
Dengan penuh semangat, Isthofan memacu kuda kearah Dhirar.
Ishthofan tersenyum bahagia. Bagi dia, tidak ada yang lebih indah daripada
hidup menyanding wanita jelita, putri Gubernur Wardan. Dia yakin sepenuhnya ‘jika
telah berhasil’ membunuh Dhirar, akan segera memandang bahkan menyanding putri
tercantik sedunia.
0 komentar:
Posting Komentar