Di hari menegangkan itu, pasukan Romawi berjaga di dalam benteng,
menunggu perintah Raja Tuma.
Di beberapa tempat di luar benteng, para sahabat Rasulillah SAW bertempat.
Sambil membaca tahlil, takbir, dan sholawat, untuk Rasulillah SAW.
Suara mereka menggemuruh bagai hujan lebat, turun ke bumi.
Suara mereka menggemuruh bagai hujan lebat, turun ke bumi.
Khalid berada di kampung kecil bersama sejumlah pasukan, berjauhan
dari kelompok lainnya. Di situlah para wanita, keluarga, harta, dan rampasan
perang, berada.
Rafi’ bin Umairoh bersama sejumlah pasukan, di dekat Pintu GerbangTimur.
Semua pasukan di beberapa tempat itu ‘berjaga’, hingga sinar fajar
menyingsing dari ufuk timur.
Setiap pemimpin, mengimami sholat pasukannya.
Agar menyerang, Abu Ubaidah menggerakkan pasukan, “Jangan
berhenti! Kendarailah kuda kalian!.”
Qois yang mengikuti peperangan tersebut, menjelaskan pada
putranya:
“Semua pasukan hanya
berjalan kaki, kecuali sekitar 2.000 orang, yang dipimpin oleh Dhirar. Dia dan pasukan berkudanya mengelilingi kota.
Setiap berhenti di dekat pintu gerbang, dia memberi semangat perang, pada pasukan yang berada di situ. ‘Sabar! Menghadapi Musuh Allah harus sabar!’.”
Setiap berhenti di dekat pintu gerbang, dia memberi semangat perang, pada pasukan yang berada di situ. ‘Sabar! Menghadapi Musuh Allah harus sabar!’.”
Tuma menantu Raja Hiraqla, keluar dari rumah kediaman, menuju
pintu Gerbang-Tuma. Nama pintu gerbang itu, diambil dari namanya. Di
pertengahan kerumunan kaum yang hiruk-pikuk, ada seorang rahib rajin beridah.
Dialah orang musyrik yang paling rajin beribadah, dan sangat fanatik dalam
agama Nashrani.
Di Romawi Timur, dia sangat diagung-agungkan.
Di Romawi Timur, dia sangat diagung-agungkan.
Hari itu Tuma dibawakan Salib sangat besar, menaiki sudut benteng.
Dia minta, agar sejumlah bathriq mengelilingi dirinya. Sejumlah orang arif berkumpul
membawakan Injil, didekatkan pada Salib. Di pertengahan hiruk-pikuk pasukan,
Tuma menyentuh tulisan dalam Injil. Dan berdoa, “Ya Allah, jika agama kami benar,
maka berilah kami kemenangan. Jangan Kau serahkan kami pada musuh-musuh kami.
Mana di antara kami yang ‘aniaya’, maka rendahkanlah. Engkaulah yang tahu
tentang itu. Ya Allah, kami mendekatkan diri pada-Mu dengan Salib ini, dan
dengan ‘Orang’ yang dulu disalib, karena membela agamaNya. Dia
menunjukkan sejumlah Tanda ‘bahwa Dia Tuhan’ yang harus disembah. Tolonglah
kami ‘menaklukkan kaum aniaya ini’.” [1]
Semuanya mengamini, hingga suara menggemuruh. Doa dibaca dengan
bahasa Romawi.
Syurachbil bin Chasanah berkata, “Yang menterjemahkan untaian doa
itu, untuk kita, Rumas mantan penguasa Bushro.”
Kaum Muslimiin menyebut Rumas, ‘Abdul-Malik’.
Abdul-Malik sudah masuk Islam, dan bergabung dalam
pasukan Syurachbil, berperang dari arah Pintu Gerbang Tuma. Syurachbil dan
pasukannya mendobrak pintu gerbang. Lalu membentak Tuma, “Hai orang laknat!
Kamu bohong! Sungguh gambaran ‘Isa AS di sisi Allah, bagaikan Adam AS, dicipta
dari tanah! Allah menghidupkan ‘Isa AS di waktu menghendaki, dan mengangkat ke
langit, pada waktu menghendaki!.”
Dengan gigih, Abdul-Malik mendekati dan memerangi Tuma.
Pasukan Romawi melemparkan batu-batu dan meluncurkan anak-panah bertubi-tubi. Beberapa lelaki Muslimiin terluka, bahkan Aban bin Sa’id bin Al-Ash terkena panah beracun. [2] Luka dia berat, sehingga terpaksa mundur lemas, dan diusung oleh saudara-saudaranya, menuju tempat yang aman.
Pasukan Romawi melemparkan batu-batu dan meluncurkan anak-panah bertubi-tubi. Beberapa lelaki Muslimiin terluka, bahkan Aban bin Sa’id bin Al-Ash terkena panah beracun. [2] Luka dia berat, sehingga terpaksa mundur lemas, dan diusung oleh saudara-saudaranya, menuju tempat yang aman.
Walau begitu dia bersikeras akan ‘maju’ lagi, untuk berperang.
Teman-temannya ingin melepas surban pengikat lukanya, tapi dia
menolak.
Dengan lemas, dia berkata pelan, “Kalau kalian melepas surban,
ruhku akan melayang! Demi Allah sungguh Allah telah memberi saya anugrah ‘yang
telah saya angan-angan’ sebelumnya.”
Beberapa saat, Aban tak berbicara lagi. Teman-temannya membuka
surban penutup lukanya. Ternyata dia sedang sakarat, matanya melihat ke langit,
sambil isarah dengan jarinya. Dan berkata, “Laa Ilaah illaa Allaah
Muhammad Rasulullah. Inilah yang telah dijanjikan oleh Rahman, berarti para
rasul telah benar.” [3]
وكان عندهم عابدا راهبا ولم يكن في بلاد الشرك أعبد
منه ولا أزهد في دينهم وكان معظما عند الروم فخرج ذلك اليوم من قصره والصليب الأعظم
على رأسه وعلا به فوق البرج وأوقف البطارقة حوله والإنجيل تحمله ذوو المعرفة قال: ونصبوه
بالقرب من الصليب ورفع القوم أصواتهم وتقدم توما ووضع يده على أسطر من الإنجيل وقال
اللهم أن كنا على الحق فانصرنا ولا تسلمنا لاعدائنا واخذل الظالم منا فانك به عليم
اللهم اننا نتقرب إليك بالصليب ومن صلب على دينه وأظهر الايات الربانية والأفعال اللاهوتية
انصرنا على هؤلاء الظالمين.
وكان ممن جرح أبان
بن سعيد بن العاص أصابته نشابة وكانت مسمومة.
فلم يسمعوا قوله وحلوا عمامته
فلما حلوها شخص إلى السماء وصار يشير باصبعيه أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول
الله هذا ما وعد الرحمن وصدق المرسلون فما استتمها حتى توفي إلى رحمة الله تعالى.
0 komentar:
Posting Komentar