Emosi para Muslimaat yang ditawan makin berkobar,
karena ucapan Khaulah. Jawaban Afroh bintu Ghoffar Al-Chimyariyah (عفرة بنت غفار الحميرية) paling menjadi
perhatian, “Demi Allah kau telah benar hai Bintal Azwar (Khaulah)! Kami kaum
pemberani dan tangkas, seperti yang telah kau
katakan! Bahkan kami telah mengikuti perang-perang besar yang mengerikan! Kami
juga ahli berkuda yang sering menembus malam kelam! Hanya saja pedang yang kami
butuhkan tak ada di tangan! Padahal para perampok ini jumlahnya banyak sekali!
Kalaupun kita kabur juga percumah, karena jumlah mereka terlalu banyak!.”
Perkataan
dia, mengobarkan semangat.
Khaulah menjawab, “Jangan banyak perhitungan! Lepaslah
tangga-tangga tenda! Sebagai senjata untuk menyerang mereka!
Semoga dengan itu! Allah menolong kita! Atau setidaknya nama besar bangsa Arab
tidak tercampak!.”
Afroh
menjawab, “Demi Allah, edeamu lebih bermutu dari pada edeaku!.”
Khaulah dan teman-temannya bergerak cepat, untuk melepas tali pengikat tiang-tiang tenda. Dan berteriak keras bersama-sama.
Khaulah dan teman-temannya bergerak cepat, untuk melepas tali pengikat tiang-tiang tenda. Dan berteriak keras bersama-sama.
Khaulah memanggul tiang tenda di atas pundaknya.
Sejumlah wanita bergerak cepat, memanggul tongkat di
atas pundak.
“Jangan bercerai-berai! Berkumpullah yang kompak menjadi satu! Untuk berjuang bersama-sama!" Lanjut Khaulah, “Patahkan tombak dan pedang mereka!.”
“Jangan bercerai-berai! Berkumpullah yang kompak menjadi satu! Untuk berjuang bersama-sama!" Lanjut Khaulah, “Patahkan tombak dan pedang mereka!.”
Khaulah bergerak cepat mendahului teman-temannya,
memukul kepala lelaki Romawi, sekeras-kerasnya.
Lelaki itu terkejut dan jatuh lalu sakarat.
Teman-teman lelaki menoleh,
karena mendengar
suara pukulan keras.
Mereka terkejut ketika menyaksikan temannya telah terkulai.
Mereka mengamati keadaan, ternyata wanita-wanita Muslimaat telah lepas, membawa tongkat.
Mereka terkejut ketika menyaksikan temannya telah terkulai.
Mereka mengamati keadaan, ternyata wanita-wanita Muslimaat telah lepas, membawa tongkat.
Seorang batrik berteriak, “Hai perempuan-perempuan
keparat! Ada
apa kalian!.”
Afroh menjawab, “Inilah tindakan kami untuk memerangi
kalian! Sebagai
upaya mengakhiri umur dan ajal kalian! Hai kaum
kafir!.”
Petrus muncul dan berkata, “Kepung dan hati-hatilah!
Jangan kalian serang dengan pedang! Jangan ada satupun yang dibunuh! Tangkaplah
mereka sebagai tawanan! Siapapun yang menangkap perempuan milikku,
jangan sekali-kali menyakitinya!.”
Kaum perampok mengepung dari segala
penjuru,
untuk menangkap mereka. Namun kesulitan, karena dilawan
dengan tongkat, bertubi-tubi.
Para wanita bersatu, di
tengah kepungan pasukan berkuda. Yang menjadi sasaran, yang
berani maju untuk menangkap. Kaki-kaki kuda pengepung,
dipukuli oleh para wanita. Hingga roboh bersamaan
pengendaranya yang berani mendekat.
Ketika para pengendara kuda telah terlempar ketanah,
dihajar hingga tewas, oleh para wanita
Muslimaat yang telah kalap. Pedang mereka diambil.
Ketika
sejumlah lelaki berkuda, maju dari beberapa sudut, untuk menangkap. Saat itu
pula, kaki kuda mereka dipukul, oleh sejumlah wanita. Hingga kuda dan para
pengendaranya jatuh.
Pengendaranya dihajar dengan tongkat, oleh
perempuan-perempuan kalap, hingga tewas.
Tigapuluh pria telah terkulai tewas di atas tanah, babak-belur dan berdarah. Pedang mereka diambil.
0 komentar:
Posting Komentar