Shalbut, Salib tertua dan terkeramat. Cerita Islami ini pernah tersohor.
Diyakini, di atas Salib itu, Yesus AS pernah disalib oleh kaum Yahudi,
atas perintah raja mereka bernama Dawud. Mungkin diberi nama itu, karena
kayunya bernama Shalbut.
Ketika Perang Salib Tiga, berlangsung, Salib ini pernah direbut oleh pasukan Shalahuddiin. Dan
sontak kaum pembawanya menjadi lemas dan putus asa. Tentang itu, Ibnul-Atsir menjelaskan:
Kaum Islam merebut Salib paling agung yang disebut Salib Shalbut. Mereka
menjelaskan ‘di dalam Salib Shalbut, ada
kayu yang dulu dipergunakan menyalib Al-Masih AS’ menurut keyakinan
mereka. Konon penyitaan Salib Shalbut dari mereka, merupakan musibah
terbesar atas mereka. Mereka yakin akan segera terrenggut kematian dan
kerusakan. Inilah kenyataan, pembunuhan dan penangkapan bertubi-tubi, melanda pasukan
berkuda, maupun angkatan darat mereka.” [1]
Hanya sebelum
ada Raja Qusthantin (Konstantin), pengikut Isa AS tidak menyembah Salib.
Tigaratus tahun setelah Yesus (Isa AS) diangkat ke langit, Raja Qusthantin (قسطنطين) mengikuti ajakan ibunya, menjadi pengikut Isa AS. Raja Romawi beragama Nashrani inilah yang memaksa pengikut Isa AS, agar
menyembah Salib. Dia membakar rakyat yang membangkang perintahnya. Cukup banyak
orang tewas dalam keadaan matang karena kekejamannya. Tetapi keinginannya
tercapai: mulai sejak itu Salib disembah. Bukhari juga menyebutkan Penyembahan
Salib:
Dari Abi
Sa’id: “Kami pernah berkata ‘ya Rasulallah, bukankah di hari kiamat nanti? Kita
akan melihat Tuhan kita?’.
Nabi bersabda
‘apakah kalian merasa kesulitan melihat matahari dan bulan ketika terang
benderang?’.
Kami menjawab
‘tidak’.
Nabi bersabda
‘sungguh kalian di hari itu, takkan kesulitan melihat Tuhan kalian, kecuali hanya
bagai kalian kesulitan menyaksikan duanya’. Lalu besabda lagi ‘akan ada penyeru
yang menyerukan semua kaum agar datang
menuju yang dulunya disembah!’.
Para
penyembah Salib bergerak bersama Salib mereka. Para penyembah berhala bergerak
bersama berhala mereka. Semua kaum bergerak bersama Tuhan-Tuhan mereka.
Yang tersisa
hanya kaum Penyembah Allah yang baik maupun yang jelek, dan sisa-sisa ahli
kitab.
Lalu Jahanam
didatangkan, bentuknya mirip sekali fatamorgana. Selanjutnya dikatakan pada
umat Yahudi ‘apa yang dulu kalian sembah?’.
Mereka
menjawab ‘kami dulu menyembah Uzair Putra Allah’.
Akan
dilontarkan jawaban ‘kalian telah bohong! Allah mutlak tidak beristri maupun
berputra! Lalu apa yang kalian inginkan?’.
Mereka
berkata ‘kami ingin Tuhan memberi minum kami’.
Ada jawaban
yang dilontarkan ‘minumlah!’.
Ternyata
justru berguguran ke Jahanam, di saat mereka memasuki fatamurgana.
Dikatakan
pada umat Nashrani ‘apa yang dulu kalian sembah?’.
Mereka
berkata ‘kami dulu menyembah Al-Masih Putra Allah’.
Ada jawaban
yang dilontarkan ‘kalian bohong! Allah mutlak tak beristri dan tak berputra!
Lalu apa yang kalian inginkan?’.
Mereka berkata
‘kami ingin Tuhan memberi minum kami’.
Ada jawaban
yang dilontarkan ‘minumlah!’.
Mereka
berguguran (ke Jahanam), ketika memasuki fatamorgana. Hingga tak tersisa
kecuali orang yang dulu menyembah Allah, yang baik maupun yang jelek.
Pertanyaan
dilontarkan pada mereka ‘apa yang membuat kalian di sini? Padahal orang-orang
sudah pergi?’.
Mereka
berkata ‘dulu kami memang memisahi mereka. Di hari ini kami lebih membutuhkan
Allah. Sungguh kami telah mendengar suara penyeru ‘semua kaum agar bergabung
pada yang dulu disembah! Sungguh kami menunggu Tuhan kami’.
Al-Jabbar
(yang Maha Pemaksa) datang pada mereka untuk berfirman ‘Aku Tuhan kalian’.
Mereka
berkata ‘Engkau Tuhan kami’.
Yang berani
berbicara pada Allah hanya para Nabi AS.
Allah
berfirman ‘apa ada sandi pengenal Dia untuk kalian?’.
Mereka
berkata ‘Betis’.
Allah
menyingsingkan Betis-Nya. Sontak semua orang iman bersujud pada-Nya. Yang
ketinggalan bersujud hanya orang yang dulunya bersujud dengan riya’ (pamer), sum’ah atau ingin disebut-sebut. Mereka
berusaha bersujud, namun punggung mereka kembli tegak lagi, bagaikan
sebuah kayu.
Jembatan
didatangkan untuk dipasang di antara dua punggung Jahanam.
Kami bertanya
‘ya Rasulallah, bagaimanakah Jembatan tersebut?’.
Nabi bersabda
‘lincin menggelincirkan’.
Di jembatan
tersebut ada beberapa penyambar, pengait dan Chasakah, yang panjang dan lebar. [2]
Pengait bermata tajam sangat besar. Di kota Najed, duri demikian disebut duri
Sa’dan.
Ada orang
iman berjalan di atas Jembatan, cepat bagaikan kedipan mata. Ada yang cepat
bagaikan kilat. Ada yang cepat bagaikan angin menyambar. Ada yang cepat
bagaikan kuda dan kendaraan pilihan. Ada yang selamat tak terkena sambaran
pengait. Ada yang selamat namun tergores pengait. Ada yang selamat namun lalu
terlempar kedalam Jahanam. Ada juga yang harus ditarik dengan paksa.
Di hari itu,
kalian bukan yang lebih sangat permohonannya padaku (nabi SAW), ihwal
hak yang jelas, untuk sesama kalian, untuk disampaikan ke Hadirat Al-Jabbar,
daripada seorang iman. Demikian pula ketika mereka telah menyaksikan diri
mereka selamat. Yakni tentang hak mereka berkenaan sudara-saudara
mereka. Mereka berkata ‘wahai Tuhan kami, saudara-saudara kami dulu, shalat,
berpuasa, dan beramal bersama kami’.
Allah Ta’ala
berfirman ‘pergilah! Orang yang di dalam hatinya kalian jumpai, ada keimanannya
sedinar keluarkanlah!’.
Allah
mengharamkan api neraka membakar wajah mereka.
Mereka
mendatangi saudara-saudara mereka di neraka. Saat itu ada yang telah terbenam
hingga telapak kaki di neraka. Ada juga yang tenggelam hingga pertengahan dua
betisnya. Orang-orang iman mengeluarkan saudara-saudara yang mereka kenali, di
dalam neraka. Lalu kembali lagi menghadap Allah.
Allah
berfirman ‘berangkatlah! Orang yang dalam hatinya kalian jumpai keimanan
seberat dzarrah, keluarkanlah!’.
Mereka
mengeluarkan saudara-saudara mereka dari neraka.”
Abu Sa’id
berkata, “Kalau kalian tidak mempercayai aku, bacalah ‘إِنَّ اللَّهَ لاَ
يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا – Sungguh Allah takkan menganiaya
sebobot dzarrah pun. Jika berupa kebaikan Dia akan melipatkan’.
[Qs An-Nisa’ 40].
Lalu para
nabi, para malaikat AS, dan orang-orang iman, memberi syafa’at kaum mereka yang
di dalam neraka. Hinggga Al-Jabbar berfirman ‘yang tersisa tinggal Syafa’at-Ku’.
Allah menggenggam dari neraka satu genggam, untuk mengeluarkan beberapa kaum yang
benar-benar telah hangus. Mereka diletakkan di sungai bernama Air Kehidupan,
yang berada di beberapa mulut surga. Mereka tumbuh di dua pinggirnya, bagaikan
biji-bijian yang tumbuh di dalam bawaan banjir. Kalian pasti pernah menyaksikan
hal tersebut, di sisi batu besar, di sisi sebuah pohon. Yang condong ke arah
mata-hari menjadi hijau. Yang condong ke arah teduh memutih. Mereka keluar dari
kawasan tersebut, dalam keadaan indah, sangat mirip mutiara. Ada cap-cap di pundak-pundak
mereka. Mereka masuk surga.
Di saat itu,
orang-orang surga berkata ‘mereka ini kaum yang dimerdekakan oleh Rahman.
Rahman telah memasukkan mereka ke surga, dengan tanpa amalan maupun kebaikan.
Dilontarkan
perkatan ‘apa yang telah kalian saksikan
dan yang semisal itu, milik kalian’.” [3]
Oleh karena
itu sembahlah Allah yang telah perintah, agar shalat menghadap qiblat, yakni
Ka’bah: “وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ
وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ – Dan dari manapun kau keluar, maka
palingkan wajahmu ke arah Masjidil-Haram! Dan di manapun kalian telah berada,
maka palingkanlah wajah kalian ke arahnya!.”
Semoga Cerita Islami berikutnya lebih bermanfaat.
Alloohumma aamiiiin.
وَأَخَذَ
الْمُسْلِمُونَ صَلِيبَهُمُ الْأَعْظَمَ الَّذِي يُسَمُّونَهُ صَلِيبَ
الصَّلَبُوتِ، وَيَذْكُرُونَ أَنَّ فِيهِ قِطْعَةً مِنَ الْخَشَبَةِ الَّتِي
صُلِبَ عَلَيْهَا الْمَسِيحُ - عَلَيْهِ السَّلَامُ - بِزَعْمِهِمْ، فَكَانَ
أَخْذُهُ عِنْدَهُمْ مِنْ أَعْظَمِ الْمَصَائِبِ عَلَيْهِمْ، وَأَيْقَنُوا
بَعْدَهُ بِالْقَتْلِ وَالْهَلَاكِ هَذَا وَالْقَتْلُ وَالْأَسْرُ يَعْمَلَانِ فِي
فُرْسَانِهِمْ وَرِجَالَتِهِمْ.
[2]
Chasakah dalam bahasa Jawa semacam ri
kemarung atau ri pring
ori.
7439 - حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ
يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلاَلٍ، عَنْ زَيْدٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ
يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ القِيَامَةِ؟ قَالَ: «هَلْ تُضَارُونَ فِي رُؤْيَةِ
الشَّمْسِ وَالقَمَرِ إِذَا كَانَتْ صَحْوًا؟» ، قُلْنَا: لاَ، قَالَ:
«فَإِنَّكُمْ لاَ تُضَارُونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ يَوْمَئِذٍ، إِلَّا كَمَا
تُضَارُونَ فِي رُؤْيَتِهِمَا» ثُمَّ قَالَ: " يُنَادِي مُنَادٍ: لِيَذْهَبْ
كُلُّ قَوْمٍ إِلَى مَا كَانُوا يَعْبُدُونَ، فَيَذْهَبُ أَصْحَابُ الصَّلِيبِ
مَعَ صَلِيبِهِمْ، وَأَصْحَابُ الأَوْثَانِ مَعَ أَوْثَانِهِمْ، وَأَصْحَابُ كُلِّ
آلِهَةٍ مَعَ آلِهَتِهِمْ، حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ، مِنْ
بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ، وَغُبَّرَاتٌ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، ثُمَّ يُؤْتَى
بِجَهَنَّمَ تُعْرَضُ كَأَنَّهَا سَرَابٌ، فَيُقَالُ لِلْيَهُودِ: مَا كُنْتُمْ
تَعْبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ:
كَذَبْتُمْ ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟
قَالُوا: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا، فَيَتَسَاقَطُونَ فِي
جَهَنَّمَ، ثُمَّ يُقَالُ لِلنَّصَارَى: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ فَيَقُولُونَ:
كُنَّا نَعْبُدُ المَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ
لِلَّهِ صَاحِبَةٌ، وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: نُرِيدُ أَنْ
تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ، حَتَّى
يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ، فَيُقَالُ لَهُمْ:
مَا يَحْبِسُكُمْ وَقَدْ ذَهَبَ النَّاسُ؟ فَيَقُولُونَ: فَارَقْنَاهُمْ، وَنَحْنُ
أَحْوَجُ مِنَّا إِلَيْهِ اليَوْمَ، وَإِنَّا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي:
لِيَلْحَقْ كُلُّ قَوْمٍ بِمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ، وَإِنَّمَا نَنْتَظِرُ
رَبَّنَا، قَالَ: فَيَأْتِيهِمُ الجَبَّارُ فِي صُورَةٍ غَيْرِ صُورَتِهِ الَّتِي
رَأَوْهُ فِيهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمْ، فَيَقُولُونَ:
أَنْتَ رَبُّنَا، فَلاَ يُكَلِّمُهُ إِلَّا الأَنْبِيَاءُ، فَيَقُولُ: هَلْ
بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ آيَةٌ تَعْرِفُونَهُ؟ فَيَقُولُونَ: السَّاقُ، فَيَكْشِفُ
عَنْ سَاقِهِ، فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ، وَيَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ
لِلَّهِ رِيَاءً وَسُمْعَةً، فَيَذْهَبُ كَيْمَا يَسْجُدَ، فَيَعُودُ ظَهْرُهُ
طَبَقًا وَاحِدًا، ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَيْ
جَهَنَّمَ "، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الجَسْرُ؟ قَالَ: "
مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ، عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلاَلِيبُ، وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ
لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ، تَكُونُ بِنَجْدٍ، يُقَالُ لَهَا: السَّعْدَانُ،
المُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ، وَكَأَجَاوِيدِ
الخَيْلِ وَالرِّكَابِ، فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ، وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ، وَمَكْدُوسٌ فِي
نَارِ جَهَنَّمَ، حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا، فَمَا أَنْتُمْ
بِأَشَدَّ لِي مُنَاشَدَةً فِي الحَقِّ، قَدْ تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنَ المُؤْمِنِ
يَوْمَئِذٍ لِلْجَبَّارِ، وَإِذَا رَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ نَجَوْا، فِي
إِخْوَانِهِمْ، يَقُولُونَ: رَبَّنَا إِخْوَانُنَا، كَانُوا يُصَلُّونَ مَعَنَا،
وَيَصُومُونَ مَعَنَا، وَيَعْمَلُونَ مَعَنَا، فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى:
اذْهَبُوا، فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ إِيمَانٍ
فَأَخْرِجُوهُ، وَيُحَرِّمُ اللَّهُ صُوَرَهُمْ عَلَى النَّارِ، فَيَأْتُونَهُمْ
وَبَعْضُهُمْ قَدْ غَابَ فِي النَّارِ إِلَى قَدَمِهِ، وَإِلَى أَنْصَافِ
سَاقَيْهِ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا، ثُمَّ يَعُودُونَ، فَيَقُولُ: اذْهَبُوا فَمَنْ
وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ فَأَخْرِجُوهُ، فَيُخْرِجُونَ
مَنْ عَرَفُوا، ثُمَّ يَعُودُونَ، فَيَقُولُ: اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي
قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ
عَرَفُوا " قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: فَإِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِي فَاقْرَءُوا:
{إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً
يُضَاعِفْهَا} [النساء: 40] ، " فَيَشْفَعُ النَّبِيُّونَ وَالمَلاَئِكَةُ
وَالمُؤْمِنُونَ، فَيَقُولُ الجَبَّارُ: بَقِيَتْ شَفَاعَتِي، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً
مِنَ النَّارِ، فَيُخْرِجُ أَقْوَامًا قَدْ امْتُحِشُوا، فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرٍ
بِأَفْوَاهِ الجَنَّةِ، يُقَالُ لَهُ: مَاءُ الحَيَاةِ، فَيَنْبُتُونَ فِي
حَافَتَيْهِ كَمَا تَنْبُتُ الحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ، قَدْ رَأَيْتُمُوهَا
إِلَى جَانِبِ الصَّخْرَةِ، وَإِلَى جَانِبِ الشَّجَرَةِ، فَمَا كَانَ إِلَى
الشَّمْسِ مِنْهَا كَانَ أَخْضَرَ، وَمَا كَانَ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ
كَانَ أَبْيَضَ، فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ اللُّؤْلُؤُ، فَيُجْعَلُ فِي
رِقَابِهِمُ الخَوَاتِيمُ، فَيَدْخُلُونَ الجَنَّةَ، فَيَقُولُ أَهْلُ الجَنَّةِ:
هَؤُلاَءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ، أَدْخَلَهُمُ الجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ
عَمِلُوهُ، وَلاَ خَيْرٍ قَدَّمُوهُ، فَيُقَالُ لَهُمْ: لَكُمْ مَا رَأَيْتُمْ
وَمِثْلَهُ مَعَهُ "
__________
[تعليق
مصطفى البغا]
7001 (6/2706)
-[ش
أخرجه مسلم في الإيمان باب معرفة طريق الرؤية رقم 183
(ما
يحبسكم) ما يمنعكم من الذهاب ويقعدكم عنه. (الجبار) الله سبحانه وتعالى والجبار
العالي العظيم الذي لا يقهره أحد ويقهر كل من عداه
(آية)
علامة. (مدحضة) من دحضت رجله إذا زلقت ومالت. (مزلة) موضع تزلق فيه الأقدام. (خطاطيف)
جمع خطاف وهو حديدة معوجة يختطف بها الشيء. وفي معناها (الكلاليب) فهي جمع كلوب
وهو حديدة معطوفة الرأس يعلق عليها اللحم وقيل هي ما يتناول به الحداد الحديد من
النار. (حسكة) شوكة صلبة. (مفلطحة) عريضة. (عقيفة) منعطفة معوجة وفي نسخة (عقيفاء)
. (بنجد) مكان مرتفع. (مخدوش) مخموش ممزوق. (مكدوس) مصروع أو مدفوع مطرود. (بأشد)
بأكثر. (مناشدة. .) مطالبة في حق ظهر لكم في الدنيا. (من المؤمن. .) من طلب
المؤمنين من الله في الآخرة. (في إخوانهم) في شأن نجاة إخوانهم من النار وفي نسخة
(وبقي إخوانهم) . (مثقال) وزن. (صورهم) معالم خلقتهم فلا تغيرها النار. (ذرة) مثل
للقلة في الوزن وقيل غير ذلك. (امتشحوا) من المحش وهو احتراق الجلد وظهور العظم.
(حميل السيل) ما يحمله ويجئ به السيل من طين ونحوه فإنه إذا جاءت فيه حبة واستقرت
على شط مجرى السيل نبتت في يوم وليلة فشبه بها سرعة عود أبدانهم وأجسامهم إليهم
بعد إحراق النار لها].
0 komentar:
Posting Komentar