Perang Khaibar adalah perang akbar. Perang ini ditungguh-tunggu, karena dua bulan sebelumnya, Allah telah menjelaskan 'Kaum Muslimiin’ pasti akan menang, dan mendapatkan jarahan banyak sekali'. Allah berfirman, “فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا.” [1]
Artinya: Lalu Dia menurunkan Ketenangan atas mereka, dan
mengganjar mereka ‘Kemenangan’ yang sangat dekat. Mereka akan mengambil
rampasan perang sangat banyak. Sejak dulu Allah Maha Mulia Maha Bijaksana.
Jarak tempuh dari Madinah hingga Khaibar, delapan barid ke arah
Syam. Satu Barid: 12 mil. Khaibar, kawasan yang dihuni oleh kaum Yahudi.
Kota tersebut terisi beberapa beteng atau kastil dan perkebunan kurma yang
sangat luas. Kastil-kastil tersebut tidak berkumpul dalam satu tempat; tetapi
pada beberapa tempat terpisah, di dalam beberapa dataran, bersebelahan.
Di pertengahan perkebunan yang sangat luas itu, mereka
mendirikan kastil-kastil.
Khaibar merupkan tempat persembunyian umat Yahudi yang mencari
kenyamanan hidup. Ada tujuh kastil dari batu yang bertengger di sana:
1.
Na’im,
2.
Al-Qamus (tempat tinggal tokoh besar mereka, Abul-Chuqaiq),
3.
As-Syaqq,
4.
An-Nathah,
5.
As-Salalim,
6.
Al-Wathich,
7.
Al-Katibah.
Menurut Qarwini [2], “Khaibar
saat itu, sering dijangkiti penyakit panas. Dan penduduknya suka melancarkan
makar dan kejahatan. Orang Yahudi yang dikenal oleh
masyarakat luas, sebagai orang baik, hanya Samual bin Adiya.”
Pasukan berkuda Muslimiin 300 orang. Selain mereka
berjumlah 1.300 orang, berjalan atau naik unta. [3] Istri yang mendampingi nabi SAW, dalam peperangan tersebut, Ummu Salamah. Dia pula
yang mendampingi nabi SAW, di
waktu Perang Hudaibiyah, sekitar dua bulan sebelumnya.
Yang dipercaya oleh nabi agar memimpin Jamaah Madinah
selama ditinggalkan, Siba’ bin Urfuthah Al-Ghifari (سِبَاعَ بْنَ عُرْفُطَةَ الْغِفَارِيّ).
Sebetulnya banyak sekali yang ingin bergabung dalam Perang
Khaibar ini, tetapi nabi menolak mereka, karena taat Perintah Allah.
Karena mereka tahu bahwa peperangan tersebut, pasti akan menang, dan
akan mendapatkan rampasan perang sangat banyak.
Allah berfirman, “سَيَقُولُ
الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انْطَلَقْتُمْ إِلَى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا
نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللَّهِ قُلْ لَنْ
تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِنْ قَبْلُ فَسَيَقُولُونَ بَلْ
تَحْسُدُونَنَا بَلْ كَانُوا لَا يَفْقَهُونَ إِلَّا قَلِيلًا.” [4]
Artinya: Orang-orang yang dikodar ketinggalan (dari Perang
Hudaibiyah) akan berkata, “Bebaskan kami, kami akan ikut kalian (Perang Khaibar)!” Ketika kalian pergi, untuk mengambil rampasan (Perang Khaibar).
Mereka ingin merubah Kalam Allah. Katakan, “Kalian takkan mengikuti kami!
Demikian itu Firman Allah sebelumnya!” Maka mereka akan berkata, “Memang kalian
dengki pada kami” Memang mereka tidak faham kecuali sedikit.
Meskipun sombong dan congkak, namun, begitu Muslimin
berangkat dari Madinah, kaum Yahudi sangat khawatir jika kota mereka
rusak, dan dikalahkan. Karena, kaum Yahudi Qainuqak, Nadhir, dan Quraizha, telah ditaklukkan oleh Muslimiin. Kekhawatiran mereka tampak sekali, semua orang Yahudi yang
memberi piutang orang Islam, segera menagih.
Abus-Syachm termasuk kaum
Yahudi yang segera menagih piutang; lima dirham, untuk gandum, atas
Ibnu Abi Chadrad.
Ibnu Abi Chadrad berkata “Besok saja, in syaa Allah saya akan melunasi, jika telah pulang
dari Khaibar. Sungguh secara khusus, Allah telah menjanjikan ‘akan memberi kemenangan’ pada Nabi-Nya, atas kota Khaibar.”
Tentu saja ucapan Ibnu Abi Chadrad, membuat jantung dia bertambah
berdebar-debar. Abus-Syachm, orang Yahudi kaya, yang menghutangi Sya’ir
30 Sha’ pada nabi, dengan
tempo setahun. Dan menahan baju perang, hingga nabi SAW wafat. [5]
Beberapa orang ingat peristiwa
beberapa tahun yang lalu: kaum
Yahudi dari keluarga besar Nazhir, berbondong-bondong ke Khaibar, dengan
membawa terbang dan seruling. Sepertinya mereka berbahagia oleh terbang
dan seruling, yang mereka mainkan. Padahal sesungguhnya hati mereka terluka,
perih, kecut, pahit, bahkan panas, karena dirusir oleh Muslimiin.
Dipastikan di pertengahan mereka, ada tangisan, jeritan,
gertakan, cibiran, pukulan, debaran jantung, sesak nafas, bingung dan
lain-lain.
Itulah kehidupan; dibolak-balik oleh Tuhan. Sebelum itu kaum
Yahudi sangat menguasai kaum Arab, namun dalam waktu yang sangat cepat,
tiba-tiba ditaklukkan oleh kaum Arab. Dan penaklukan Khaibar adalah yang
paling memalukan dan menyakitkan.
Perjalanan jauh yang melelahkan, akhirnya hampir sampai tujuan.
Di saat menghadap kota Khaibar, Rasulullah SAW bersabda, “Berhenti!,”
lalu berdoa, “اللّهُمّ رَبّ
السّمَوَاتِ وَمَا أَظْلَلْنَ وَرَبّ الْأَرَضِينَ وَمَا أَقْلَلْنَ وَرَبّ
الشّيَاطِينِ وَمَا أَضْلَلْنَ وَرَبّ الرّيَاحِ وَمَا أَذْرَيْنَ فَإِنّا
نَسْأَلُك خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا ،
وَنَعُوذُ بِك مِنْ شَرّهَا وَشَرّ أَهْلِهَا وَشَرّ مَا فِيهَا."
Artinya:Ya Allah, Tuhan beberapa langit dan yang
dinaungi (di bawah)nya. Tuhan bumi-bumi dan yang dimuat. Tuhan
syaitan-syaitan dan yang disesatkan. Tuhan angin-angin dan yang ditaburkan.
Sungguh kami memohon pada-Mu baiknya ini desa, baiknya penduduknya, dan baiknya
yang di dalamnya. Dan kami berlindung pada-Mu dari jeleknya desa ini, jeleknya
penduduknya, dan jeleknya yang di dalamnya.”
As-Suhaili [6]
berkata, “Tiap kali akan memasuki desa, maka nabi SAW berdoa seperti di atas.”
Di malam yang menegangkan itu, Rasulullah SAW tidak
segera melancarkan serangan, tetapi menunggu sampai subuh. Siapa tahu ada suara
adzan di pertenghan kota tersebut. Sepertinya kaum Yahudi telah tahu bahwa umat
Islam akan menyerang. Di pagi yang semakin terang itu, para petani
keluar-rumah, membawa bajak-bajak dan sejumlah wadah.
Di saat menyaksikan Rasulallah SAW dan para pasukan Muslimiin, mereka berteriak, “Muhammad
dan Khamis” Sambil lari terbirit-birit. Khamis adalah formasi pasukan
yang disusun menjadi lima titik: depan, kiri, kanan, tengah, dan
belakang.
Sontak nabi bersabda “Khaibar hancur! Sungguh halaman kaum yang
kami datangi, menjadi sejelek-jelek yang diancam.”
Ternyata benar Firman Allah: Mereka segera kalah sebagian demi
sebagaian, dan harta mereka dijarah. Kastil yang pertama kali dikuasai, Na’im.
Sedangkan kastil yang terakhir ditaklukkan oleh Muslimiin, yang paling
besar, bernama Qamus.
Naik ke Atas Benteng
Jantung berdebar, susah, sebal, benci, geregetan, adalah keadaan
yang selalu membalut perjuangan, apalagi perang. Namun di balik itu, juga ada
senang, puas, dan bahagia. Demikianlah yang terjadi pada saat itu. Muslimiin
geregetan terhadap penghuni sebuah kastil yang sulit sekali ditaklukkan.
Musim panas, dan angin-besar menyambar keras, menambah sebagian kaum
Muslimiin susah.
Dalam peperangan sengit tersebut, seorang Yahudi bernama
Marhab, menaiki benteng dan menjatuhkan lesung-batu. Di bawahnya ada
seorang Muslim bernama Machmud yang terkejut; topi-perangnya
hancur tertimpa lesung-batu itu. Selain topi-perangnya hancur;
kulit keningnya mengelupas, darahnya bercucuran.
Para sahabat takjub, di saat menyaksikan kulit tersebut
direkatkan lagi oleh nabi SAW, hingga pulih seperti semula. Selanjutnya
Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ
وَآلِهِ وَسَلّمَ membalut dengan kain.
Sebuah sumber memberitakan, “Yang diperintah memimpin penaklukan kastil An-Nathah, Utsman bin Affan. Dia memulai
penyerangan pada hari pertama, siang-hari, dari arah bawah. Jika hari mulai
gelap, dia menarik pasukannya menuju Rajik. Hari berikutnya dia menyerang lagi
dari arah atas, hingga menang.”
Ka’eb bin Malik berkisah:
“Di saat kami di Rajik; seorang Yahudi penghuni kastil An-Nathah
berteriak keras ‘saya mohon dipastikan aman' karena akan
menyampaikan berita penting!’.
Kami menjawab ‘ya!’.
Kami bergegas mencari lelaki tersebut, dan saya yang pertama
kali menangkap.
‘Siapa kau?’ tanyaku.
Dia menjawab ‘lelaki Yahudi’.
Kami segera memasukkan dia ke ruangan Rasulullah SAW.
Yahudi itu berkata ‘ya Ayah Qasim', amankan saya dan keluarga saya. Kau akan saya beri tahu 'rahasia kaum Yahudi’.
Yahudi itu berkata ‘ya Ayah Qasim', amankan saya dan keluarga saya. Kau akan saya beri tahu 'rahasia kaum Yahudi’.
Setelah nabi bersabda ‘ya’ dia segera menjelaskan rahasia yang
dimaksud.
Malam itu juga, Rasulullah SAW memanggil dan
menggerakkan para sahabat, untuk menyerang mereka. Rasulullah SAW juga
memberi tahukan ‘sungguh kaum Yahudi telah ditinggalkan oleh para pendukung
mereka. Bahkan kaum Yahudi telah terusik, berselisih dan berlari,
meninggalkan kastil’.
Di pagi buta, kami segera bergegas menyerbu; ternyata benar,
penghuni kastil tersebut telah kosong. Hanya anak-anak kecil yang berada di
sana. Kami pun segera menyerbu kastil itu.
Lalu menyerbu kastil As-Syaqq; ternyata istri lelaki
Yahudi yang menghadap nabi SAW tersebut di situ. Nabi menyerahkan wanita
tersebut padanya. Dan dia pun segera menggandeng wanita cantik-jelita
tersebut.”
Di waktu itu, Rajik adalah posko umat Islam. Selama seminggu
Rasulullah SAW mengatur pergantian para sahabat, agar berjaga-jaga.
Di hari keenam, yang dipilih agar memimpin pasukan, Umar.
Saat itu, Umar RA menggerakkan sahabat-sahabatnya untuk mencerai-beraikan musuh, sehingga kemenangan makin sempurna. Saat itu pula, ada tawanan perang yang hampir dipenggal lehernya, atas perintah Umar.
Saat itu, Umar RA menggerakkan sahabat-sahabatnya untuk mencerai-beraikan musuh, sehingga kemenangan makin sempurna. Saat itu pula, ada tawanan perang yang hampir dipenggal lehernya, atas perintah Umar.
Dia bersilat-lidah, “Serahkan saya pada nabi kalian! Agar
saya berbicara langsung padanya!.”
Umar menangkap dan membawa lelaki itu, menuju pintu tenda
Rasulullah SAW. Saat itu nabi sedang shalat. Setelah mendengar ucapan
Umar, nabi segera mengucapkan salam dan menyuruh dia masuk.
Nabi bertanya, “Apa yang di belakangmu dan siapakah
kau?.”
Dia menjawab, “Saya seorang Yahudi, amanankan saya. Saya
akan mengatakan informasi penting dan benar padamu.”
Rasulullah SAW bersabda “Na’am,”
maksudnya ‘ya’.
Dia berkata, “Malam ini saya barusan kelur dari kastil
An-Nathah, di saat penghuninya sedang bercerai-berai dan meninggalkan kastil
tersebut."
Rasulullah SAW bertanya, “Lalu mereka lari
kemana?.”
Dia menjawab, “Mereka justru lari menuju kastil yang
lebih jelek, As-Syaqq.
Yang pasti mereka benar-benar takut kau, hingga perasaan mereka
bergoncang hebat. Sebetulnya yang ini, justru kastil Yahudi yang
penuh senjata, bahan makan dan lemak. Bahkan peralatan-perang-berat yang mereka
gunakan berperang antar mereka, juga berada di sini. Mereka menyembunyikan
semua itu di ruangan-bawah-tanah.”
Rasulullah SAW bertanya “Terdiri dari apa saja?.”
Dia menjawab “Manjaniq,” maksudnya pelontar batu.
Dia melanjutkan, “Di sana juga ada peralatan perang berupa
pedang, topi-perang dan dua dababah (pelontar batu). Jika kau
memasuki benteng tersebut besok pagi, pasti akan menemukan.”
Rasulullah SAW bersabda “In syaa Allah” Artinya jika Allah menghendaki; namun maksudnya semoga
Allah menghendaki. [7]
Lelaki Yahudi berkata, “In syaa Allah saya akan
kesana, karena tak seorang-pun Yahudi yang tahu kecuali saya. Ada lagi yang
perlu kau ketahui: ambillah itu semua! Selanjutnya yang akan memasang Manjaniq (pelontar
batu) untuk menyerbu kastil As-Syaq saya sendiri. Suruhlah sejumlah pria, agar
masuk ke bawah Dababah! Selanjutnya agar membobol kastil tersebut,
dengan jalan menggali tanah. Hari itu juga kau akan menaklukkan mereka.
Selanjutnya kastil Katibah juga serbulah! Dengan cara yang sama.”
Umar berkata “Ya Rasulallah, saya yakin lelaki ini telah berkata
benar.”
Yahudi tersebut berkata pada nabi, “Ya Abal-Qasim! Pastikan
darah saya aman.”
Nabi bersabda “Kau dijamin aman.”
Dia meneruskan permohonan, “Saya memiliki istri di kastil
An-Nazzar, pastikan dia tetap milikku.”
Nabi menjamin, “Dia tetap milikmu.”
Rasulullah SAW bertanya, “Kenapa kaum Yahudi
memindahkan anak-anak kecil mereka dari kastil An-Nathah?.”
Dia menjawab, “Mereka mengkhususkan kastil itu untuk
tentara, dan memindahkan anak-anak ke kastil As-Syaq dan
Al-Katibah.”
Beberapa orang menjelaskan, “Akhirnya Rasulullah SAW mengajak
dia masuk Islam.”
Dia menjawab, “Berilah saya kesempatan beberapa hari untuk
mempertimbangkan.”
Pagi itu, Rasulullah SAW bersama kaum Muslimiin
pergi ke kastil An-Nathah. Tak lama kemudian, Allah memberi Kemenangan untuk
kaum Muslimiin, atas penghuni kastil tersebut. Semua barang yang dilaporkan
oleh lelaki Yahudi tersebut dikeluarkan.
Rasulullah SAW perintah agar
dua Manjaniq segera dipasang, untuk menyerang kastil As-Syaq,
sekaligus kastil An-Nazar. Ternyata penghuni kastil An-Nazzar takluk sebelum
batu-batu-lontar habis oleh Manjaniq, atas mereka.
Di saat Rasulullah SAW datang memasuki kastil tersebut;
sebagian penghuninya tewas tertimbun batu-batu menggunung. Mereka bisa diambil
setelah batu-batu disingkirkan.
Nufailah diserahkan pada suaminya; lelaki Yahudi bernama Simak
yang telah laporan pada nabi tersebut.
Setelah Rasulullah SAW menaklukkan penghuni kastil
Al-Wathih dan Sulalim, Simak masuk Islam. Selanjutnya dia meninggalkan kota
Khaibar dan tamatlah riwayatnya.
Panji Berkibar
Kastil Na’im berada di wilayah An-Nathah. Saat itu,
Rasulullah SAW membaris dan melarang sahabat-sahabatnya 'memulai
serangan' sebelum memberi idzin. Namun seorang lelaki dari Asyjak melancarkan
serangan pada seorang Yahudi. Ternyata Marhab lelaki Yahudi justru telah
mendahului menyerang dan membunuh dia.
Orang-orang berkata ”Ya Rasulallah, si fulan mati syahid.”
Rasulullah SAW bertanya, “Apakah menyerangnya setelah
saya melarang melakukan serangan? Sebelum saya beri idzin?.”
Mereka menjawab, “Betul.”
Tak lama kemudian, Rasulullah SAW perintah agar seorang
menyerukan, “Surga takkan halal untuk orang yang menentang
atasan!.”
Rasulullah SAW memberi idzin, agar serangan segera
dimulai. Muslimiin menempati posisi mereka masing-masing.
Di waktu peperangan berkecamuk dengan seru; ada seorang
budak-hitam bernama Yasar Al-Chabasyi, milik seorang Yahudi bernama Amir. Yasar
Al-Chabasyi menggembala sejumlah kambing milik Amir, majikannya.
Di saat penduduk Khaibar berlarian menuju kastil, untuk
berlindung, dia bertanya, “Ada apa ini?.”
Mereka berlari sambil menjawab, “Berperang melawan orang yang
mengaku-aku sebagai nabi itu.”
Benak dia berkata, “Mungkin justru dia benar-benar Nabi.”
Dia segera menggiring kawanan kambingnya menuju Rasulullah SAW.
Dan berkata, “Ya Muhammad! Apa saja yang kau sampaikan? Dakwahmu kau arahkan ke
mana?.”
Nabi menjawab, “Saya mengajak masuk Islam. Saya bersaksi bahwa
tiada Tuhan kecuali Allah dan saya Utusan Allah SAW.”
Dia bertanya, “Apa pahalaku jika Islam?.”
Nabi menjawab, “Surga, jika kau tetap atas Islam.”
Dia masuk Islam, dan berkata, “Kambing-kambing yang saya gembala
adalah amanat majikan saya.”
Nabi bersabda, “Bawalah keluar dari laskar! Lalu teriaki dan
lemparlah! Dengan beberapa kerikil! Sungguh Allah akan mendatangkan kambing
amanatmu, ke alamatnya!.”
Setelah budak tersebut melaksanakan perintah; kawanan kambing
tersebut berjalan pulang, menuju pemiliknya.
Majikan Yasar Al-Chabasyi tahu pasti 'budaknya bernama
Yasar Al-Chabasyi' telah Islam.
Pada Muslimiin, Rasulullah SAW nasehat dan membagi
tiga panji, yakni bendera besar.
Sebelulm perang Khaibar, nabi belum pernah membawa panji.
Sebelum itu, jika perang hanya membawa bendera kecil. Panji yang dibawa oleh
nabi dalam Perang Khaibar berwarna hitam, berasal dari selimut ‘A’isyah yang
dibordir pinggir, lalu diberi nama Al-Iqab. Bendera kecil yang dibawa
oleh nabi, berwarna putih.
Tiga panji diberikan pada Ali, Al-Chubab bin Al-Mundzir, dan
Sa’ed bin Ubadah.
Di saat Ali keluar menuju barisan musuh; budak hitam tersebut
mengikuti di belakang, ikut berperang hingga gugur.
Mayat diusung-masuk ke sebauh tenda laskar. Rasulullah SAW menengok dan bersabda,
“Niscaya Allah telah memuliakan dan menggiring, pada budak-hitam ini, menuju Khaibar. Dia menerima Islam
benar-benar dari lubuk hatinya. Sungguh saya telah menyaksikan
dua-istri-bidadari-bermata-indah, berada
di sisi kepala dia.”
Semoga Kisah selanjutnya lebih bermanfaat. Alloohumma
aamiiiin.
Bersambung.
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta
Bersambung.
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta
[1] Qs Al-Fath 18-19.
[2] Sejarahwan Islam.
[3] Menurut
sebagian riwayat.
[4] Qs Al-Fath 15.
[5] Di dalam Lisanul-Arab dijelaskan: في الحديث أَن النبي صلى الله عليه وسلم لما تُوُفِّيَ
وغُسِّلَ صَلَّى عليه الناسُ أَفناداً أَفناداً قال أَبو العباس ثعلب أَي فِرْقاً
بعد فِرْق فُرادى بلا إِمام قال وحُزِرَ المصلون فكانوا ثلاثين أَلفاً ومن
الملائكة ستين أَلفاً لأَن مع كل مؤْمن ملكين.
Artinya: Di
dalam Hadits dijelaskan, “Sungguh di saat telah wafat dan telah dimandikan, nabi SAW dishalati oleh sekelompok demi sekelompok.”
Abul-Abbas
Tsa’lab menjelaskan, “Yakni sekumpulan demi sekumpulan, sendiri-sendiri tanpa
Imam. Diperkirakan jumlah yang menshalati 30.000 orang,
dan 60.000 malaikat, karena tiap orang iman disertai oleh dua
malaikat.”
[6] Dia sejarahwan Islam, penulis Arraudhul-Unuf.
1.
‘عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -
صلى الله عليه وسلم - قَالَ « قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ - عَلَيْهِمَا
السَّلاَمُ - لأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى مِائَةِ امْرَأَةٍ - أَوْ تِسْعٍ
وَتِسْعِينَ - كُلُّهُنَّ يَأْتِى بِفَارِسٍ يُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ،
فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَقُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ .
فَلَمْ يَحْمِلْ مِنْهُنَّ إِلاَّ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ ، جَاءَتْ بِشِقِّ رَجُلٍ ،
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ، لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ،
لَجَاهَدُوا فِى سَبِيلِ اللَّهِ فُرْسَانًا أَجْمَعُونَ’. Dari Rasulullah SAW, “Sulaiman bin Dawud AS berkata
‘sungguh malam ini, saya akan menggilir seratus istri (atau
sembilan-puluh-sembilan). Semuanya akan melahirkan pahlawan ahli
berkuda, yang berjihad di
Jalan Allah’. Sahabat dia berkata, mengingatkan ‘in syaa Allah’. Namun
dia AS tidak berkata ‘in syaa Allah’. Namun tak seorang pun dari mereka yang berhasil
hamil, kecuali seorang wanita. Melahirkan
separuh-bayi lelaki, yakni tidak normal. Demi yang diriku di Tangan-Nya, kalau
dia berkata ‘in syaa Allah’, niscaya semua anak yang diharapkan, benar-benar
lahir sebagai pahlawan ahli berkuda yang semuanya berjihad di Jalan Allah’.”
2.
‘عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ لَيَحْفِرُونَ السَّدَّ
كُلَّ يَوْمٍ ، حَتَّى إِذَا كَادُوا يَرَوْنَ شُعَاعَ الشَّمْسِ ، قَالَ الَّذِي
عَلَيْهِمْ : ارْجِعُوا فَسَتَحْفِرُونَهُ غَدًا ، فَيَعُودُونَ إِلَيْهِ
كَأَشَدِّ مَا كَانَ ، حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ مُدَّتُهُمْ ، وَأَرَادَ اللَّهُ
أَنْ يَبْعَثَهُمْ عَلَى النَّاسِ ، حَفَرُوا ، حَتَّى إِذَا كَادُوا يَرَوْنَ
شُعَاعَ الشَّمْسِ ، قَالَ الَّذِي عَلَيْهِمْ : ارْجِعُوا فَسَتَحْفِرُونَهُ
غَدًا ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، وَيَسْتَثْنِي ، فَيَعُودُونَ إِلَيْهِ وَهُوَ
كَهَيْئَتِهِ حِينَ تَرَكُوهُ ، فَيَحْفِرُونَهُ وَيَخْرُجُونَ عَلَى النَّاسِ ،
فَيُنَشِّفُونَ الْمِيَاهَ ، وَيَتَحَصَّنَ النَّاسُ مِنْهُمْ فِي حُصُونِهِمْ ،
فَيَرْمُونَ بِسِهَامِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ ، فَتَرْجِعُ وَعَلَيْهَا كَهَيْئَةِ
الدَّمِ ، فَيَقُولُونَ : قَهَرْنَا أَهْلَ الأَرْضِ ، وَعَلَوْنَا أَهْلَ
السَّمَاءِ ، فَيَبْعَثُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ نَغَفًا فِي أَقْفَائِهِمْ
فَيَقْتُلُهُمْ بِهَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ، إِنَّ دَوَابَّ الأَرْضِ لَتَسْمَنُ
وَتَشْكُرُ شُكْرًا مِنْ لُحُومِهِمْ وَدِمَائِهِمْ’. Dari Rasulillah SAW, “Sesungguhnya setiap-hari, kaum Ya’juj
dan Ma’juj melobangi dinding-penghalang mereka. Hingga ketika telah hampir
menyaksikan sinar-terang-matahari; pimpinan mereka berkata ‘kembalilah! Kalian
akan melanjutkan pelobangan ini besok pagi!’. Ternyata pagi harinya mereka
harus kembali lagi berjuang melobang dinding, seperti
semangat mereka sebelumnya. Karena lobang-lobang buntu
lagi. Ketika masa perjuangan telah hampir berakhir; dan Allah telah
menghedaki melepaskan, agar mereka menyerang manusia; mereka melobangi
dinding-penghalang (dengan giat). Hingga ketika perjuangan mereka telah hampir
melihat sinar-terang-matahari; pimpinan mereka berkata ‘pulanglah! Besok pagi
kalian akan berhasil membobol in syaa Allah!’ Dia yatstatsni,
yakni berkata in syaa Allah. (Sepertinya pagi itu terasa indah
bagi mereka): Ketika mereka kembali lagi melobang dinding seperti pekerjaan
tiap harinya; ternyata lobang dinding tersebut utuh; tak berubah, tidak seperti
yang sudah-sudah. Mereka melobangi dinding, dan keluar, untuk menyerang
manusia. Mereka menghabiskan perairan yang sangat luas dengan diminum. Manusia
berlarian menuju benteng persembunyian. Kaum Ya'juj dan Ma'juj meluncurkan ribuan anak panah, kearah langit. Anak-panah-anak-panah
tersebut, kembali kebumi, dalam keadaan berlumuran cairan seperti darah. Mereka
berkata ‘kami telah menaklukkan penduduk bumi dan telah mengalahkan penduduk
langit’. Allah mengirimkan naghaf, (bentuk
jamak dari naghafah, yang artinya ulat-ulat-mematikan) yang
menempel tengkuk-tengkuk mereka. Dengan itulah Allah mematikan mereka.“ Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Demi
yang diri Muhammad di Tangan-Nya, sesungguhnya binatang merayap bumi pasti
akan gemuk dan sangat bersyukur,
karena daging dan darah mereka (yang disantap banyak sekali).”
0 komentar:
Posting Komentar