Setelah perintah agar putranya bernama Filasthin pergi ke Qaisariyah
(Caesarea), Hiraqla perintah agar seorang Bathriq agung bernama Qidamun (قيدمون),
mendampingi Filasthin.
Qidamun
termasuk tokoh Romawi yang firasatnya hampir
selalu tepat. Ada yang bilang, “Dia paman Filasthin dari jalur ibu, veteran Perang
Persia, Turki dan Jaramiqah, yang menguasai berbagai bahasa.”
Qidamun yang tingggi besar itu muncul, dengan busana dan perhiasan gemerlapan, untuk menantang berperang.
Beberapa
pasukan Muslimiin bergerak, untuk mengabulkan tantangannya. Membaca: “Laa Ilaaha illaa
Allah,” bersaut-sautan.
Beberapa pasukan yang akan mengepung Qidamun mendengar teriakan Amer, “Pahala dari Allah, jauh lebih baik daripada busana dan perhiasan yang dia kenakan. Yang akan memerangi dia, jangan hanya karena ingin rampasannya! Saya pernah mendengar Rasulallah SAW bersabda ‘Barang siapa hijrah menuju Allah dan RasulNya maka akan sampai pada Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrah karena dunia, maka akan mendapatkan dunia. Kalau bertujuan mendapatkan wanita, maka akan menikah. Orang akan sampai pada yang dituju’.”
Beberapa pasukan yang akan mengepung Qidamun mendengar teriakan Amer, “Pahala dari Allah, jauh lebih baik daripada busana dan perhiasan yang dia kenakan. Yang akan memerangi dia, jangan hanya karena ingin rampasannya! Saya pernah mendengar Rasulallah SAW bersabda ‘Barang siapa hijrah menuju Allah dan RasulNya maka akan sampai pada Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrah karena dunia, maka akan mendapatkan dunia. Kalau bertujuan mendapatkan wanita, maka akan menikah. Orang akan sampai pada yang dituju’.”
Seorang pemuda dari Yaman maju, untuk melayani tantangan Qidamun. Dialah lelaki yang datang ke Syam bersama ibu dan sudara perempuannya.
Saudara
perempuannya berkata, “Hai putra ibu! Ayo perjalanan ini kita percepat! Agar kita segera menikmati rizqi di Syam!.”
Dia
menjawab, “Saya datang kemari untuk mencari Ridho Allah azza wajalla.
Saya pernah mendengar Muadz bin Jabal berkata ‘sesungguhnya kaum yang gugur sebagai syuhada, mendapat Rizqi di sisi Tuhan
mereka’.”
Saudara
perempuannya membantah, “Bagaimana mungkin, mayat-mayat mendapat rizqi?.”
Dia menjawab,
“Muadz berkata ‘sesungguhnya Allah Taala memasukkan ruh para Syuhada, di dalam tubuh burung-burung surga. Mereka menikmati buah-buahan dan air surga.
Itulah Rizqi dari Allah untuk mereka’.”
Pada ibu dan
saudara perempuannya, dia berpamitan, “Saya akan menghadap
Allah dengan berperang membela AgamaNya. Saya akan menunggu kalian berdua di Telaga Rasulillah SAW.”
Ibu dan
saudara perempuannya menangis. Air mata mereka membasahi pipi.
Lelaki itu
bergerak melangkahkan kaki, ke medan perang.
Ibu dan sudaranya ditinggalkan dalam keadaan menangis dan berdoa.
Air mata ibu dan saudaranya yang bercucuran semakin banyak, ketika pemuda itu telah memacu kuda dengan memegang tombaknya.
Ibu dan sudaranya ditinggalkan dalam keadaan menangis dan berdoa.
Air mata ibu dan saudaranya yang bercucuran semakin banyak, ketika pemuda itu telah memacu kuda dengan memegang tombaknya.
Pemuda
itulah yang menyerang dengan tombak ke arah dada Bathriq Qidamun. Dia kesulitan
melepaskan tombaknya yang menancap. Dan terkejut oleh tebasan pedang Qidamun
yang tahu-tahu mematahkan tombaknya, bahkan lalu bergerak cepat membelah
kepalanya.
Atas Rahmat
Allah, pemuda itu gugur dengan kepala terbelah.
Qidamun menginjak mayat. Dan menantang berkelahi pada pasukan muslimiin.
Qidamun menginjak mayat. Dan menantang berkelahi pada pasukan muslimiin.
Ibnu Qutsam
datang untuk melawan. Pedang Qidamun menebas hingga dia gugur sebagai Syuhada yang kedua.
Qidamun
membusungkan dada, semakin sombong.
Syurachbil
memaki dirinya sendiri, “Kenapa kau membiarkan penjahat itu
membunuh dua orang Muslimiin?.”
Lalu keluar
dari barisan untuk menyerang dengan membawa panji pemberian Abu Bakr Asshiddiq
RA.
Pada Syurachbil, Amer menegur, “Hai Hamba Allah!
Tancapkan panjimu di tanah! Agar tidak mengganggu dalam berperang!.”
Syurachbil
menancapkan panjinya yang panjang ke celah bebatuan. Dia yakin bahwa dirinya
akan mampu manaklukkan lawan, karena Pertolongan Tuhan.
Ketika kuda Syurachbil membawa lari mendekati Qidamun yang berkuda; pasukan Muslimiin berdoa agar Syurachbil menang.
Qidamun laknat berperawakan tinggi besar, mentertawakan Syurachbil yang kecil dan kerempeng, karena rajin berpuasa dan shalat malam.
Pedang dan perisai mereka berdua bergerak-gerak dan berdenting, karena berkali-kali berbenturan.
Pedang
Syurachbil berkali-kali memukul, tetapi tak mampu melukai kulit yang
dilindungi dengan baju perang. Dan tak mampu membelah helm perang Qidamun.
Bahkan terkejut oleh sambaran pedang Qidamun yang menggores kulit, meskipun
telah menghindar.
Di atas kuda, mereka berdua berkelahi semakin seru.
Hujan deras mengguyur bumi. Tempat berperang makin becek, hingga mereka berdua turun dari kuda dan bergulat di lumpur.
Syurachbil dipukul hingga terhuyung masuk ke dalam lumpur, dan diangkat untuk dilemparkan. Lalu dadanya diduduki.
Tangan Qidamun telah bergerak, mengambil belati untuk menyembelih Syurachbil.
Syurachbil terkejut dan berdoa, “Ya Penolong kaum yang memohon pertolongan!.”
Sebelum doa
yang dia baca selesai; lelaki berkuda dari pasukan Romawi muncul. Busananya gemerlapan oleh emas, dan kuda yang dikendarai sangat bagus.
Qidamun
terkejut senang dan menyangka lelaki berkuda itu akan menyerahkan kuda dan akan menolong. Dia tak sadar bahwa Syurachbil di bawahnya tahu-tahu
lolos dan bangkit. Lelaki berkuda yang matanya tampak cari celah helm perangnya, menghunus dan mengayunkan pedang
sekuat tenaga, hingga leher Qidamun putus dan darahnya tumpah.
Pada Syurachbil, lelaki perintah “Ya Abdallah! Rampaslah yang dia miliki!.”
Pada Syurachbil, lelaki perintah “Ya Abdallah! Rampaslah yang dia miliki!.”
Syurachbil
bertanya, “Demi Allah menurutku tak ada yang lebih menakjubkan dari pada ini.
Kenapa kau muncul dari pasukan Romawi?.”
Syurachbil
terperangah oleh jawabannya, “Saya orang keparat yang dibenci oleh kaum Muslimiin. Nama saya Thalchah bin Khuwailid (طلحة بن
خويلد) yang
pernah mengaku sebagai nabi setelah Rasulallah SAW. Yang pernah berdusta mengatas namakan Allah. Yang pernah mengaku mendapatkan Wahuyu dari langit.”
Syurachbil
berkata, “Saudara! Sungguh Rahmat Allah dekat pada kaum Muhsin. Sungguh RahmatNya memuat segala sesuatu. Barang siapa bertobat, pasti Allah menerima tobat dan mengampuni padanya. Nabi juga bersabda ‘tobat melebur dosa
sebelumnya’. Tak tahukah kau bahwa ketika Allah menurunkan Firman ‘RahmatKu
telah memuat segala sesuatu’. [1] Segala sesuatu hingga Iblis pun, berharap
mendapatkan Rahmat.
Ketika Allah menurunkan Firman ‘Maka Rahmat itu akan Aku pastikan untuk kaum yang bertaqwa dan menunaikan zakat’. [2] Kaum Yahudi berkata ‘kami bertaqwa dan menunaikan zakat’.
Ketika Allah menurunkan Firman ‘Dan kaum yang beriman pada Ayat-Ayat Kami’. [3] Kaum Yahudi berkata ‘kami beriman pada yang Allah turunkan di dalam Shuchuf dan Taurat’.
Ketika Allah menurunkan Firman ‘Maka Rahmat itu akan Aku pastikan untuk kaum yang bertaqwa dan menunaikan zakat’. [2] Kaum Yahudi berkata ‘kami bertaqwa dan menunaikan zakat’.
Ketika Allah menurunkan Firman ‘Dan kaum yang beriman pada Ayat-Ayat Kami’. [3] Kaum Yahudi berkata ‘kami beriman pada yang Allah turunkan di dalam Shuchuf dan Taurat’.
Allah
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Firman itu ialah, umat Muhammad SAW
secara khusus:
‘Yaitu kaum yang mengikti Rasul Nabi Ummi yang mereka jumpai tertulis di sisi mereka, di dalam Taurat dan
Injil. Yang
perintah agar mereka melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Menghalalkan
kebaikan-kebaikan, dan mengharamkan kejelekan-kejelekan, pada mereka. Dan
membebaskan dosa dan
beberapa belenggu yang telah
membelenggu mereka. Kaum yang telah beriman padanya dan mengikuti Nur yang diturunkan bersamanya, Kaum Beruntung’.” [4]
Air mata Thalchah berderai karena terharu oleh penjelasan Surachbil. Lalu berkata, “Tidak! Saya sudah malu jika memasuki agama Islam lagi!.”
Kakinya
diayunkan untuk berlari.
Tetapi
Suhrachbil menahan dia dan berkata, “Thalchah! Saya takkan membiarkan kau! Kau harus bergabung dengan pasukanku!.”
Thalchah
berkata, “Terus terang saya takut dimarahi dan dibunuh oleh Khalid bin Al-Walid
yang pendek itu.”
Syurachbil
menghibur, “Sudahlah! Beliau tidak ada di dalam pasukan kami. Yang memimpin
pasukan ini adalah Amer bin Al-Ash.”
Thalchah mengikuti Syurachbil untuk bergabung pada pasukan Muslimiiin.
Thalchah mengikuti Syurachbil untuk bergabung pada pasukan Muslimiiin.
Kedatangan Syurachbil disambut dengan bahagia oleh pasukan Muslimiin.
Mereka bertanya, “Hai Syurachbil! Siapa yang telah menolong kau ini?.”
Thalchah sengaja menutupi wajah dengan sebagian kain surbannya.
Syurachbil menjawab, “Inilah Thalchah bin Khuwailid yang pernah mengaku sebagai nabi.”
Mereka
berkata, “Apa dia telah bertobat pada Allah?.”
Thalchah
berkata, “Saya telah bertobat pada Allah.”
Syurachbil
membawa Thalchah menuju Amer bin Al-Ash.
Thalchah mengucapkan, “Assalamu alaikum, selamat beremu lagi,” pada Amer.
Thalchah mengucapkan, “Assalamu alaikum, selamat beremu lagi,” pada Amer.
Dan kembali
Islam lagi.
Semoga
Cerita Islami berikutnya dipastikan “Paling Bermanfaat” oleh
Allah. Allaahumma aamiiiin.
[4] { الَّذِينَ
يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ
فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ
إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ
وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
[الأعراف: 157].
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
0 komentar:
Posting Komentar