SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/05/21

KW 65: Ikut Khalid ke Kota Chims (Homs),

(Bagian ke-65 dari seri tulisan Khalid bin Walid)  

Di Damaskus rombongan Abdullan bin Ja’far disambut dengan bahagia oleh Abu Ubaidah dan Muslimiin. Di sana rampasan perang dibagi menjadi lima, yang empat perlima untuk semua pasukan yang ikut bertempur. Kuda, pelana, dan semua perhiasan yang berada di kuda yang tadinya milik bathriq Tharabulas diberikan pada Dhirar. Dhirar memberikan semua perhiasan itu pada saudara perempuannya bernama Khaulah RA. Khaulah membagi-bagi perhiasan itu pada kaum Muslimaat di sana.
Ketika para tawanan didatangkan di hadapan Abu Ubaidah; Abdullah bin Ja’far minta agar diberi putri sang bathriq. Abu Ubaidah berkata, “Akan saya tanyakan dulu pada Umar Amiral mu’miniin.”
Umar mengirimkan jawaban, “Wanita itu khusus untuk Abdullah bin Ja’far.”
Dengan berbahagia Abdullah menggandeng putri cantik itu untuk dimiliki. Di waktu senggang terkadang Abdullah mengajari dia memasak masakan Arab. Tadinya wanita itu hanya bisa memasak masakan Persia dan Romawi.
Amir bin Rabi’ah (عامر بن ربيعة) mendapat jarahan berupa kain dari bahan sutra Dibaj bergambar, berjumlah sangat banyak. Gambarnya indah sekali, yaitu Maryam dan Isa AS. Ketika kain-kain itu dijual di Yaman, ternyata harganya laku tinggi.

Umar di Madinah berbahagia, karena mendapat berita ‘meskipun Khalid diturunkan dari jabatannya, namun tetap taat pada pimpinan’. Bahkan berkat perjuangan Khalid kaum Romawi di Tharabulus ditaklukkan dalam Perang Abul-Quds.
Umar membaca surat dari Abu Ubaidah yang di dalamnya ada permintaan idzin agar Khalid diperbolehkan diutus memimpin menyerang Raja Hiraqla atau menyerang wilayah Baitul-Maqdis. Dan berita bahwa sebagian kaum Muslimiin ada yang minum arak.

Di Damaskus Suraqah bin Amir (سراقة ابن عامر) berkata, “Hai Muslimiin! Tinggalkanlah arak! Karena menghilangkan akal dan mendorong pada perbuatan dosa! Sungguh Rasulullah SAW telah melaknat peminum, pembawa, dan yang diberi arak.”

Humaid bin Abdur Rohman bin Auf memberikan surat Abu Ubaidah pada Umar di Madinah.[1] Saat itu, Umar sedang di Masjid Nabawi di pertengahan para sahabatnya: Utsman, Ali, dan Abdur Rohman bin Auf RA. Saat itu mereka sedang berbincang-bincang.
Umar membaca surat itu lalu berpikir sebentar. Lalu berkata, “Sesungguhnya Rasulallah telah mendera orang yang telah minum arak.” Lalu bertanya pada Ali tentang hukuman yang paling tepat untuk peminum arak: “Bagaimana pendapatmu?.”
Ali RA menjawab, “Orang yang mabuk, mengigau. Jika mengigau berani menuduh orang berbuat zina.”
Umar langsung tahu arah pembicaraan Ali RA. Umar memutuskan agar peminum arak didera 80 kali. Di berkata, “Demi Allah! Mereka lebih baik kesulitan makan dan menjadi orang faqir. Mestinya mereka menyadari bahwa Allah Maha mengintai, sehingga beribadah mereka lebih khusuk.” 

Ketika Abu Ubaidah telah membaca surat balasan dari Umar, menyeru kaum Muslimiin, “Barang siapa telah melanggar aturan yaitu minum arak hendaklah mendera dirinya sendiri 80 kali, lalu bertobat pada Allah!.”
Orang-orang yang telah minum arak mendera dirinya sendiri 80 kali. Abu Ubaidah berkata, “Saya ingin pergi ke Antokia (Antioch/انطاكيا) untuk menembus jantung kerajaan Romawi Timur. Semoga Allah memberi kita kemenangan.”
Pasukan Muslimiin berkata, “Silahkan! Kami akan mendampingi kau untuk memerangi musuh-musuh kau,” menggemuruh.
Abu Ubaidah berkata, “Saya akan mengajak kalian ke kota Halab (حلب/Aleppo) dulu. Setelah berhasil menaklukkannya barulah kita ke Antokia in syaa Allah.”
Pasukan Muslimiin segera bersiap-siap untuk mengikuti Abu Ubaidah. Setelah semua berkumpul dan siap, Abu Ubaidah menyerahkan panji Iqab pada Khalid bin Al-Walid. Panji Iqab zaman dulu disebut ‘rayatul iqab (رايةالعقاب)’. Panji inilah pemberian Abu Bakr RA sewaktu masih hidup, ketika menyuruh memimpin berperang. Khalid dan pasukannya yang disebut-sebut sebagai Jaisyuz-Zahfجيش الزحف yang terkenal, diperintah agar berada di bagian terdepan.[2]  
Dhirar bin Al-Azwar, Rafi’ bin Umairoh, Al-Musayyab bin Najibah, dan pasukan elit Khalid lainnya tak ketinggalan. Arak-arakan pasukan Muslimiin mengalir panjang sekali. Kaum Muslimiin dari Yaman dan Mesir bergabung dalam rombongan akbar itu. Derap kaki mereka menggemuruh; debu-debu beterbangan. Mereka menyusuri jalan Biqa’ (البقاع) lalu berjalan terus melewati jalan Labwah (اللبوة).
Sesampai di tujuan, Abu Ubaidah perintah pada Khalid, “Hai ayah Sulaiman! Bergeraklah menuju ke sana! Semoga mendapat barokah dan pertolongan Allah! Sebelumnya dekati dulu mereka untuk melihat keadaan!. Yang diserang duluan adalah penduduk Awashim (العَواصم) dan Qinnasrin (قِنِّسْرين). Saya akan pergi menuju Ba’labak (Balbek/بعلبك). Saya berharap semoga Allah mempermudahkan kemenangan untuk kita.”
Setelah Abu Ubaidah dan Khalid berbicara sebentar, pasukan dibagi dua. Sebagian ikut Khalid ke kota Chims (Homs), yaitu ke Awashim (العَواصم) dan Qinnasrin (قِنِّسْرين).[3] Sebagain lagi ikut Abu Ubaidah menuju Ba’labak (Balbek/ بعلبك).


[1] (حميد بن عبد الرحمن بن عوف الغفاري).
[2] Terkadang diistilahkan, “Askaruz-Zahfi (عسكر الزحف),” yang artinya pasukan pengobrak-abrik.
[3] Guensrin.

2 komentar: