SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/02/25

PS 78: Pembebasan Syam






Di Damaskus, Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin, menyambut rombongan Abdullan bin Ja’far, dengan bahagia. Rampasan perang dibagi lima, yang empat bagian untuk semua pasukan. Kuda, pelana, dan semua perhiasan yang berada di kuda, milik Bathriq Tharabulas, diberikan pada Dhirar.
Dhirar memberikan semua perhiasan itu, pada saudara perempuannya, Khaulah RA.
Khaulah membagi-bagi perhiasan itu, pada kaum Muslimaat di tempat.
Ketika para tawanan didatangkan di hadapan Abu Ubaidah, Abdullah bin Ja’far minta ‘agar diberi putri’ sang bathriq. Abu Ubaidah berkata, “Akan saya tanyakan dulu pada Umar Amiral Mu’miniin.”

Di Madinah, Umar mengirimkan jawaban, “Wanita itu khusus untuk Abdullah bin Ja’far.”
Dengan berbahagia Abdullah menggandeng putri cantik, untuk dimiliki. Di waktu senggang, terkadang Abdullah mengajari dia memasak, masakan Arab. Tadinya wanita itu hanya bisa membuat masakan Persia dan Romawi.

Amir bin Rabi’ah mendapat jarahan ‘kain dari bahan sutra Dibaj’ bergambar, berjumlah sangat banyak. Gambarnya indah sekali, ‘Maryam dan Isa AS’. Ketika dijual ke Yaman, ternyata kain-kain itu ‘laku tinggi’.

Di Madinah, Umar RA berbahagia, karena mendapat berita, “Meskipun diturunkan dari jabatan, Khalid tetap taat pada pimpinan.” Bahkan ‘berkat perjuangan’ Khalid, kaum Romawi di Tharabulus ditaklukkan.
Umar membaca surat dari Abu Ubaidah, berisi:
1.     ‘Minta idzin’, agar Khalid memimpin menyerang Raja Hiraqla, atau menyerang   Baitul-Maqdis.
2.     Dan ‘sebagian kaum Muslimiin’ ada yang minum arak.

Di Damaskus, Suraqah bin Amir berkata, “Hai Muslimiin! Tinggalkan arak! Karena menghilangkan akal, dan mendorong pada perbuatan dosa! Sungguh Rasulullah SAW telah melaknat peminum, pembawa, dan yang diberi arak.”

Humaid bin Abdur Rohman bin Auf memberikan surat Abu Ubaidah, pada Umar, di Madinah. Saat itu, Umar sedang di Masjid Nabawi, di pertengahan para sahabatnya: Utsman, Ali, dan Abdur Rohman bin Auf RA. Sedang berbincang-bincang.
Umar membaca surat itu. Lalu berpikir sebentar. Dan berkata, “Sesungguhnya Rasulallah SAW telah mendera orang yang telah minum arak.”
Lalu bertanya pada Ali, tentang hukuman paling tepat, untuk peminum arak: “Bagaimana pendapatmu?.”
Ali RA menjawab, “Orang yang mabuk, mengigau. Jika mengigau berani ‘menuduh orang’ berbuat zina.”
Umar langsung tahu arah pembicaraan Ali RA. Maka memutuskan agar peminum arak didera 80 kali. Dan berkata, “Demi Allah! Mereka lebih baik kesulitan makan dan menjadi orang faqir. Mestinya mereka sadar bahwa Allah Maha mengintai, sehingga beribadah mereka lebih khusuk.” [1]

Setelah membaca surat balasan dari Umar, Abu Ubaidah menyeru,“Barang siapa telah melanggar aturan, yaitu ‘minum arak!’ Hendaklah mendera dirinya sendiri 80 kali! Lalu bertobat pada Allah!.”
Orang-orang yang telah minum arak, mendera dirinya sendiri 80 kali.
Dengan semangat, Abu Ubaidah berkata, “Saya ingin pergi ke Antokia (Antioch/انطاكيا), menembus jantung kerajaan Romawi Timur. Semoga Allah memberi kita ‘kemenangan’.”
Mereka berkata, “Silahkan! Kami akan mendampingi tuan, berperang!” Menggemuruh.
Abu Ubaidah berkata, “Saya akan mengajak kalian ke kota Halab (حلب/Aleppo) dulu. Setelah berhasil menaklukkan, barulah kita ke Antokia, in syaa Allah.”
Mereka segera bersiap-siap ‘mengikuti Abu Ubaidah’. Setelah semua berkumpul, Abu Ubaidah menyerahkan panji Iqab pada Khalid. Zaman dulu, Panji Iqab disebut 'Rayatul iqab (رايةالعقاب)’. Panji ini pemberian sewaktu Abu Bakr RA masih hidup, ketika menyuruh berperang.
Khalid dan pasukannya yang ‘disebut-sebut’ sebagai Jaisyuz-Zahf (جيش الزحف), diperintah agar berada di bagian depan. 

Dhirar bin Al-Azwar, Rafi’ bin Umairoh, Al-Musayyab bin Najibah, dan pasukan elit Khalid lainnya, tak ketinggalan.
Arak-arakan pasukan mengalir panjang sekali. Dalam rombongan akbar itu, kaum Muslimiin dari Yaman dan Mesir bergabung.

Derap kaki kuda mereka menggemuruh; debu-debu beterbangan. Mereka menyusuri jalan Biqa’ (البقاع), lalu berjalan terus, melewati jalan Labwah (اللبوة).

Mereka berhenti. 
Pada Khalid, Abu Ubaidah perintah, “Hai ayah Sulaiman! Bergeraklah kesana! Semoga mendapat Barokah dan Pertolongan Allah! Sebelumnya dekati dulu mereka! Untuk melihat keadaan! Yang diserang duluan, penduduk Awashim (العَواصم) dan Qinnasrin (قِنِّسْرين)! Saya akan pergi menuju Ba’labak (Balbek/بعلبك)! Saya berharap semoga Allah ‘mempermudahkan’ kemenangan untuk kita.”
Setelah Abu Ubaidah dan Khalid berbicara sebentar, pasukan dibagi dua. Sebagian ikut Khalid ke kota Chims (Homs), yaitu ke Awashim (العَواصم) dan Qinnasrin (قِنِّسْرين)[2] Sebagain lagi ikut Abu Ubaidah, menuju Ba’labak (Balbek/بعلبك).




In syaa Allah bersambug.


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia


[1] فتوح الشام (1/ 99)
وحدثني اسامة بن زيد الليتي عن الزهري عن حميد بن عبد الرحمن بن عوف الغفاري قال كنت مع ابي عبيدة بالشام فكتب إلى عمر بن الخطاب رضي الله عنه يخبره بفتح الشام وفي الكتاب أن المسلمين يشربون الخمر واستقلوا الحد فقدمت المدينة فوجدت عمر رضي الله عنه في مسجد رسول الله صلى الله عليه وسلم جالسا وعنده نفر في الصحابة وهم عثمان وعلي وعبد الرحمن بن عوف يتحدثون فدفعت الكتاب إليه فلما قرأه جعل يفكر في ذلك ثم قال أن رسول الله صلى الله عليه وسلم جلد من شربها ثم سأل عمر عليا رضي الله عنه في ذلك وقال: ما ترى في هذا فقال علي رضي الله عنه أن السكران إذا سكر هذي وإذا هذي افترى فكتب إليه عمر أن من شرب الخمر فعليه ثمانون جلدة ولعمري ما يصلح لهم إلا الشدة والفقر ولقد كان حقهم يراقبوا ربهم عز وجل ويعبدوه ويؤمنوا به ويشكروه فمن عاد فأقم عليه الحد.
[2] Qinnasrin, samadengan ‘Guensrin’.

0 komentar:

Posting Komentar