SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/02/02

PS 35: Pembebasan Syam







Khalid menjadi pusat perhatian pasukan.
Pada Rafi’, dia berkata, “Jangan heran pada keberanian para wanita itu!” Lanjutnya, “Mereka wanita yang ahli berperang. Terkenal sebagai kaum Pantang Menyerah. Kalau laporanmu mengenai keberanian mereka benar, berarti mereka telah mengukir sejarah abadi sebagai Pahlawan Wanita. Berarti mereka telah menutup kekurangan wanita Arab.”

Ucapan Khalid mengenai Khaulah dan kawan-kawannya yang sedang berperang mati-matian melawan pasukan Petrus, menghilangkan kekhawatiran para pasukan Muslimiin. Wajah mereka menjadi berseri-seri. 

Setelah Rafi’ melaporkan keadaan Khaulah dan teman-temannya, Dhirar bergerak cepat, untuk bersiap-siap menyerang. 
Khalid mencegah, “Sebentar hai Dhirar! Jangan tergesa-gesa! Siapapun yang penuh perhitungannya cermat, akan lebih berhasil.”
Dhirar menjawab, “Wahai pemimpin! Saya sudah tidak sabar
, ingin segera menolong putri dua orang tua saya.”
Dengan cepat, Khalid menjawab, “In syaa Allah pertolongan akan segera datang.”

Khalid dan pasukannya telah bergerak cepat, menuju medan perang. Arak-arakan pasukan berkuda panjang sekali. 
Khalid berpesan, “Jika telah sampai kesana! Berpencarlah untuk mengepung para penjahat! Dengan itulah kita berharap Petrus melepaskan para wanita kita.” 
“Dengan senang hati dan berbahagia, perintah akan kami laksanakan,” jawab mereka.

Khalid menggiring arak-arakan panjang, hingga ke medan perang. Saat itu pasukan Petrus sedang mengerubut Khaulah dan kawan-kawannya. Petrus dan pasukannya terkejut ketika melihat bala-bantuan Muslimiin berdatangan, banyak sekali. Bala bantuan itu membawa gambar-gambar dan bendera-bendera. 
Khaulah berteriak bahagia, “Hai putri-putri Tababi’ah! Demi Tuhan Ka’bah! Pertolongan telah datang!.”

Petrus mengamati pasukan Muslimiin yang berdatangan semakin mendekat. Dia grogi hingga seluruh tubuhnya bergetar. 
Pasukan dia pun sama terbengong-bengong. 
Petrus menggertak, “Hai para wanita! Sebetulnya saya ini kasihan pada kalian! Karena kami juga memiliki saudara wanita, anak wanita, dan ibu wanita, seperti kalian juga! Sebetulnya kalian ini telah kuserahkan pada Salib (telah dimasukkan kedalam agama Nashrani)! Jika kaum lelaki kalian telah datang beritahulah!.”

Petrus telah mengaba kudanya agar bersiap lari, namun terkejut oleh datangnya dua pria dari tengah-tengah pasukan Muslimiin. Yang satu mengacungkan pedang
; yang lain telanjang dada. Dua orang bersenjata itu menakutkan, bagaikan singa jantan marah yang berlari mendekat. Mereka adalah Khalid dan Dhirar. 

Saat melihat saudara laki-lakinya datang, Khaulah menggertak menghina, “Hai! Kau tidak kesatria! Tadinya menyatakan cinta dan ingin berdekatan denganku! Kini menyatakan benci dan ingin lari?!.”
Khaulah mendekati Petrus dengan garang.
Petrus menjawab, “Rasa cintaku padamu telah hilang.”
Khaulah berkata, “Kalau saya, sampai kapanpun takkan sudi denganmu” Lalu bergerak cepat menghalangi Petrus.
Petrus berkata pada Dhirar yang telah mendekati: “Ambillah saudara perempuanmu ini! Semoga mendapat barokah! Inilah hadiah penghormatan saya untukmu!.”
Dhirar menjawab, “Hadiah sebagai penghormatanmu kuterima! Dan saya mensyukurinya! Namun balasanmu yang pantas hanya ini! Terimalah sambutanku!.”
Dhirar menyerang sambil membaca, “Wa idzaa chuyyiitum bitachiyyatin fachayyuu bi achsana minhaa au rudduuhaa.” 

Artinya: Dan ketika kalian dihormati dengan penghormatan maka
berilah penghormatan dengan yang lebih baik! Atau kembalikanlah penghormatan itu!. 
Dhirar telah mengayunkan tombak; Khaulah telah bergerak cepat mematahkan kaki-kaki kuda Petrus. Kuda roboh; Petrus terlempar. Tombak Dhirar menembus perut. Petrus jatuh ketanah bersimbah darah. Dan sakarat lalu tewas. 
Khalid berteriak, “Hai Dhirar! Ulangi lagi tusukanmu agar kau beruntung!.” 

Amukan pasukan Muslimiin yang marah
, memporak porandakan pasukan Petrus. Peperangan yang tak seimbang itu akhirnya menewaskan pasukan Petrus berjumlah 3.000 orang. Suasana sangat mencekam. Mayat-mayat berserakan bermandi darah.



0 komentar:

Posting Komentar