SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/02/04

BT 4: Bedah Tirmidzi



Ingatkan dengan Syair

Mengingatkan dengan syair, lebih bisa diterima daripada dengan perkataan yang kurang indah, apalagi menyakitkan. Oleh karena itu peringatan-peringatan di dalam Al-Qur’an, disususun indah menyerupai syair. Sabda-Sabda Nabi SAW juga indah seperti syair. Ucapan yang disampaikan oleh para sahabat, para tabiin, dan para ulama nahwu, juga indah seperti syair. Contoh: Imriti dan Alfiyah. Dua kitab nahwu ini, susunan syair yang indah. [1]
Kaum terkuat sejagad pada zaman Nabi Hud AS adalah kaum Ad, kaum Nabi Hud AS. Mereka dan kaum sekitar mereka disiksa oleh Allah dengan cara tidak diberi hujan dalam waktu sangat lama, sehingga mereka kekeringan dan kekurangan makanan.

Akan saya jelaskan sekilas ‘Tentang Siksaan Kaum Ad', merujuk Hadits riwayat Tirmidzi. Sebagai gambaran bahwa ‘mengingatkan dengan syair’ akan lebih nyaman diterima, daripada dengan perkataan yang kurang indah, apalagi menyakitkan perasaan: سنن الترمذي - (ج 11 / ص 78)

3196 - حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ سَلَّامٍ عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ رَبِيعَةَ قَالَ قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَدَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ عِنْدَهُ وَافِدَ عَادٍ فَقُلْتُ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ وَافِدِ عَادٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَافِدُ عَادٍ قَالَ فَقُلْتُ عَلَى الْخَبِيرِ سَقَطْتَ إِنَّ عَادًا لَمَّا أُقْحِطَتْ بَعَثَتْ قَيْلًا فَنَزَلَ عَلَى بَكْرِ بْنِ مُعَاوِيَةَ فَسَقَاهُ الْخَمْرَ وَغَنَّتْهُ الْجَرَادَتَانِ ثُمَّ خَرَجَ يُرِيدُ جِبَالَ مَهْرَةَ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي لَمْ آتِكَ لِمَرِيضٍ فَأُدَاوِيَهُ وَلَا لِأَسِيرٍ فَأُفَادِيَهُ فَاسْقِ عَبْدَكَ مَا كُنْتَ مُسْقِيَهُ وَاسْقِ مَعَهُ بَكْرَ بْنَ مُعَاوِيَةَ يَشْكُرُ لَهُ الْخَمْرَ الَّتِي سَقَاهُ فَرُفِعَ لَهُ سَحَابَاتٌ فَقِيلَ لَهُ اخْتَرْ إِحْدَاهُنَّ فَاخْتَارَ السَّوْدَاءَ مِنْهُنَّ فَقِيلَ لَهُ خُذْهَا رَمَادًا رِمْدِدًا لَا تَذَرُ مِنْ عَادٍ أَحَدًا وَذُكِرَ أَنَّهُ لَمْ يُرْسَلْ عَلَيْهِمْ مِنْ الرِّيحِ إِلَّا قَدْرُ هَذِهِ الْحَلْقَةِ يَعْنِي حَلْقَةَ الْخَاتَمِ ثُمَّ قَرَأَ { إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ الرِّيحَ الْعَقِيمَ مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ } الْآيَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رَوَى غَيْرُ وَاحِدٍ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ سَلَّامٍ أَبِي الْمُنْذِرِ عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ الْحَارِثِ بْنِ حَسَّانَ وَيُقَالُ لَهُ الْحَارِثُ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ حُبَابٍ حَدَّثَنَا سَلَّامُ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّحْوِيُّ أَبُو الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ أَبِي النَّجُودِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ الْحَارِثِ بْنَ يَزِيدَ الْبَكْرِيِّ قَالَ قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَدَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا هُوَ غَاصٌّ بِالنَّاسِ وَإِذَا رَايَاتٌ سُودٌ تَخْفُقُ وَإِذَا بِلَالٌ مُتَقَلِّدٌ السَّيْفَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ مَا شَأْنُ النَّاسِ قَالُوا يُرِيدُ أَنْ يَبْعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَجْهًا فَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ نَحْوًا مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ بِمَعْنَاهُ قَالَ وَيُقَالُ لَهُ الْحَارِثُ بْنُ حَسَّانَ أَيْضًا

Arti (selain isnad)nya:
Dari lelaki (bernama Charits bin Chasan Al-Bakri/الْحَارِث بْن حَسَّان الْبَكْرِيّ) dari kaum Rabiah: “Saya pernah datang ke Madinah, berkunjung ke hadirat Rasulallah SAW. Di sisi beliau SAW, saya menuturkan ‘Tamu Utusan’ kaum Ad.
Saya berdoa ‘saya berlindung pada Allah agar tidak seperti Tamu Utusan kaum Ad’. Sontak Rasulullah SAW bersabda ‘bagaimana kisah Tamu Utusan Kaum Ad?’.
Saya menjawab ‘baginda telah bertemu orang yang sangat menguasai (kisah itu)’. Sesungguhnya ketika dilanda kemarau panjang, kaum Ad mengutus Qail (agar pergi ke Makkah, untuk berdoa minta hujan).
Qail dijamu arak oleh Bakr, dan dihibur oleh dua biduanita yang nama mereka sama ‘Jaradah’. [3]
Qail (dan rombongan) keluar menuju pegunungan Mahrah, untuk berdoa ‘اللَّهُمَّ إِنِّي لَمْ آتِكَ لِمَرِيضٍ فَأُدَاوِيَهُ وَلَا لِأَسِيرٍ فَأُفَادِيَهُ فَاسْقِ عَبْدَكَ مَا كُنْتَ مُسْقِيَهُ وَاسْقِ مَعَهُ بَكْرَ بْنَ مُعَاوِيَةَ’.
Artinya: Ya Allah, sungguh saya datang padaMu bukan hanya mendoakan kesembuhan orang sakit, dan bukan hanya untuk menebus tawanan perang. Hujani HambaMu sebagaimana Kau telah memberi hujan. Bakr bin Muawiyah juga berilah hujan bersama mereka.
Beberapa mendung ditampakkan untuk Qail.
Qail diperintah ‘pilihlah satu!’.
Qail memilih mendung berwarna hitam.
Qail diperintah ‘ambillah dia sebagai ramad! [4] Rimdad!  [5] Tak seorangpun kaum Ad, dibiarkan olehnya!’.
Nabi SAW menjelaskan ‘angin yang dilepaskan atas mereka, hanya sekadar kira ini lobang’, yakni lobang cincin. Lalu nabi SAW membaca ‘إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ الرِّيحَ الْعَقِيمَ مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ Al-Ayah.”  [6]
Artinya: Ketika itu Kami melepaskan angin mandul atas mereka. Tak sesuatu pun dibiarkan, kecuali pasti dibuat (hancur) seperti rumput yang diinjak-injak.

Abu Isa (Tirmidzi) berkata:
“Sungguh lebih dari seorang alim, meriwayatkan Hadits ini dari Sallam Abil-Mundzir (سَلَّامٍ أَبِي الْمُنْذِرِ), dari Ashim bin Abinnajud (عَاصِم بْن أَبِي النَّجُودِ), dari Abi Wail, dari Al-Charits bin Chasan, yang menghadap nabi SAW, di atas. Ada yang menjelaskan nama lelaki yang menghadap nabi SAW di atas, Al-Charits bin Yazid Al-Bakri.
Abdu bin Chumaid murid Zaid bin Chubab, murid Sallam bin Sulaiman Annahwi (Abul-Mundzir/أَبُو الْمُنْذِرِ), murid Ashim bin Abinnajud (عَاصِم بْن أَبِي النَّجُودِ), murid Abi Wail, menceritakan Hadits dari Al-Charits bin Yazid Al-Bakri (الْحَارِثِ ابْنَ يَزِيدَ الْبَكْرِيِّ):
“Saya pernah datang ke Madinah, memasuki Masjid yang ternyata penuh jamaah. Ada panji-panji hitam yang berkibar-kibar. Bilal memanggul pedang di hadapan Rasulillah SAW.
Saya bertanya ‘ada apa dengan orang-orang ini?’.
Mereka menjawab ‘nabi SAW akan mengutus Amer bin Al-Ash, agar memimpin perang’.
Kelanjutan Hadist ini seperti Haditsnya Sufyan bin Uyainah di atas. Masih ada lagi yang menjelaskan bahwa ‘lelaki yang menghadap’ nabi SAW di atas, bernama Al-Charits bin Chassan (الْحَارِثُ بْنُ حَسَّانَ).”


Ponpes Mulya Abadi Mulungan



[1] Contoh ucapan Umar RA sahabat nabi SAW, yang menyerupaisyair:
قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ.”
Artinya:
Sungguh kami telah tahu hari dan tempat nabi SAW dituruni (wahyu /الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا), ketika beliau SAW sedang berdiri: di Arafah; hari Jumah.
Contoh ucapan tabi, Said bin Al-Musayyab (سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ), yang menyerupai syair:
وَقَعَتْ الْفِتْنَةُ الْأُولَى يَعْنِي مَقْتَلَ عُثْمَانَ فَلَمْ تُبْقِ مِنْ أَصْحَابِ بَدْرٍ أَحَدًا ثُمَّ وَقَعَتْ الْفِتْنَةُ الثَّانِيَةُ يَعْنِي الْحَرَّةَ فَلَمْ تُبْقِ مِنْ أَصْحَابِ الْحُدَيْبِيَةِ أَحَدًا ثُمَّ وَقَعَتْ الثَّالِثَةُ فَلَمْ تَرْتَفِعْ وَلِلنَّاسِ طَبَاخٌ.”
Artinya:
Fitnah lebih awal terjadi, yakni pada zaman terbunuhnya Utsman RA. Maka fitnah itu tak menyisakan veteran Perang Badar seorangpun (wafat semua). Lalu fitnah yang kedua terjadi, yakni Perang Charrah. Maka fitnah itu tidak menyisakan veteran Perang Hudaibiyyah seorangpun (wafat semua). Lalu fitnah yang ketiga terjadi. Maka fitnah itu tak mau pergi; sementara manusia masih memiliki kekuatan.

[2] Sebuah riwayat menjelaskan, “Qail adalah kepala rombongan yang diutus oleh kaum Ad, agar berdoa di Makkah. Di antara rombongan tersebut ada yang namanya Luqman.”
[3] Karena jamuan dan penghormatan Bakr pada Qail dan rombongannya terlalu istimewa, maka Qail betah tinggal di situ, hingga sebulan. Bakr sungkan menyuruh tamunya pergi, sehingga menyuruh dua biduanitanya agar menyanyikan lagu, agar mereka segera pergi.
Qail dan rombongannya segera pergi ke pegunungan Mahrah, untuk berdoa minta hujan untuk kaumnya.

[4] Ramad adalah abu.
[5] Rimdad adalah abu halus.

[6] Asalnya, dari Allah hanya sedikit. Tetapi setelah turun ke bumi, menghancurkan segala yang diterjang. Bahkan manusia hancur lebur menjadi darah atau menjadi abu yang sangat lembut. Di hari kedelapan dari serangan angin itu; yang tampak di negeri itu, tinggal puing-puing kehancuran.

0 komentar:

Posting Komentar