Di atas bukit yang subur itu, Damis mengikat agar mulut untanya tidak bersuara. Lalu membuka kantong untuk mengeluarkan kain-kain yang akan dijadikan alat menipu. Kayu-kayu didirikan dibalut kain, dibuat seolah-olah kaum lelaki bersurban. Boneka berjumlah 40 di atas bukit itu, telah diberi sarung dan kain penutup berwarna merah.
Dia turun dari
bukit menuju perkampungan yang akan diserang. Sebelumnya, dia telah berkeliling
kampung untuk melihat keadaan.
Penduduk
ketakutan dan kebingungan. Perempuan-perempun berteriak-teriak histeris. Beberapa orang berlari ke pantai; beberapa yang lain lari ke bukit. Setelah tahu bahwa dia hanya
sendirian, mereka mendekat untuk
menyerang.
Dia berlari sambil melawan dan membunuh mereka
satu demi satu. Beberapa orang berlari keatas untuk menghadang. Dia menerjang dan menyerang lalu berlari
mendekati boneka-bonekanya.
Di
pagi buta itu, mereka terkejut, menyaksikan boneka-boneka yang dikira kaum
bersurban. Mereka surut ke belakang untuk pulang ke kampung halaman. Mereka
makin terkejut oleh bentakannya, ‘hai
jangan pergi! Yang akan menghadapi kalian hanya saya sendirian!’.
Mereka
berlari cepat dengan ketakutan. Ada yang meboncengkan istrinya, ada yang
memboncengkan anak-anaknya, ada yang memboncengkan budak perempuannya, ada yang
membawa hartanya.
Dia memasuki kampung musuh, ternyata
yang ada di sana hanya para budak, anak-anak, sejumlah lelaki dan perempuan
tua. Dia perintah agar mereka mengumpulkan harta kekayaan, untuk dinaikkan
unta. Dia membawa pulang unta yang penuh muatan itu ke kampungnya. Kaumnya
takjub pada keberanian dan kecerdasan dia.
Kisah
ini disampaikan oleh Khalid pada Abu Ubaidah.
In syaa Allah bersambung
0 komentar:
Posting Komentar