Umar mengangkat
Abu Ubaidah sebagai penguasa kota Syam, dan perintah
agar dia menyerbu kota Chalab (حلب), Anthakiyah, Mafriq, dan
sekitarnya, dengan 20.000 pasukan berkuda. Dan agar Amer bin Al-Ash menyerbu
kota Mesir, dan agar Yazid bin Abi
Sufyan menyerbu penduduk pesisir Syam.
Yazid
dan pasukannya pergi ke negeri Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية).
Negeri yang penguasanya Raja Qushthanthin putra Hiraqla ini, memiliki pasukan berjumlah 80.000 orang yang terdiri dari kaum Arab Nashrani dan Rusia (الروسية).
Qusthanthin
terkejut ketika mendengar laporan bahwa Yazid dan pasukannya datang untuk
menyerang.
Qusthanthin minta bala bantuan pada ayahnya.
Ayah Qusthanthin mengutus penguasa kota Marasy (مَرْعَشٍ) dan mengirim 20.000 pasukan dari Rusia. Ayah Qusthanthin mengeluarkan dana banyak, untuk melengkapi persenjataan, perbekalan, dan pakan binatang kendaraan.
Ayah Qusthanthin mengutus penguasa kota Marasy (مَرْعَشٍ) dan mengirim 20.000 pasukan dari Rusia. Ayah Qusthanthin mengeluarkan dana banyak, untuk melengkapi persenjataan, perbekalan, dan pakan binatang kendaraan.
Yazid terkejut
setelah tahu bahwa musuh yang akan dihadapi terlalu banyak. Setelah
berpikir takkan mampu mengimbangi kekuatan lawan, dia mengirimkan
surat pada Umar:
Dari
Yazid bin Abi Sufyan pegawai yang memerintah wilayah bagian dari Syam, untuk Umar bin
Al-Khatthab RA
Sungguh
saya telah memasuki wilayah Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية)
yang pasukannya sangat banyak. Jalan yang kami tempuh selanjutnya sulit. Selain
itu Raja Qusthanthin telah minta bala bantuan pada ayahnya. Ayahnya telah
mengirim bala bantuan 20.000 pasukan, dibawah pimpinan penguasa kota Marasy.
Dalam perhelatan perang akbar ini pasukan dan rakyat Caesarea sibuk sekali.
Saya mohon agar dikirimi bala bantuan.
Yang menghantar surat bernama Amer bin
Salim bin Chumaid. Dia bergegas ke Madinah untuk memberikan surat pada Umar
RA.
Umar bertanya, “Ini surat dari siapa?.”
Umar bertanya, “Ini surat dari siapa?.”
Amer mejawab, “Dari Yazid
pegawai Baginda.”
Umar
membuka dan membaca surat, lalu berpikir.
Umar menunjukkan surat pada Ali RA yang tiba-tiba muncul dan mendekat.
Ali menghibur, “Jangan merisaukan Yazid. Allah pasti akan menolong Dia in syaa Allah.”
Umar menunjukkan surat pada Ali RA yang tiba-tiba muncul dan mendekat.
Ali menghibur, “Jangan merisaukan Yazid. Allah pasti akan menolong Dia in syaa Allah.”
Walau
begitu, Umar menyurati
Abu Ubaidah tentang itu.
Abu Ubaidah mengurangi 3.000 pasukannya untuk dikirimkan pada Yazid. Pasukan kirimannya dipimpin oleh Charbu bin Adi (حرب بن عدي), sehingga pasukannya tinggal 17.000 orang yang kebanyakan dari Yaman.
Abu Ubaidah mengurangi 3.000 pasukannya untuk dikirimkan pada Yazid. Pasukan kirimannya dipimpin oleh Charbu bin Adi (حرب بن عدي), sehingga pasukannya tinggal 17.000 orang yang kebanyakan dari Yaman.
Abu Ubaidah telah
mengabulkan Permohonan Damai penduduk Qinasrin dan Awashim, dengan syarat mereka
membayar pajak 15.000 mitsqal emas, dan 15.000 mitsqal perak. [1] Dan
1.000 pakaian dari bahan sutra Dibaj, 500 wasaq buah tin, dan
minyak.
Tempo perjanjian telah selesai. Para tokoh
Qinasrin dan Awashim datang menghadap Abu Ubaidah, untuk memperbarui Perjanjian
Damai.
Penduduk Chalab tahu bahwa penduduk Qinasrin telah berdamai dengan Muslimiin, yang akan segera menyerang kota
mereka. Kaum yang dipimpin oleh dua orang kakak beradik itu ketakutan. Tempat
tinggal dua pimpinan itu di castle (qalah/القَلْعَةُ)
yang terpisah dari kota. Pimpinan mereka bernama Bathriq Yuchana (يوحنا)
dan Bathriq Yuqana (يوقنا).
Dulu, ayah dua bathriq itu seorang raja
yang wilahnya sangat luas, meliputi sungai Furat. Bahkan sebagian wilayah Chalab yang
telah direbut oleh Muslimiin itu, dulunya dikuasai ayah mereka berdua hingga
beberapa tahun.
Selama dia memegang wilayah itu, tak ada
musuh yang berani mendekat, dan tak ada yang berani menentang. Bahkan karena
kehebatannya, Raja Hiraqla pun sungkan, dan belum pernah menyerang dia.
Raja yang kompak dengan kerabatnya ini
pasukannya banyak dan serangannya ganas, dan dia bukan raja bawahan Hiraqla.
Asalnya castle (qalah) mewah di atas gunung itu, dibangun oleh
ayah mereka berdua, untuk tempat istirahat. Sedangkan tempat tinggalnya di
Bilad. [2] Ketika
dia telah wafat; yang menggantikan sebagai Raja. Bathriq Yuqana putra tertua
yang sangat pemberani dan kaya-raya. Belum pernah ada seorang pun berani
melawan dia. Adik dia Bathriq Yuchana melepaskan kerajaan Rusia yang dikuasai,
untuk menjadi rahib.
Rahib yang
sangat pandai ini, tahu kalau Abu Ubaidah dan pasukanya akan segera datang ke
wilayahnya. Dia berkata pada kakaknya, “Kok sibuk sekali ada apa?.”
Bathriq Yuqana menjawab, “Akan memerangi
kaum Arab. Agar mereka sadar bahwa saya lebih hebat daripada raja-raja yang
telah mereka taklukkan.”
Kesibukan Bathriq Yuchana, membaca Injil,
kitab-kitab Mazmur, dan mengurusi biara-biara di negerinya, untuk memperbanyak
tokoh agama: Ulama dan Rahib Nashrani.
Tiga berita:
1.
Kota Awashim telah
direbut oleh pasukan Muslimiin.
Pada Yuqana, Yuchana berkata, “Kak! Saya
ingin nanti malam berembuk mengenai yang sangat rahasia dan sangat penting.”
Yuqana menjawab, “Ya.”
Dalam pertemuan terbatas di dalam kerajaan
yang berada di atas gunung itu, Yuqana bertanya, “Dik! Kenapa pasukan Arab yang
kekurangan makanan dan pakaian itu, setiap menyerang kerajaan pasti menang?
Banyak sekali orang yang mereka bunuh dan harta mereka, mereka rampas? Kini
pasukan yang berbahaya itu telah hampir datang kemari.”
Yuchana menjawab, “Saya menganjurkan dengan
jujur dan tulus. Meskipun saya sebagai adik yang lebih muda, namun mengenai ini
saya lebih tahu. Demi kebenaran Al-Masih ‘kalau Kakak mau menerima anjuran
saya’, akan berjaya, dan harta Kakak akan selamat.”
Yuqana bertanya, “Bagaimana sebaiknya?
Setahu saya kau adik yang baik?.”
Dia menjawab, “Utuslah seorang agar
menyerahkan harta yang mereka minta dengan minta imbalan Damai. Sanggupilah
permintaan pajak tiap tahun untuk mereka.”
Yuqana terkejut tersinggung dan marah, “Kau
akan dihinakan oleh Al-Masih! Betapa pendapatmu keliru! Pantesan kau hanya
menjadi rahib! Tidak menjadi raja atau pahlawan! Rahib takkan punya keberanian
berperang, karena makanannya hanya sayuran! Tidak pernah makan daging, tidak
pernah menikmati kehidupan bebas! Sehingga tidak tahu cara berperang! Saya raja
putra raja, yang senang berperang! Tidak ada raja yang gampang ditundukkan oleh
lawan! Saya tidak mungkin menyerahkan kerajaan dan harta pada mereka, tanpa
berperang dulu.”
Yuchana tersenyum dan heran pada kakaknya
yang keras kepala. Dengan tegas dia berkata, “Kakak! Demi kebenaran Al-Masih
hidupmu hampir berakhir! Kau melampau batas dan suka membunuh! Jumlah pasukanmu
dibanding dengan pasukan Raja Hiraqla yang diterjunkan dalam Perang Yarmuk sangat
sedikit. Dengan pasukan Raja Hiraqla yang diterjunkan dalam Perang Ajnadin
saja, pasukanmu kalah banyak. Kaum Arab ini memang diberi Pertolongan oleh
Allah, jangan coba-coba melawan mereka! Takutlah pada Allah!.”
Yuqana
makin marah, “Kau banyak bicara yang justru memuji kehebatan kaum Arab. Saya
ini tidak seperti raja-raja yang telah mereka taklukkan seperti yang kau
terangkan. Mereka mudah menyerah dan menyerahkan harta pada kaum Arab, padahal
belum berjuang maksimal. Adanya saya menumpuk harta banyak sekali, karena agar
saya selalu menang. Saya bertekat akan memerangi mereka. Jika Salib dan
Al-Masih menolong saya menaklukkan mereka, mereka yang lari akan saya
kejar dan saya bunuh semuanya. Bahkan saya ingin bersama raja-raja memasuki
dan menggempur kota Chijaz (Arab). Jika telah menang, negeri Syam akan segera
menjadi milikku sepenuhnya, dan Hiraqla pun takkan mampu melawan saya. Jika kalah, saya akan
lari ke qalah (castle)ku. Di sana saya telah menimbun bahan
makan yang sangat banyak, yang takkan habis saya makan sepanjang hidupku. Saya
tidak sudi menyerah pada mereka. Kalau kau menakut-nakuti saya terus menerus,
akan saya bunuh sebelum mereka.”
Yuqana telah bertekat akan memerangi kaum
Arab demi meraih ambisinya yang besar. Dia terkejut mendengar adiknya bekata,
“Saya tak mau berbicara denganmu hingga kau menerima pendapat saya!.” Lalu
berdiri dan pergi.
Pagi itu, Yuqana mengumpulkan pasukan
sebanyak-banyaknya. Banyak juga pasukan dari Armenia yang datang memenuhi
panggilannya. Mereka diberi pedang dan perbekalan memadai.
Di hadapan mereka Yuqana berkata, “Jumlah
mereka hanya sedikit, jumlah kita banyak sekali. Pasukan mereka telah berkurang
karena ada yang ke Qaisariyyah, ada yang ke Mesir.”
Yang
diincar oleh Yuqana, pasukan Abu Ubaidah. Dia sengaja pergi menjemput; sebelum
Abu Ubaidah dan pasukannya datang.
Yang diserahi memimpin negerinya selama
ditinggalkan, Bathriq Karakus (كراكس)
dengan diserahi 1.000 pasukan berkuda. Sebelum Yuqana pergi, berpesan agar
Karakus menjaga negerinya.
Yuqana
meninggalkan kerajaannya bersama arak-arakan pasukan panjang sekali. Dari
mereka, yang berbaju perang sejumlah 12.000 pasukan. Yang berjalan di barisan
depan, para pembawa panji dan Salib. Salib paling dikeramatkan dari emas dan
jauhar itu, diarak oleh 1.000 pemuda berbusana sutra dibaj, dihias mutiara.
Yang
diperintah oleh Abu Ubaidah agar memimpin 1.000 pasukan berkuda, lelaki dari
Bani Dhamrah gagah berani, bernama Kaeb. Dia tidak pernah lari dari
pertempuran sedahsyat apapun. Kaeb mendengarkan pesan Abu baidah, “Hai Kaeb!
Jika lawan yang kau hadapi terlalu banyak! Jangan kau lawan dulu! Saya akan
menyusul membawa pasukan.”
Sebelum Kaeb sampai Chalab,
Yuqana telah memasang mata-mata. Para mata-mata melaporkan bahwa pasukan
berkuda Arab yang akan menyerang telah dalam perjalanan.
Yuqana bertanya, “Jumlah mereka berapa?.”
Mereka menjawab, “Seribu orang. Jarak
mereka dari sini enam mil.”
Yuqana
menyuruh sebagian pasukannya, agar bersembunyi.
Yuqana membawa pasukan dan sejumlah bathriq untuk menyerang Kaeb dan pasukannya.
Yuqana membawa pasukan dan sejumlah bathriq untuk menyerang Kaeb dan pasukannya.
Ternyata Kaeb dan pasukannya sedang turun
ke sungai, untuk memberi minum kuda dan berwudhu. Kedatangan Yuqana dan
pasukannya mengejutkan mereka.
Kaeb dan pasukannya segera berbaris,
setelah yakin bahwa pasukan pembawa Salib itu adalah lawan. Kaeb memperkirakan
jumlah lawan 5.000 pasukan berkuda. Padahal sebetulnya yang dilihat itu hanya
setengahnya. Jumlah yang bersembunyi juga sebanyak itu.
Kaeb mendekati pasukannya untuk berkata,
“Hai Penolong Agama Allah! Jumlah mereka saya perkirakan 5.000 pasukan. Mereka
akan kita kalahkan, seorang kalian melawan lima orang.”
Pasukan
menjawab, “Oke, demi Allah.”
Mereka telah saling mendekat.
Yuqana isarah dengan anak panah yang belum diberi mata pada pasukannya, agar
segera menyerang Muslimiin.
Pasukan Muslimiin yang mengamuk dengan
ganas, terkejut oleh datangnya pasukan Yuqana dari tempat persembunyian.
Muslimiin yang tadinya menguasai medan, kini pecah menjadi tiga bagian. Ada
yang lari; ada yang tetap mengamuk atas pasukan Yuqana; ada yang menyerbu musuh yang
baru berdatangan.
0 komentar:
Posting Komentar