Dengan terperangah, Kaeb memperhatikan lelaki Muslim membaca Surat Annisa Ayat 47 itu hingga selesai. Perintah beriman dan Ancaman Allah, membuat dia ketakutan. Dia ingin malam segera pergi dan pagi segera datang.
Di pagi yang menegangkan itu, dia bergegas menanyakan di mana Umar RA berada. Ada yang bilang, “Dia di Baitul-Maqdis.”
Dia segera berkemas-kemas untuk menemui Umar.
Di pagi indah mendebarkan itu,
dia melihat Umar sedang mengimami shalat subuh di sisi shakhrah (الصخرة) yang
artinya batu besar. Umar menjawab ucapan salam, dan
bertanya, “Siapa kau?” pada Kaeb
yang segera menjawab, “Saya Kaeb Al-Achbar. Saya kemari untuk masuk Islam,
karena saya telah membaca sifat Muhammad SAW dan umatnya di dalam kitab suci.
Sungguh Allah azza wajalla telah memberi Wahyu pada Musa AS:
“Aku
belum pernah mencipta Makhluq yang lebih mulia daripada umat Muhammad SAW. Kalau
bukan karena Muhammad, Aku tidak mencipta surga, neraka, langit, dan bumi. Umat
dia sebaik-baik umat, dan agama dia sebaik-baik agama. Aku mengutus dia di
akhir zaman. Umat dia diberi Rahmat. Dia nabi ummi (tidak bisa menulis) dari kota
Tihamah, dari suku Quraisy, yang sayang pada kaum Iman, keras atas kaum Kafir.
Yang dia rahasiakan seperti yang dia terangkan. Perkataannya sesuai dengan
perbuatannya. Bagi dia, jauh sama dengan dekat. Para sahabatnya saling
menyayang dan berhubungan erat.”
Umar RA bertanya, “Betulkan penjelasanmu, hai Kaeb?.”
Kaeb
menjawab, “Demi Allah, Allah tahu yang saya katakan, dan tahu isi beberapa
hati.”
Umar
berkata, “Segala Puji bagi Allah yang telah menjayakan, memuliakan dan
merahmati Kita dengan Rahmat-Nya yang memuat segala sesuatu. Dan telah
menunjukkan Kita melalui Nabi Muhammad SAW. Bukankah kau mau masuk Islam dengan
kesadaran penuh?.”
Kaeb
bertanya, “Ya Amirul Mukminiin, apakah di dalam kitab kalian, mengenai agar manusia masuk agama kalian,
apa juga dijelaskan mengenai Ibrahim AS?.”
Umar
membenarkan lalu membaca beberapa Ayat (yang artinya):
1. Apakah
kalian menyaksikan ketika Maut menghadiri Yaqub AS? Ketika itu dia berkata pada
putra-putranya, “Apa yang akan kalian sembah mulai sejak setelah saya tiada?.”
Mereka berkata, “Kami akan menyembah Tuhamu dan Tuhan ayah-ayahmu: Ibrahim,
Ismail, dan Ischaq AS, yaitu Tuhan yang satu. Dan kami menyerah (Islam) pada-Nya.” [1]
2. Ibrahim
dulu bukan Yahudi dan bukan Nashrani, tetapi chanif (condong) lagi Muslim. Dan tidak
tergolong kaum Musyrik. [2]
3. Masyak
mereka akan mencari selain Agama Allah (Islam) sebagai agama? Padahal yang di beberapa
langit dan di bumi Islam, dengan taat dan terpaksa pada-Nya? Lagian kalian akan
dikembalikan pada-Nya?. [3]
4. Barang
siapa mencari selain Islam sebagai agama, maka agama darinya, takkan
diterima. Dan di akhirat dia tergolong kaum Rugi.[4]
5. Katakan,
“Sungguh saya, Tuhan saya telah menunjukkan saya pada jalan yang lurus, sebagai
agama yang lurus: agama Ibrahim. Dulu dia tidak tergolong kaum Musyrik.”[5]
6. Dia
tidak menjadikan Sempit atas kalian di dalam agama (Islam ini), inilah agama
ayah kalian: Ibrahim. Dia menamakan Muslimiin (kaum Islam) pada kalian, mulai
sejak sebelum ini dan di (waktu) ini. Agar Rasul nantinya menjadi saksi atas
kalian, dan agar kalian nanti menjadi saksi atas manusia. Maka tegakkanlah
shalat dan tunaikanlah zakat! Dan berpeganganlah pada Allah! Dialah Kekasih
kalian, Sebaik-baik Kekasih dan Sebaik-baik Penolong. [4]
Kaeb
menyimak Ayat-Ayat yang dibaca oleh Umar, lalu berkata, “Ya Amiral Mukminiin.
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sungguh
Muhammad Utusan Allah.”
Sontak
Umar berbahagia. Lalu bertanya, “Hai Kaeb, maukah kau ke Madinah bersama saya,
untuk ziarah pada makam Nabi SAW?.”
Kaeb
menjawab, “Ajakan ini akan saya kabulkan dengan senang hati.”
Di hari kesepuluh, Umar akan meninggalkan Baitul-Maqdis.
Sebelumnya dia menulis surat untuk penduduk Baitul-Maqdis: Penduduk Baitul-Maqdis diperbolehkan
tinggal di Baitul-Maqdis, dengan syarat membayar pajak pada
Muslimiin.
Umar dan pasukannya bergerak menuju
kota Jabiyah. Di kota itu Umar menertibkan administrasi yang berhubungan dengan
pasukan Muslimiin, dan mengambil 1/5 dari rampasan perang yang untuk Allah,
untuk dibagi pada kaum Muslimiin. Dia juga membagi wilayah Syam menjadi dua:
1.
Mulai kota
Chauran hingga Chalab dan sekitarnya diserahkan pada Abu Ubaidah. Abu Ubaidah juga diperintah, agar memerangi penduduk Chalab yang tidak mau tunduk pada
Islam, hingga dia berhasil menaklukkan mereka.
2.
Kota
Palestina, Al-Quds dan Sachil (الساحل) diserahkan pada Yazid bin Abi Sufyan.
Walau begitu kedudukan Yazid di bawah Abu Ubaidah. Yazid juga diperintah agar mengajak
Islam, pada penduduk Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية).
Pasukan
paling banyak, yang dipimpin oleh Abu Ubaidah dan Khalid.
Umar perintah agar Amer bin Al-Ash menyerang
penduduk Mesir, dan mengangkat Amer bin Saed Al-Anshari, menjadi Wali bagi kota
Chimsh (Homs). Lalu Umar pulang ke Madinah membawa Kaeb Al-Achbar.
Sebelumnya, Muslimiin Madinah
sedih karena menyangka Umar akan tinggal di Baitul-Maqdis, yang banyak
buah-buahannya. Bahan makan di
tempat tinggal para Nabi itu, harganya juga murah. Di kota itulah sentral manusia
di hari kiamat nanti dikumpulkan.
Muslimiin di Madinah telah rindu pada Umar. Dari
mereka banyak yang tiap hari keluar rumah untuk menunggu-nunggu kedatangannya,
hingga leher mereka capek.
Ketika rombongan Umar RA dari jauh telah tampak,
Muslimiin Madinah gegap gempita menyambut kedatangannya.
Yang pertama kali menyambut Umar, para sahabat Rasulillah SAW. Mereka mengucapkan salam
dan marhaban untuk
keberhasilan Umar RA menaklukkan Baitul-Maqdis. Dia
dan rombongan memasuki Masjid Nabawi dan mengucapkan salam pada Rasulillah SAW
dan Abu Bakr RA, yang tertutup di dalam kubur. Lalu shalat dua
rakaat, dan memanggil Kaeb, agar bercerita pada Muslimiin mengeni kisah
Islamnya.
Umar perintah, “Ceritakan
lembaran yang disimpan oleh ayahmu pada mereka!.”
Kaeb
berdiri, lalu bercerita pada Muslimiin berjumlah
banyak; tentang Islamnya.
Sumpah
Al-Waqidi penyusun kitab Futuchussyam (فتوح الشام), yang
diterjemahkan menjadi kisah ini:
“Demi
Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, yang tahu Barang Ghoib dan Tampak. Tujuan saya menjelaskan Kemenangan-Kemenangan Kaum Muslimiin ini,
demi kebenaran semata. Kaidah yang saya gunakan juga kebenaran, dengan
tujuan menunjukkan Kefadholan Para Sahabat Rasulillah SAW, dan Kehebatan Jihad
Mereka, untuk kaum Muslimiin. Agar dengan itu kaum Rafidh (Syiah): kaum Khawarij, yang menyerang
kaum Ahlussunnah (bisa dipatahkan). Karena kalau bukan sebab Kehendak Allah Taala, dengan
perantaraan perjuangan mereka, niscaya negeri-negeri Syam tidak dimiliki oleh
Muslimiin. Dan ilmu agama ini pun juga tidak tersebar luas.” [5]
[1] أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ
قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ
آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ
لَهُ مُسْلِمُونَ [البقرة/133].
[2] مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا
وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [آل عمران/67].
[3] أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ [آل عمران/83].
[4] أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ [آل عمران/83].
والله
الذي لا إله إلا هو عالم الغيب والشهادة ، ماعتمدت في خبر
هذه الفتوح إلا على الصدق وما حدثت حديثه إلا على قاعدة الحق لأثبت فضل أصحاب رسول
الله صلى الله عليه وسلم وجهادهم حتى أرغم بذلك أهل الرفض الخارجين على أهل السنة،
إذ لولاهم بمشيئة الله تعالى لم تكن البلاد للمسلمين وما انتشر علم هذا الدين. Tulisan ini berubah dari aslinya, penulis belum bisa membenarkan.
0 komentar:
Posting Komentar