SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2011/09/30

KW 135: Dakwah ke Baitul-Maqdis


 (Bagian ke-135 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Pada Zubair, pasukan Muslimiin dari Yaman mengucapkan salam, “Mas, kau dan orang-orang itu, datang dari mana?.”
Zubair menjawab, “Dari Madinah Rasulillah SAW?.”
Mereka bertanya, “Bagaimana keadaan Muslimiin di sana?.”
Zubair menjawab, “Baik-baik saja.”
Mereka bertanya, “Apakah baginda Umar juga datang kemari?.”
Zubair balik bertanya, “Sebentar, kalian ini siapa?.”
Mereka menjawab, “Kami pasukan dari Yaman yang diperintah oleh baginda Abu Ubaidah, agar mengecek apakah baginda Umar juga datang kemari.”
Zubair menjawab, “Sebentar” Lalu kembali menuju Umar, untuk menyampaikan laporan.
Umar RA membenarkan Zubair, “Kau benar, ayah Abdillah.”

Sejumlah pasukan Muslimiin yang lain datang, untuk menanyakan, “Apakah baginda Umar datang kemari?.”
Umar menjawab, “Hai! Umar di sini! Ada apa!?.”
Mereka berkata, “Ya Amiral Mukminiin, banyak orang yang menangis sedih, dan leher mereka capek, karena menunggu kedatangan baginda. Semoga Baitul-Maqdis segera tuan kuasai.”

Pasukan berkuda itu lega, setelah tahu bahwa Umar telah datang dengan membawa bala bantuan. Mereka kembali lagi untuk memberitahukan pada kawan-kawan mereka, mengenai kehadiran Umar dan pasukannya. Mereka berteriak, “Berbahagialah! Baginda Umar dan pasukannya telah datang kemari!.”

Teriakan itu membuat pasukan Muslimiin di Baitul-Maqdis berbahagia. Tahlil, takbir, dan teriakan mereka gegap gempita, karena yang ditunggu-tunggu telah hadir. Hampir saja semuanya akan memacu kuda untuk menyambut kedatangan Umar. Tetapi Abu Ubaidah mencegah, “Semuanya agar di markasnya saja!.”

Abu Ubaidah dan dan sejumlah kaum Anshar dan Muhajiriin, bergerak untuk menyambut kedatangan Umar dan pasukanya.
Umar mengamati Abu Ubaidah, datang membawa pedang dan busur, berkendaraan unta muda yang disebut qalush (قَلُوص). Abu Ubaidah berbusana abaya, turun lalu menambatkan untanya, untuk menemui Umar di tempat yang nyaman.
Umar menambatkan untanya untuk menyambut kedatangan dan menerima uluran tangan Abu Ubaidah. Mereka berdua bersalaman dan berpelukan. Rombongan Abu Ubaidah bersalaman dan mengucapkan salam pada Umar RA dan rombongannya. 
Umar dan Abu Ubaidah berjalan diiringi oleh arak-arakan pasukan Muslimiin, menuju Baitul-Maqdis.

Di pagi yang indah itu Umar mengimami shalat subuh. Lalu menyampaikan Khutbah bersejarah:
“Segala puji bagi Allah yang Maha terpuji Maha Agung, Maha Kuat, Maha Dahsyat. Selalu melakukan pada yang dikehendaki. Sungguh Allah Taala telah memuliakan kita dengan Islam. Dan telah membimbing kita melalui Muhammad. Semoga afdholnya sholawat dan salam melimpah padanya. Dan Allah lah yang menghindarkan kita dari kesesatan. Dan menyatukan hati kita yang tadinya saling membenci. Maka pujilah Allah atas anugrah ini! Agar kalian mendapatkan tambahan. Allah berfirman ‘jika kalian bersukur maka sungguh Aku niscaya akan menambah pada kalian. Namun jika kalian kufur, maka sungguh siksaanKu niscaya sangat pedih’. Barang siapa dibimbing oleh Allah, maka mendapat bimbingan. Barang siapa disesatkan oleh Allah, maka kau takkan menemukan pembimbing untuknya’.”[1]

Seorang alim Nashrani yang hadir dan menyimak khuthbah Umar. Dan membantah, “Allah tidak mungkin, menyesatkan seorangpun,” berkali-kali.
Umar RA perintah, “Jika dia mengulangi lagi perkataannya! Potong lehernya!.”
Sontak alim Nashrani itu diam; Umar meneruskan khuthbah:
“Ammaa bakdu: Sungguh saya nasehat pada kalian, agar bertaqwa pada Allah azza wajalla yang akan kekal. Sedangkan selain Allah pasti akan fana (rusak). Dialah yang akan memberi manfaat pada Kekasih-Kekasih-Nya yang taat. Dan akan menghabisi Musuh-Musuh-Nya yang maksiat. Hai semuanya! Tunaikan zakat kalian dengan hati senang. Dalam beramal jangan berharap dipuji atau dibalas oleh manusia. Pahamilah nasehat ini: orang pandai adalah yang menjalankan agamanya. Orang beruntung adalah yang bisa menerima nasehat orang lain. Ketahuilah! Sejelek-jelek perkara keagamaan adalah yang diperbaharui. Amalkan sunnah nabi kalian SAW! Mengamalkan sunnah dengan alakadar lebih baik daripada ijtihad untuk bid’ah. Kaji dan amalkan Al-Qur’an! Yang akan menjadi obat sekaligus berpahala. Hai semuanya! Dulu Rasulullah pernah berdiri di kalangan kami, seperti bediriku di kalangan kalian. Lalu bersabda ‘ikutilah sahabat-sahabatku! Lalu orang-orang yang mendekati mereka! Lalu orang-orang yang mendekati mereka! Lalu kebohongan akan muncul! Hingga orang yang tidak dimintai persaksian, berani bersaksi! Dan orang yang tidak diminta bersumpah, berani bersumpah. Barang siapa ingin ke kawasan surga, maka tetapi Jamaah. Dan berlindunglah dari syaitan. Lelaki jangan menyendiri dengan wanita. Wanita adalah jaring-jaring syaitan. Barang siapa senang pada kebaikannya dan malu pada kejelekannya, berarti orang iman. Shalatlah, shalatlah!.”[2]

Ketika Umar duduk; Abu Ubaidah berkisah mengenai Peperangannya dengan pasukan Romawi. Umar menyimak dengan serius. Terkadang airmatanya berlinang, terkadang terperangah. Pembicaraan dua tokoh besar itu seris sekali, hingga waktu shalat luhur tiba.

Beberapa orang bertanya Pada Umar, “Ya Amiral Mukminiin, bagaimana kalau Bilal disuruh adzan?.”
Umar menyetujui permintaan mereka. 
Bilal di daerah Balad terkejut, karena mendengar berita 'Umar telah datang'. Dia segera bergegas datang untuk menyalami Umar yang sangat dihormati. Beberapa orang berkata pada Bilal, “Para sahabat nabi minta, agar kau adzan. Agar mereka ingat, saat kau adzan di zaman Rasulillah SAW.”
Bilal menjawab, “Ya.”
Ketika dia berteriak, “Allahu akbar Allahu akbar,” hati semua yang mendengar bergetar.
Ketika dia berteriak, “Asyhadu an laaa Ilaaha illaa Allah,” hingga, “asyhadu anna Muhammadan Rasulullah" Air mata mereka bercucuran, karena terharu. Karena ingat Allah dan Rasul-Nya.


Bilal melaporkan, “Ya Amiral Mukminiin. Tokoh-tokoh Muslimiin sama makan daging burung dan roti yang lezat, sementara makanan Muslimiin yang lain sederhana. Padahal sebetulnya kita semua sama-sama akan mati dan menjadi tanah.”
Yazid bin Abi Sufyan menimpal, “Harga makanan di sini murah, sehingga kami bisa membeli.”
Umar berkata, “Silahkan dimakan dengan nikmat. Untuk sementara saya ingin, kalian menghubungi Muslimiin yang sama faqir. Untuk saya beri gandum, madu, dan minyak, dan bahan makan lain yang mereka butuhkan.”

Muslimimiin faqir yang berada di sekitar wilayah itu sama berdatangan untuk menerima bahan makan dari Umar. Umar berkata pada mereka, “Ini pemberian dari amir-amir kalian, belum yang dari saya, yang dari Baitul Mal. Jika ada amir yang menghambat fasilitas untuk kalian, laporkan pada saya! Agar dia saya istirahatkan.”
Mereka berbahagia, karena bisa melihat Umar dan mendapat santunan.

Umar perintah, “Ayo segera berangkat!.”
Pakaian yang dikenakan oleh Umar berbahan wool bertambal 14 tambalan, yang salah satunya dari kulit.”
Beberapa Muslimiin berkata, “Ya Amiral Mukminiin, sebaiknya baginda berkendaraan kuda yang bagus dan berbusana putih.”
Umar melaksanakan permintaan mereka. Busana yang dikenakan oleh Umar buatan Mesir seharga 15 dirham. Bahan selendang yang dikenakan dari katan (كَتّان), yang telah dipakai seorang, namun masih bagus. Kuda jantan yang akan dikendarai gagah tampan, dari Romawi. Ternyata kuda yang nyaman dikendarai itu kecepatan larinya luar biasa.
Umar berkata, “Batalkan coba-coba ini! Semoga Allah membebaskan kalian dari cobaan berat di hari kiamat nanti. Hampir saja Amir kalian celaka, karena terlalu senang dan bangga. Padahal saya pernah mendengar Rasulallah bersabda ‘orang yang di dalam hatinya ada rasa sombong sebobot semut, takkan masuk surga’. Busana putih mewah dan kuda yang gagah ini hampir membuat saya celaka.”
Lalu melepas busananya yang dinilai terlalu mewah dan mengenakan busananya yang ditambal 14 tambalan.[3]


[1] Al-Waqidi sejarawan pilihan yang mementingkan kebenaran, menulis di dalam kitabnya tentang khutbah itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 187)
الحمد لله الحميد المجيد، القوي الشديد، الفعال لما يريد، ثم قال: إن الله تعالى قد أكرمنا بالإسلام وهدانا بمحمد عليه أفضل الصلاة والسلام، وأزاح عنا الضلالة وجمعنا بعد الفرقة وألف بين قلوبنا من بعد البغضاء فاحمدوه على هذه النعمة تستوجبوا منه المزيد فقد قال الله تعالى: " لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد " إبراهيم: 7، ثم قرأ: " من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلن تجد له ولياً مرشدا " الإسراء: 97
[2] Khuthbah bersejarah ini dicatat oleh Al-Waqidi: فتوح الشام - (ج 1 / ص 188)
أما بعد: فإني أوصيكم بتقوى الله عز وجل الذي يبقى ويفنى كل شيء سواه، الذي بطاعته ينفع أولياءه، وبمعصيته يفني أعداءه، أيها الناس أدوا زكاة أموالكم طيبة بها قلوبكم وأنفسكم لا تريدون بها جزاء من مخلوق ولا شكوراً افهموا ما توعظون به فإن الكيس من أحرز دينه، وإن السعيد من اتعظ بغيره ألا إن شر الأمور مبتدعاتها وعليكم بالسنة سنة نبيكم صلى الله عليه وسلم فألزموها فإن الاقتصاد في السنة خير من الاجتهاد في البدعة وألزموا القرآن فإن فيه الشفاء والثواب، أيها الناس إنه قام فينا رسول الله صلى الله عليه وسلم كقيامي فيكم وقال: ألزموا أصحابي ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ثم يظهر الكذب حتى يشهد من لم يستشهد ويحلف من لم يحلف فمن أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة، وتعوذوا من الشيطان ولا يخلون أحد منكم بامرأة فإنهن من حبائل الشيطان ومن سرته حسنته وساءته سيئته فهو مؤمن، والصلاة الصلاة.
[3] Al-Waqidi penulis kitab Futuchussyam ini berkata, “Saya pernah membacakan kitab ini di dekat kubur Imam Chanafi. Ketika mendengar 'Kisah Umar Berpakaian Sederhana' ini, Alim besar bernama Ubadah bin Auf Addainuri yang menyimak pembacaan ini, berkata: ‘saya terkejut, karena dari saya lah kisah itu, asalnya'. Dan dia melengkapi kisah itu.”
Karena kitab ini bukan sembarangan, maka terkadang dipilih oleh Ibnu Chajar sebagai rujukan.

0 komentar:

Posting Komentar