Filanthanus mengumpulkan 30.000 pasukan berkuda, dan perintah agar putanya bernama Astaflius (استفليوس) mewakili memerintah di kerajaannya. Dia mengeluarkan panji-panji Iskandar Al-Yunani (الإسكندر اليوناني) dari Baitul-Hikmah. [1] Panji-panji keramat yang biasanya hanya dikeluarkan sekali dalam setahun itu, bergambar dari emas dihias mutiara gemerlapan.
Di tengah lautan pasukan itu, Filanthanus menjadi
pusat perhatian, dinaungi panji paling keramat. Menggiring mereka menuju Anthakiyah (Antioch).
Dia dan arak-arakan pasukannya berhenti di pintu
gerbang Haus yang artinya Persia. Ketika mereka menunggu-nunggu, Hiraqla
datang bersama pasukannya.
Pagar-pagar penghalang dipasang untuk mengamankan Hiraqla. Rakyat Romawi berbahagia menyaksikan Hiraqla, menyambut
kedatangan Filanthanus dan lautan pasukannya.
Dengan berbahagia, mereka yang berjubel melaut itu yakin, pasti akan segera mengalahkan kaum Arab. Gema suara mereka bagaikan hujan lebat turun dari langit. Lonceng-lonceng yang dipukul sekeras-kerasnya menambah suasana menjadi tegang.
Dengan berbahagia, mereka yang berjubel melaut itu yakin, pasti akan segera mengalahkan kaum Arab. Gema suara mereka bagaikan hujan lebat turun dari langit. Lonceng-lonceng yang dipukul sekeras-kerasnya menambah suasana menjadi tegang.
Sejumlah
mata-mata Muslimiin datang untuk melaporkan kedatangan bala-bantuan pasukan
Romawi Kubra, pada Abu Ubaidah.
Abu Ubaidah mengangkat dua tangan untuk berdoa, “Allahumma Musuh-MusuhMu akan
menyerang kami dengan pasukan berjumlah banyak sekali. Rusaklah keyakinan mereka, dan hancurkan mereka. Buatlah mereka porak-poranda.
Persulitlah mereka. Buatlah keyakinan kami berjaya, dan keyakinan mereka hina.
Tolonglah kami sebagaimana Kau telah menolong NabiMu di dalam Perang Achzab.
Halang-halangilah makar mereka, dan tolonglah kami mengalahkan mereka.”
Pasukan
Muslimiin mengamini dengan suara menggemuruh. Mereka tegang, setelah mendengar berita arak-arakan
pasukan dari Romawi
Kubra telah
datang untuk membantu Hiraqla. Tetapi mereka menenangkan diri dengan
bertawakkal pada Allah.
Abu Ubaidah perintah agar Muadz bin Jabal membawa 3.000 pasukan berkuda ke arah
pesisir.
Muadz
menggiring pasukannya menuju pesisir untuk merampas harta yang dibawa oleh
pasukan Jabalah. Di pintu gerbang kota bernama Jabalah, Muadz dan
pasukannya melihat arak-arakan pasukan membawa bahan makan, dengan 1.000
kendaraan. Bahan makan itu dikirimkan oleh Qusthanthin bin Hiraqla (قسطنطين بن هرقل)
dari kota Tharabulus (طَرابُلُسُ), Akka (عَكَّا),
Shur (صُورَ),
Shaida (صيدا), dan Qaisariyah (قَيْسارِيَةَ/Caesarea),
untuk ayahnya.
Ketika bahan
makan itu diserahkan pada pasukan Nashrani Arab, agar selanjutnya diantar pada Hiraqla, Muadz dan pasukannya bergerak cepat untuk menyerang dan merebut.
Muadz dan
pasukannya membawa rampasan menuju Abu Ubaidah. Kedatangan mereka disambut
dengan pekikan tahlil dan takbir oleh Abu Ubaidah dan pasukannya.
Hiraqla
marah ketika dikhabari bahwa kirimannya dirampas oleh Muadz dan pasukannya. Dia
berkata, “Kita akan segera bertempur menyerang mereka, untuk menentukan mana
yang akan menang dan kalah. Ayo siapkan pasukan untuk menyerbu!” pada para
bathriq.
Para bathriq segera mempersiapkan pasukan, untuk menyerbu.
Hiraqla didampingi raja-raja bawahannya: Filanthanus raja Romawi Kubra, raja negeri Marasy, raja Iskabadanis (اسكبادنيس), raja negeri Tharasus, raja negeri Mashishah (مَصِيصَةُ), raja negeri Quniyah (قونِيَةَ), raja negeri Mashir (مآصِرُ), raja negeri Aqshara (أَقْصَرَا), raja negeri Qaisariyah (Caesarea/قَيْسارِيَةَ), raja negeri Qumath (قوماط), raja negeri Thabarzad (طَبَرْزَدَ), dan Raja Jabalah bin Aiham.
Para bathriq segera mempersiapkan pasukan, untuk menyerbu.
Hiraqla didampingi raja-raja bawahannya: Filanthanus raja Romawi Kubra, raja negeri Marasy, raja Iskabadanis (اسكبادنيس), raja negeri Tharasus, raja negeri Mashishah (مَصِيصَةُ), raja negeri Quniyah (قونِيَةَ), raja negeri Mashir (مآصِرُ), raja negeri Aqshara (أَقْصَرَا), raja negeri Qaisariyah (Caesarea/قَيْسارِيَةَ), raja negeri Qumath (قوماط), raja negeri Thabarzad (طَبَرْزَدَ), dan Raja Jabalah bin Aiham.
Yuqana mengecek barisan pasukan. Semua raja dan semua
bathriq telah menyiapkan barisan. Filanthanus mendekati Hiraqla untuk berkata,
“Yang mulia, saya meninggalkan kerajaan saya menuju kemari yang jaraknya
200 farsakh, untuk membuat ridha Al-Masih, dan melaksanakan
permintaan tuan. [2] Semua pasukan tuan telah
berperang. Saya ingin menghadapi Umat Muhammad, untuk membuat kita bahagia.”
Hiraqla menjawab, “Silahkan diam di tempat saja,
jangan merendahkan diri. Anda raja lebih senior daripada saya. Selain anda
saja, yang melaksanakan tugas berat ini.”
Filanthanus berfatwa, “Kami datang kemari untuk
berjihad yang hukumnya wajib bagi kita semuanya. Orang yang memandang dunia
dengan rasa cinta, pasti nafsunya akan mendorong dia menuju berlebihan, karena
pesona dunia. Itulah yang akan menghalang-halangi dia hingga melupakan tempat
kembalinya. Orang yang bergegas mentaati Penciptanya, dengan
menahan hawa nafsunya, berarti telah mendaki derajat, menuju kawasan surga Firdaus paling khusus yang
namanya Dairatul-Quds (دائرة القدس). Ketika yang Maha Awal tahu 'kalian tertutup tabir di dalam dunia fana, maka kalian dikalahkan oleh umat yang lemah. Hingga kalian diusir dari beberapa wilayah. Ini karena kalian lebih senang mengikuti hawa nafsu yang menyeret pada kerusakan. Karena itu kalian salah langkah. Kalian meremehkan dan menganiaya rakyat. Kalian juga membiarkan perzinaan berkembang di mana-mana. Itu pula yang membuat kalian dilanda kekalahan dan hina.”
Pada Filanthinus, Staf senior Hiraqla bernama Sarund (سروند) membentak pedas, “Hai pimpinan pasukan Romawi Kubro! Jangan menggurui raja kamiyang sudah tidak mau berpikir banyak! Orang yang lebih senior daripada tuan
telah nasehat, namun beliau tak menghiraukan.”
Filanthinus tersinggung hingga wajahnya memerah karena dibentak.
Filanthinus tersinggung hingga wajahnya memerah karena dibentak.
Di malam itu, Filanthinus mendekati pasukan pengawal Raja Hiraqla, untuk berkata, “Kenapa kalian membiarkan dia membentak dan
mempermalukan saya di hadapan para raja. Kalian tahu sendiri bahwa istana saya
lebih besar daripada istana Hiraqla. Secara garis keturunan, saya juga lebih mulia dari pada Hiraqla. Seorang alim
lurus yang pernah membangun menara tertinggi pernah berkhotbah:
Saya datang kemari bertujuan mengecek agama kaum Arab
yang jelas benar. Orang yang memeluk agama mereka, akan aman di hari yang
mengerikan. Bagaimana pendapat kalian?.”
Mereka menjawab, “Yang mulia, kenapa tuan akan
meninggalkan agama dan kerajaan tuan? Untuk mengikui mereka yang hina dan
bodoh?.”
Filanthanus menjawab, “Kebenaran yang hakiki ada pada mereka. Karena ketauhidan mereka murni, berkat tokoh mereka yang namanya tertulis di dalam
ilmu ghoib. Kebenaran Robaniah yang mendatangkan mutiara
kebenaran ada pada mereka. Barang siapa ingin berjumpa pada yang Maha Alim, jangan duduk di Majlis Kebodohan.”
Tokoh-tokoh besar itu mendengarkan dengan seksama,
pada fatwa Filanthanus.
In syaa Allah bersambung
0 komentar:
Posting Komentar