Di pagi yang cerah itu, Maisarah mengimami shalat khauf, di barak pengungsian. Seusai shalat, dia berdiri untuk memuji dan menyanjung Allah, danmendoakan shalawat untuk nabi SAW. Lalu berkata, “Saudara semuanya! Bersabarlah menghadapi musibah! Ini semua, Rahmat dari Allah untuk kita. Atas Pertolongan Allah, kita telah menang di dalam peperangan ini, walau belum selesai. Yang mulia Abu Ubaidah telah berpesan padaku ‘mereka’ maksudnya kalian jangan dibawa ke tempat yang jauh! Kita telah berpisah dengan beliau selama seminggu, namun beliau tidak tahu bahwa kita sedang menghadapi kesulitan menghadapi lawan.”
Dengan semangat, Said bin Zaid
berkata, “Apa maksud yang mulia? Jika yang mulia ingin perintah agar kami
bertempur, memang keinginan kami segera bertemu Allah, melebihi keinginan orang
kehausan yang ingin meneguk air.”
Maisarah menjawab, “Saya hanya ingin
mendengarkan pendapat kalian. Saya juga ingin mengutus lelaki, agar melaporkan
keadaan kita pada yang mulia Abu Ubaidah, dan bahwa bala bantuan musuh
berdatangan banyak sekali. Semoga yang mulia Abu Ubaidah segera mengirimi kita,
bala bantuan.”
Said menjawab, “Yang mulia benar.”
Maisarah memanggil seorang dari empat
orang dzimmi, untuk diperintah, “Ajaklah satu temanmu untuk menemani kau pergi
pada Abu Ubaidah. Laporkan pada beliau ‘bala bantuan dari dalam benteng,
desa-desa, dan utusan seluruh negeri mereka, telah berdatangan untuk menggempur
kami!’ Ceritakan pada beliau apa yang kau saksikan di sini!” Dan diberi imbalan
menggiurkan.
Dua lelaki dzimmi itu memacu kuda secepat-cepatnya, menuju kota Chalab (Aleppo). Sesampainya di tujuan, mereka berdua jatuh pingsan karena terlalu capek.
Kaum Muslimiin berkata, “Guyurlah
air!” hampir serempak.
Mereka berdua sadar setelah diguyur
air. Dan ditanya, “Siapa yang mengejar kalian berdua? Apa pasukan kami di sana
berguguran?.”
Mereka berdua menjawab, “Demi Allah tidak. Tetapi bala bantuan musuh yang akan dikerahkan agar memerangi Maisarah dan pasukannya berjumlah banyak sekali, dan dari mana-mana.”
Mereka berdua menjelaskan pada Abu Ubaidah, mengenai apa saja yang telah disaksikan. Mengenai pasukan Muslimiin membuang sarung pedang untuk berperang mati-matian, Damis ditangkap musuh, tetapi berhasil meloloskan diri bersama 10 kawannya, juga dilaporkan.
Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin mendengarkan laporan itu, dengan tegang. Dia gusar dan bergegas bersama dua orang dzimmi menuju tenda Khalid yang sedang membenahi baju perang.
Mereka berdua menjawab, “Demi Allah tidak. Tetapi bala bantuan musuh yang akan dikerahkan agar memerangi Maisarah dan pasukannya berjumlah banyak sekali, dan dari mana-mana.”
Mereka berdua menjelaskan pada Abu Ubaidah, mengenai apa saja yang telah disaksikan. Mengenai pasukan Muslimiin membuang sarung pedang untuk berperang mati-matian, Damis ditangkap musuh, tetapi berhasil meloloskan diri bersama 10 kawannya, juga dilaporkan.
Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin mendengarkan laporan itu, dengan tegang. Dia gusar dan bergegas bersama dua orang dzimmi menuju tenda Khalid yang sedang membenahi baju perang.
Khalid berdiri untuk berkata, “Selamat
yang mulia,” dan menyalami. Lalu mempersilahkan dia, duduk di tempat
sederhana.
Pada dua lelaki dzimmi itu, Abu Ubaidah perintah, “Ceritakan pada Khalid, mengenai yang telah kalian saksikan, berkenaan kaum Muslimiin!.”
Pada dua lelaki dzimmi itu, Abu Ubaidah perintah, “Ceritakan pada Khalid, mengenai yang telah kalian saksikan, berkenaan kaum Muslimiin!.”
Khalid menyimak dengan serius, pada
laporan dua lelaki itu, hingga selesai. Lalu dengan suara berwibawa, berkata, “Sungguh
sejak menolong kita, Allah tak pernah lagi menghinakan kita.
Segala Puji Syukur hanya untuk Allah, yang telah perintah, agar kita Bersabar
menghadapi cobaan seberat apapun. Dia berfirman ‘hai orang-orang yang
beriman, sabar! Selalu sabarlah! Selalu menyambunglah (pada amalan)! Dan
bertakwalah! Agar kalian beruntung’. Dia juga berfirman ‘sungguh
Allah menyertai kaum Sabar’.”
Ucapan Khalid selanjutnya, “Saya akan
meneruskan berjihad di Jalan Allah. Apapun yang diperlukan oleh Allah dan
RasulNya akan saya penuhi. Semoga Allah menyelamatkan dan memberi saya Pahala Mati Syahid” membuat mereka lebih
tercengang.
Dengan gerak cepat, Khalid memasuki tenda untuk mengambil baju perang dan pecinya yang barakah. Lalu bergabung pada pasukan Muslimiin yang telah bersiap akan berjalan menuju Qabail, untuk membantu Maisarah dan pasukannya. Abu Ubaidah berteriak, “Jangan semuanya yang berangkat!.”
Awal yang diperbolehkan berangkat,
hanya berjumlah 3.000 pasukan berkuda. Setelah arak-arakan itu pergi menjauh,
2.000 pasukan berkuda berikutnya diberangkatkan oleh Abu Ubaidah, agar
menyusul.
Khalid mengangkat dua tangannya, dan berdoa, “Ya Allah, buatkan Jalan untuk kami menuju kesana. Lipatlah jarak yang jauh ini untuk kami, dan sesulit apapun, buatlah Mudah untuk kami.”
Di medan perang, Maisarah dan pasukannya dalam keadaan kesulitan, karena dikepung musuh yang jauh lebih banyak, dari segala penjuru. Telah beberapa hari mereka berperang mati-matian mulai pagi hingga petang. Tiap hari bala bantuan pasukan Romawi yang berdatangan untuk menyerang semakin banyak. Tetapi Maisarah dan pasukannya pantang menyerah, meskipun telah berkali-kali tergores pedang, hingga tubuh mereka bermandi darah. Sepertinya mereka itu, kaum yang tak bisa dibunuh, karena Ijin Allah Taala.
Seluruh kekuatan lautan pasukan
Romawi telah ditumpahkan untuk menghabisi pasukan Muslimiin secepat-cepatnya.
Namun justru dari mereka semakin banyak yang tewas. Itu sebagai bukti bahwa
orang yang ditolong oleh Allah, pasti akan menang.
In syaa Allah bersambung
0 komentar:
Posting Komentar