Khalid memegang panji dan memacu kuda secepat-cepatnya ke arah Maisarah yang sedang ditangkap oleh seorang bathriq. Gema takbir pasukan Muslimiin meledak, membuat pasukan Romawi bergetar ketakutan.
Tiba-tiba tangan bathriq yang memegangi
tangan Maisarah, lemas, karena terkejut dan takut. Bathriq ingin mengangkat
Maisarah dari kudanya namun tak mampu, dia diikat dengan beberapa tali pada
pelana dan kudanya. Bathriq menarik dia sekuat tenaga, namun tak mampu.
Khalid mendekat dengan menebaskan pedang sekuat tenaga, untuk memotong tangan kanan. Tetapi bathriq bergerak menyamping sehingga tangan kirinya tertebas pedang dan putus. Maisarah melepaskan diri dari bathriq.
Bathriq melarikan kudanya menuju
pasukannya dengan mengaduh kesakitan. Sejumlah opsir Romawi berlari cepat untuk
menolong dan mengobati tangannya yang putus.
Khalid dan Maisarah bersalaman lalu bebicara, mengenai serangan pasukan Romawi yang ganas. Pembicaraan berlanjut hingga mengenai Abdullah bin Chudzafah Assahmi ditangkap untuk dihadapkan pada Hiraqla.
Khalid terkejut dan bersedih, ketika
mendengar khabar Abdullah
ditangkap dihadapkan pada Hiraqla.
Dia bersumpah, “Demi Allah, in syaa Allah saya akan memerangi mereka hingga
kapanpun, hingga mereka melepaskan Abdullah.”
Kedatangan Khalid dan 3.000
pasukannya membuat tenang pada Maisarah dan pasukannya.
Pasukan
Romawi sangat ketakutan pada Khalid, yang datang bersama
3.000 pasukan berkuda. Saat itu nama Khalid di negeri Romawi sangat terkenal.
Bahkan saking terkenalnya, Addhachak yang wajah dan gayanya mirip Khalid,
pernah menjadi tontonan lautan kaum Romawi di Anthakiyah. Saat itu Addhachak
berperang melawan pengawal Hiraqla, lalu ada yang berteriak, “Kurang ajar!
Dialah Khalid yang telah mengobrak-abrik tentara kita! Mampuslah kau! Ayo
lawanlah jagoan kami yang ini!.”
Ucapan itu membuat kaum berlarian,
ingin memandang Khalid dari jarak dekat. Semakin lama semakin banyak, hingga
mereka seperti lautan insan. Bahkan tenda utama yang tinggi besar, roboh karena
terlalu banyak penonton yang memanjat atap dan tiang-tiangnya. Anehnya banyak
yang tak peduli terhadap orang-orang yang tewas tertimpa reruntuhan tenda utama
itu, karena terlalu asyik menonton, dan berharap orang yang disangka Khalid itu
tewas, oleh serangan pahlawan mereka.
Pasukan Muslimiin istirahat dari perang hingga pagi. Di pagi yang indah itu, seorang lelaki tua berpakaian warna hitam sangat sederhana, muncul dari celah pasukan Romawi, untuk menghadap pada Khalid RA. Dengan tubuh bergetar dia bergerak untuk sujud, tetapi Khalid melarang, “Jangan bersujud padaku!. Apa ujuanmu datang kemari?.”
Lelaki itu menjawab, “Panglima perang
kami mengajukan permohonan damai pada kalian, dan sanggup mengembalikan orang
kalian yang ditawan. Beliau juga berjanji akan memberi yang kalian minta.”
Jawaban Khalid RA, “Kami takkan
pulang kecuali peperangan telah berakhir! Kalau kalian tidak mau melepaskan
orang kami yang kalian tawan, kalian akan kami perangi agar melepaskan dia!” mengejutkan
dia.
Dengan bergetar lelaki itu bertanya,
“Apakah yang mulia pimpinan mereka ini?.”
Khalid menjawab, “Betul!.”
Dengan
bergetar, lelaki itu bertanya, “Maukah yang mulia
mengundurkan peperangan ini selama sehari-semalam? Agar kami bisa mempersiapkan
semuanya? Dan agar Bathriq yang mulia sembuh dari sakitnya? Kita akan berperang
setelah itu.”
Khalid menjawab, “Silahkan!.”
Lelaki itu kembali menghadap panglima perangnya. Pada seluruh pasukannya, sang panglima berkata, “Mereka telah menyetujui usulan kita bahwa peperangan sudah berakhir. Mari kita pulang!.”
Mereka menyalakan obor-obor dan
berkemas untuk pulang. Arak-arakan panjang sekali itu berduyun-duyun pulang,
dengan mematikan obor agar tidak kelihatan.
Di pagi yang menegangkan itu, arak-arakan pasukan Muslimiin telah bergerak mendekati perkemahan pasukan Romawi. Tetapi mereka terkejut karena tenda-tenda dan penghuninya yang dicari telah tiada, tinggal barang-barang yang tidak bisa dibawa dan sampah berjumlah sangat banyak. Puluhan ribu pasukan Romawi telah kabur semalam.
Khalid marah karena rencana akan
menyalamatkan Abdullah menemui jalan buntu, dan merasa tertipu. Dia telah
menggerakkan tali kendali agar kudanya berlari, tetapi Maisarah berteriak,
“Jangan dikejar! Medannya terlalu sulit! Kita kembali saja.”
Barang-barang bermanfaat yang
ditinggalkan oleh pasukan Romawi, menjadi jarahan. Arak-arakan panjang pasukan berkuda
Muslimiin, pulang ke Chalab (Aleppo). Derap kaki kuda mereka membahana, membuat
ayam-ayam berlarian sambil berkokok dan berkotek. Dan orang-orang yang melihat,
terpukau dan ketakutan.
Khalid dan teman-teman di pertengahan arak-arakan pasukan, pulang dengan perasaan sedih. Memikirkan nasib Abdullah bin Chudzafah yang ditawan.
Khalid dan teman-teman di pertengahan arak-arakan pasukan, pulang dengan perasaan sedih. Memikirkan nasib Abdullah bin Chudzafah yang ditawan.
Abu Ubaidah dan pasukannya di Chalab, menyambut kedangan mereka, dengar sangat berbahagia. Maisarah dikerumuni oleh orang banyak, ditanya mengenai kejadian di dalam Perang Qabail. Ketika Maisarah berkisah tentang Abdullah bin Chudzafah ditawan oleh lawan, Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin sedih sekali.
Abu Ubaidah berdoa, “Ya Allah, buatkanlah dia Jalan Keluar, dari kesulitannya, agar bisa lolos.”
Abu Ubaidah menulis surat untuk Umar RA, memberitakan bahwa pasukannya telah melaksanakan perintah, agar ke Addurub (Gunung-Gunung). Perjalanan dilanjutkan ke Qabail hingga terjadi peperangan dan menang. Sayang, Abdullah ditawan.
0 komentar:
Posting Komentar