Di
hari yang mendebarkan itu, mereka berbahagia karena arak-arakan pasukan lawan
berkuda yang berdatangan, hanya
berjumlah 10.000 orang. Itu berarti tiap seorang hanya akan
melawan dua orang. Tapi lalu terkejut, ketika mereka melihat lagi arak-arakan pasukan
berkuda lainnya berjumlah 10.000
orang.
Pada
pasukan Muslimiin, Amer berteriak,
“Ketahuilah! Barangsiapa mengendaki Allah dan hari
akhir, jangan gentar menghadapi musuh, meskipun berjumlah banyak! Apa ada
amalan yang lebih diandalkan di sisi Allah,
daripada berjihad memerangi kaum Kafir? Mereka akan diganjar surga yang di
dalamnya banyak buah-buahan dan fasilitas? Allah berfirman :
‘Dan
orang-orang yang dibunuh di Jalan Allah!
Jangan kau sangka mati!’ Hakikinya mereka hidup di sisi Allah, diberi Rizqi.
Mereka berbahagia dengan yang Allah berikan mereka, berupa KefadholanNya. Dan mereka memberi khabar gembira pada orang-orang yang belum bertemu mereka dari belakang mereka, bahwa: Tiada Kekhawatiran atas mereka, dan mereka Tidak Bersusah’. [1]
Kalau belum kalian bunuh, mata-mata itu bisa
menjelaskan pada kita ‘berapa jumlah arak-arakan pasukan yang datang
kemari ini. Tapi Perkara Allah tak bisa dihindari.”
Amer mengumpulkan
pasukan pilihan untuk berkata, “Saya berpandangan, sebaiknya kita minta bala
bantuan pada Abu Ubaidah, untuk menghadapi pasukan yang sangat banyak ini.”
Lalu berteriak, “Hai semuanya! Siapa yang sanggup datang pada Abu Ubaidah !
Untuk menjelaskan bahwa lawan yang berdatangan kemari terlalu banyak !?
Kami berharap, beliau mengirimkan bala bantuan untuk kita. Ketika Yazid bin Abi
Sufyan di negeri Qinasrin, juga dikirimi bala bantuan oleh beliau, saya berdoa
semoga yang sanggup melaksanakan tugas menghadap Abu Ubaidah ini diberi pahala
oleh Allah.”
Rabiah
berkata, “Ya Amer,
pastikan kami bertempur! Dan tawakallah pada Allah, yang telah menolong kita
di beberapa medan perang! Dan yang akan menolong kita di sini, untuk
mengahabisi mereka.”
Pada
Rabiah, Amer menjawab, “Demi Allah usulanmu tepat
sekali!.” Lalu perintah agar pasukannya bersiap. Mereka menaiki kuda sambil meneriakkan
tahlil dan takbir.
Ledakan
takbir membahana; seakan-akan gunung-gunung, pepohonan, perbukitan, dan
perkotaan di kejauhan yang mengelilingi mereka, menirukan tahlil dan takbir
mereka.
Amer dan pasukannya berdoa, “Ya Tuhan Pelindung kami! Sungguh kami mendengar gema tauhid. Engkaulah yang memperdengarkan kalimat tauhid, pada kami! Dan telah memperlihatkan wajah-wajah orang yang mengagungkan dan memuji Kau. Betapa indah, Untaian PujianMu. Anugrahkan pada kami, agar kami dapat mensyukuri AnugrahMu.”
Doa
yang dipanjatkan dengan sepenuh hati itu, membuat pasukan Raja Filasthin
terperangah. Sebetulnya ada keajaiban yang tidak diketahui oleh Filasthin dan
pasukannya: binatang-binatang buas dan liar berdoa pada Tuhan mereka, sambil
memanjatkan rasa sukur atas AnugrahNya yang melimpah. Bahkan alam pun berdoa,
“Ya yang membuat semua binatang liar, ridho terhadap AnugrahMu. Keluarkanlah
rizqi agar kami bisa makan untuk bekal kembali menghadap Tuhan, yang telah
menopang kehidupan kami! Ya yang kalau belatung di dalam bumi berbaris-baris,
pasti melihat. Kalau ada jatah rizqi di dalam bumi untuk seorang hamba,
Engkaulah yang mendatangkan. Kami mendengar pekikan tahlil dan takbir dari
orang-orang mentauhidkan Kau, di sini. Sebelum ini, kami belum pernah
mendengar. Bahkan kami mendengar Ayat-Ayat yang belum pernah kami dengar. Maha
Suci Engkau yang QodarNya takkan kami lupakan. Ya yang Kebaikan dan
KefadholaNya tak terhingga.”
Seluruh
pasukan terkejut oleh suara, “Banyak sekali makhluq di gunung-gunung dan di
puncaknya, yang tunduk patuh kepada Allah. Bahkan di dasar dan di wajah bumi.
Bahkan di dasar laut dan samudra!” bergema
dari langit.
Suara
bergema dari langit itu, membuat mereka bertambah khusuk di dalam berdoa.
Sedangkan bagi Filasthin dan pasukanya, suara itu menjadi kejutan yang
membingungkan. Bahkan mereka semakin takut ketika mendengar alam di sekeliling
mereka memantulkan suara itu.
Seri sebelumnya, klik di sini
[1] وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا
آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا
بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ [آل
عمران/169، 170].
0 komentar:
Posting Komentar