Kekuasaan Hiraqla akan Berakhir
Chazim bin Abdi Yaghuts (حازم بن عبد يغوث) anak paman Jabalah, termasuk komandan pasukan Nashrani Romawi. Dia, Jabalah dan putranya, bergabung pada pasukan Raja Hiraqla.
Pertempuran Nastarus
melawan Addhachak berlangsung
seru, ditonton lautan manusia. Pertempuran berlangsung lama itu, membuat mereka
berdua lelah, sehingga
pertempuran dihentikan.
Nastarus kembali menuju panggung kehormatan yang ternyata telah roboh menewaskan orang banyak. Dalam kepanikan, dia mencari Damis tawanannya yang telah kabur dengan kuda, mendekati Chazim yang membawahi pasukan berjumlah banyak.
Nastarus menghadap Hiraqla untuk melaporkan musibah yang menewaskan dan melukai rakyat berjumlah banyak. Dia berkata, “Demi Al-Masih, kaum Arab ini Syaitan-Syaitan.”
Nastarus kembali menuju panggung kehormatan yang ternyata telah roboh menewaskan orang banyak. Dalam kepanikan, dia mencari Damis tawanannya yang telah kabur dengan kuda, mendekati Chazim yang membawahi pasukan berjumlah banyak.
Nastarus menghadap Hiraqla untuk melaporkan musibah yang menewaskan dan melukai rakyat berjumlah banyak. Dia berkata, “Demi Al-Masih, kaum Arab ini Syaitan-Syaitan.”
Pasukan Anthakiyah ribut mencari Damis yang kabur. Sebagian mereka memperhatikan Hiraqla berkata, “Dia pasti masih di sekitar kita! Mungkin menyusup di pasukan kita, yang sama-sama Arabnya.”
Di beberapa tempat, terjadi keributan mengenai Tawanan Nastarus bernama Damis, yang kabur. Diperkirakan menyusup di pertengahan mereka.
Damis menghunus dan mengayunkan pedang sekuat tenaga, hingga leher Chazim putus bersimbah darah. Kepala dilemparkan hingga pasukan Chazim terkejut. Mata terbelalak, tangan seakan-akan beku karena syok, ketika mereka menyaksikan kepala pimpinan mereka jatuh.
Damis
memacu kuda secepat-cepatnya,
menuju pasukan Muslimiin yang segera memekikkan tahlil dan takbir. Dan
datang pada Abu Ubaidah, untuk menyampaikan
laporan ‘yang telah dia lakukan’.
Jabalah marah ketika mendengar khabar bahwa anak pamannya bernama Chazim, Tewas Dibunuh oleh Damis. Dia datang pada Hiraqla untuk berkata, “Pembesar negeri Romawi, saya tidak tahan menahan kesabaran atas tindakan kaum Arab. Kami akan segera menyerang mereka.”
Hiraqla
mempersilahkan Jabalah menggerakkan
pasukan, untuk menyerang kaum Arab. Namun mereka terkejut oleh pasukan berkuda
yang datang untuk menyampaikan laporan.
Pada mereka, Hiraqla bertanya, “Ada apa?” Dan dijawab, “Yang mulia, Tuan Filanthanus bin Sathanius bin Armunia (فلنطانوس بن سطانيوس بن أرمونيا) penguasa negeri Madain (المدائن) dan negeri Romawi, ingin menghadap, untuk kepentingan yang mulia.”
Pada mereka, Hiraqla bertanya, “Ada apa?” Dan dijawab, “Yang mulia, Tuan Filanthanus bin Sathanius bin Armunia (فلنطانوس بن سطانيوس بن أرمونيا) penguasa negeri Madain (المدائن) dan negeri Romawi, ingin menghadap, untuk kepentingan yang mulia.”
Filanthanus
cucu raja yang
membangun kuil besar 'Abu Sarfia'. Di dalamnya ada patung tembaga berlapis
emas. Pintu kuil agung itu, berjumlah tujuh, dari emas. Di tiap pintu kuil, ada
patung separuh manusia, memegang beberapa lempengan emas yang dipahat beberapa
kalimat. Tiap setahun sekali beberapa lempengan emas yang dibawa oleh patung
itu, diambil satu. Untuk digantungkan di dalam kuil, dihadapkan ke matahari. Yang membaca, seorang paranormal. Tiap satu lempeng
menjelaskan keadaan suatu wilayah besar di dunia. Bangsa Romawi tahu keadaan
alam sekitar, karena merujuk tulisan di lempengan-lempengan emas tersebut.
Kubah kuil besar disangga dengan tiang emas. Dikelilingi oleh tujuh kubah kecil
yang berfungsi sebagai pintu masuk ke kuil induk tersebut. Kuil-kuil itu dikelilingi
dinding tinggi yang di pintu gerbangnya, berdiri patung kecil dari batu, “Hajar Aswad” kata mereka. [1] Keajaiban patung-patung di dalam kuil itu,
mengeluarkan suara menakutkan, ketika musim buah zaitun di Barat maupun di Timur. Jika telah begitu, burung-burung
berdatangan membawa tiga buah zaitun, dengan paruh dan cengkeraman dua kaki. Diletakkan
di atas kepala patung itu. Jika tempat besar itu telah penuh buah zaitun,
burung-burung berhenti mengantar. Buah-buahan itu diperas diambil sarinya untuk
disimpan selama setahun, tidak boleh dimakan. Di dalam Kuil (Haikal/الهيكل) itu, ada rumah yang pintunya selalu
terkunci, sejak negeri Romawi
dibangun.
Ketika
akan pergi ke Anthakiyah, untuk menolong Raja
Hiraqla, Raja
Filanthanus membutuhkan harta
berjumlah banyak. Untuk bekal para pasukannya. Dia akan memasuki rumah keramat
di dalam kuil yang belum pernah dibuka itu. Ketika dia akan membuka pintunya, para
stafnya melarang. Ada yang berkata, “Raja yang mulia. Sejak pintu rumah ini
dikunci yaitu 700 tahun yang lalu; 170 tahun sebelum
Al-Masih muncul, hingga detik
ini, belum pernah dibuka.
Ayah dan kakek-kakek Tuan berpesan agar pintu rumah ini dikunci terus. Yang membangun
kuil ini, kakek Tuan
bernama Siwi
bin Qithus yang dinastinya bertahan
selama 390 tahun. Beliau menyampaikan pesan sebagaimana ayahnya, dan mengangkat
putranya sebagai penggantinya.
Hingga akhirnya kerajaan berada di tangan Tuan. Kerajaan ini di tangan Tuan
telah 100 tahun.”
Filanthanus
memaksa agar pintu
itu dibuka. Setelah dibuka, ternyata kosong, hanya ada relief di dinding,
gambar kota Quds dan wilayah Syam, dan lukisan semua raja-raja Syam. Yang
terakhir lukisan Raja
Lithun (ليطن),
nama Hiraqla sebenarnya. Hiraqla
dilukiskan sedang
mengamati tulisan di batu-tulis berbahasa Yunani:
Ilmutumpuan berpikir. Berpikir, tempatnya ilmu. Kami telah melihat di dalam ilmurahasia bahwa, "Jika kilat telah membelai bumi dan kesesatan telah pergi,lampu Hidayah (Petunjuk Allah) dari kota Tihamah (Makkah) akanbersinar menyapu kegelapan dankebodohan. [2] Sinar
(nabi SAW) itu akan menerangi,
agar manusia mentauhidkan Pencipta mereka. Dialah nabi SAW, pengendara
unta kelabu, yang akan menghapus semua
agama dan kerajaan. Para penghuni dataran rendah dan penghuni gunung, akan menerima agamanya. Jika
sinarnya telah menerangi gunung-gunung, maka ilmu rohani akan dipegang
oleh lelaki (Abu Bakar) yang
berwajah khusuk. Yang hatinya menyinarkan kebenaran, dan agamanya kokoh.
Selanjutnya Negeri Syam akan dilanda
bencana oleh lelaki cerdas yang akan merebut kerajaan Qaishar (Kaisar). Lelaki
adil (Umar) itu bejubah
kebenaran berpedang cambuk. Jika rumah ini telah dibuka, maka yang beruntung, orang yang bisa menerima kebenaran penerang
akalnya. Beruntunglah orang yang mengikuti kebenaran dan menjauhi kebatilan.”
Filanthanus
(فلنطانوس) tertegun
pada tulisan yang dia baca. Dan berkata “Bapa, bagaimana pendapatmu tentang
tulisan ini?” pada penjaga kuil bernama Atmaus (عطماوس), yang segera menjawab, “Yang mulia. Itu
tulisan orang-orang pandai. Mereka bisa menyampaikan mutiara kebenaran, karena
akal mereka mendapatkan penerangan. Ini sebagai petunjuk bahwa Raja Romawi
terbesar bernama Hiraqla, kekuasaannya akan berakhir. Kerajannya akan
berpindah ke negeri Asthur
yakni Qusthanthiniyah (Constantinople).
Di dalam kitab ilmuan bernama Mahrayis berjudul Mutiara Himah juga diterangkan :
Jika sinar bersih dari orang yatim telah bersinar, dari gunung-gunung
Tsaran, segala kebusukan akan tersapu olehsinar hikmahnya. Dan kegelapan yang menggelapi langit akan sirna oleh sinarnya,
yang terang benderang. [3] Iliya (إيليا) akan terlanda bencana oleh tindakan sahabat nabi yatim itu. Dia lelaki yang
berjubah keagungan dan bermahkota akal cerdas. Dia pula yang akan merebut dunia dan
mengalahkan raja-raja. Dia pula yang beristana keadilan dan berbusana
kasih-sayang. Pada masa kekuasaannya, Salib
akan hancur, dan Air Al-Mamudiyah
(المعمودية) akan morat-marit. Jalan selamat bagi musuhnya hanyalah tunduk dan patuh pada perintahnya.
Penjelasan penjaga kuil itu disimpan rapat di dalam hatinya. Lalu bibirnya bergumam, “Saya akan mengecek kaum Arab, dan menolong Raja Hiraqla, yang telah mengirimi surat
pada saya melalui seorang bathriq (patriarch). Agar saya membantu
agama Al-Masih. Kalau saya terlambat
datang, dia pasti memberi saya sangsi.”
In syaa Allah bersambung
وعلى رأسها صورة من حجر لا يعلم ما
هو. بل الحجر أسود.
[2]
Tihamah
termasuk wilayah Yaman, hanya maksudnya Makkah dan Madinah, berdasarkan:النهاية في غريب الأثر - (ج 5 / ص 722)
إنما قال ذلك لأنَّ الإيمَان بَدَأ من
مَكَّة وهي من تِهَامَةَ وتِهَامةُ من أرْضِ اليَمنِ ولهذا يُقال : الكَعْبَة
اليَمانيَة وقيل : إنه قال هذا القَوْل وهو بِتَبُوك ومَكَّةُ والمدينَةُ يومئذ
بينَه وبين اليمن فأشار إلى ناحيَة اليمن وهو يريد مكة والمدينة .
وفي
الحديث ذكر فاران هو اسم عبراني لجبال مكة شرفها الله له ذكر في أَعلام النبوة قال
وأَلفه الأُولى ليست همزة.
0 komentar:
Posting Komentar