Pada Zaid yang hampir berangkat, Umar menahan, “Sebentar! Umar akan memberi kau bekal ala kadar.”
Umar mendekamkan unta, untuk mengeluarkan dan memberikan kurma satu shak (صاع), dan tepung satu shak (صاع) pada Zaid . Lalu berkata, “Maaf, yang saya miliki hanya ini.”
Zaid bertambah terkejut dan terharu hingga menangis,
karena tahu-tahu Umar mencium rambutnya. Dia berkata,
“Ya Amiral Mu’miniin, saya hanya rakyat jelata yang tak pantas mendapat ciuman
dari baginda Amirul Mu’miniin. Baginda sahabat tuan besar para Rasul. Baginda orang ke empatpuluh dalam urutan masuk
Islam.”
Mereka terperangah, menyaksikan Umar menangis dan berkata, “Saya berharap Allah mengampuni dosa Umar karena
menolong kau berjihad” pada Zaid.
Zaid segera mengendarai kendaraan; Umar mendoakan, “Ya Allah bawalah dia dengan kendaraan itu, dalam keadaan selamat. Dan lipatlah jauh agar menjadi dekat. Dan permudahkanlah dia dalam perjalanan. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Zaid bertambah senang, karena didoakan oleh Umar, yang
doanya mustajabah, karena sangat taat pada Tuhannya, dan
mengikuti Sunnah NabiNya.
Subhanallah, kendaraan Zaid melesat cepat.
Dalam
waktu hanya tiga hari, dia sudah sampai ke hadapan Abu Ubaidah, yang telah
meninggalkan Anthakiyah menuju Chazim (حازم).
Dia terkejut ketika mendekati pasukan Muslimiin yang derap kaki kuda mereka
membahana.
Zaid
menjumpai lelaki dari Yaman untuk bertanya, “Ada apa?.”
Dia
menjawab, “Allah telah memberi lagi Kemenangan, pada pasukan Muslimiin. Khalid
dan pasukan Zachfi (Pengobrak-abrik)nya, baru datang membawa
kemenangan atas penduduk pinggir sungai Al-Furat (الفرات /Efrat).”
Tanggal
15 Mucharram tahun 18 Hijriah, hari indah bersejarah bagi kaum
Muslimiin. Penduduk
Manbij (مَنْبِجَ), Buzaah (بُزاعَةَ) dan Balis (بَالِسَ),
telah menyerah dan mengajukan permohonan damai. Bahkan menyerahkan kota-kota
mereka. Bahkan istana Najem (نجمٌ) yang megah, juga telah
direbut.
In syaa Allah bersambung
0 komentar:
Posting Komentar