Di
tempat lain, perjalanan
Abu Ubaidah dan pasukannya hampir
sampai Jisrul-Chadid (جسر الحديد/Jembatan Besi).
Ketika
berita Kedatangan Pasukan Abu
Ubaidah sampai, Hiraqla
gusar dan
hatinya berdebar-debar. Dia perintah agar para bathriq mempersiapkan peperangan. Dan menyuruh agar pagar-pagar penghalang jalan yang akan dilalui oleh musuh, dipasang.
Sejumlah
Petinggi Militer telah menaiki kuda, mengatur segala persiapan.
Raja Hiraqla membuka gudang, untuk membagi-bagi senjata pada pasukan. Lalu berkata, “Hai orang pilihan, kau saya perintah memimpin seluruh pasukan saya!” padaYuqana.
Hiraqla
menyerahkan Salib keramat dari biara Al-Qisan (القيسان), yang tak pernah dikeluarkan kecuali pada
hari-hari besar.
Salib
diserahkan, “Hai sang Panglima! Letakkan Salib keramat ini di depanmu! Agar
menolong kau! Dia akan menolong kau!” pada Yuqana yang segera menerima lalu
menyerahkan Salib pada putranya. Agar dinaungkan di depannya.
Hiraqla berjalan menuju biara Qisan, diiringi sejumlah raja bawahan, dan
pasukan pengawalnya. Di dalam biara itu, dia melakukan shalat, agar diberi
pertolongan besar.
Setelah
mereka sama shalat, Hiraqla duduk dan perintah agar 200 Muslimiin sahabat
Rasulillah SAW yang ditawan, didatangkan
untuk dibunuh, sebagai kurban.
Yuqana
mencium tangan Hiraqla dan
berkata, “Pembesar negeri Romawi yang mulia, Allah memberi wilayah dan rakyat
pada yang mulia, karena tahu bahwa yang mulia berwawasan luas. Orang bijak
bernama Disqur pernah berkata ‘akal adalah Tangga Istimewa, sedangkan yang
berakal, orang mulia. Akal yang membuat manusia mulia dan penerang
Ciptaan-Nya’. Ketahuilah bahwa Kaum Arab berjumlah banyak, telah datang
kemari. Mereka telah sampai Jisrul-Chadid, sehingga kita harus
mempersiapkan perlawanan. Kita tidak tahu, siapakah yang akan menang. Kalau
para tawanan ini dibunuh semua, lalu dalam peperangan nanti kita ada yang
ditawan, pasti juga akan dibalas dibunuh. Yang benar, para tawanan ini kita
biarkan hidup, hingga peperangan berjalan. Jika pasukan kita nantinya ada yang
ditawan, mereka ini kita gunakan sebagai tebusan.”
Seorang
pejabat tinggi membenarkan Yuqana, “Yang mulia, dia benar.”
Pada Hiraqla, seorang bathriq berkata, “Yang mulia, sebaiknya mereka didatangkan
pada Gereja terindah ini. Para wanita kita disuruh bersolek dan mengenakan
parfum agar menawan, dan agar datang kemari. Agar mereka itu terpesona. Agar
mau memasuki agama kita. Agar kaum Arab lainnya terhina.”
Para
tawanan Muslimiin dihadirkan di Gereja agung, disambut oleh Ulama Nashrani
dengan pembacaan Injil.
Kaum
cantik moleh berdatangan, membuat suasana menjadi indah, membuat hati berdebar.
Tawanan
Muslimiin memekikkan tahlil dan takbir, dan berkata, “Kaum Pembantah kebenaran telah bohong! Dan tersesat jauh dan nyata. Allah
belum pernah berputra, dan satu-satunya Tuhan yang harus disembah.”
Di
antara tawanan, ada yang bernama Rifaah
bin Zuhair (رفاعة بن زهير),
yang sangat Alim, dan telah membaca kitab-kitab kuno. Tokoh dari Chimyar ini
juga ahli membuat syair. Ketika melihat Gereja besar itu dipenuhi oleh kaum
Kafir penyembah Salib yang bersujud pada patung, dia bertkbir, “Allahu
akbar! Allahu akbar! Laaa Ilaaha illaa Allah! Kaum yang menyimpang
jauh dari Allah ini bohong! Mereka teman-teman Syaitan! Tuhan yang wajib
disembah, hanya yang Maha Esa yang Rohman, yang tak berayah. Yang Maha
Segala-galanya, dan tidak diputerakan oleh siapapun. Yang membentuk semua
Makhluq-Nya. Yang mencipta semua yang ada, dan merumat beberapa langit dan
bumi. Belum pernah mengalami tidak ada, yang takkan tua dan wafat, yang tak
berteman dan tak membutuhkan Wakil. Yang tak membutuhkan pertimbangan orang
lain. Tidak ada yang menyamai Dia, Maha mendengar Maha melihat.”
Para
Ulama Nashrani sama heran dan mendekat.
Para
Pengawal Hiraqla membentak, “Jangan berbicara pada dia! Tinggalkan dia!.” Mereka
meninggalkan Rifaah.
Pada
Rifaah, Hiraqla bertanya, “Siapa
namamu?.”
Dia
menjawab, “Buat apa kau bertanya nama saya? Padahal saya bukan bangsamu? Paling
kau hanya akan menghina.”
Seorang
bathriq memihak
Hiraqla, “Benar yang mulia! Dia bukan
dari bangsa kita. Dia bodoh tidak berilmu, buat apa ditanya? Dia orang kampung
yang gersang, dan teman-temannya orang jembel. Negeri kita kaya ilmu hikmah
(filsafat). Kita memiliki ilmuan-ilmuan hikmah (filsafat) masyhur berasal dari
Yunani. Yang diwariskan pada kita oleh kakek-kakek kita, dengan bahasa Suryani
(السرياني).
Kalau kaum Arab, dari mana mendapatkan ilmu? Semua keutamaan berasal dari Ulama
kita, semua keadilan berasal dari raja-raja kita:
1. Ptolemeos.
3. Armuil (أرمويل).
4. Jirjis (الجِرْجِسُ).
5. Asitos (اسطوس).
6. Asitanis (اسطانيس).
7. Raja Sargors (سارغورس) pembangun negeri Anthakiyah.
8. Nabi Raja Arisa pembangun negeri
Arraha (الرها).
9. Paranormal terkenal bernama
Asthabus (اسطبس), yang memberitahu pada raja, bahwa ada bayi yang bisa
berbicara dengan Tuhannya. Dan mampu membunuh raja bernama Plato (Aflaton/أفلاطون).
10. Orang bijak bernama Filasthin.
11. Raja besar bernama Mantahu (منتهو).
12. Pembangun negeri Romawi, juga
orangkita.
13. Manastalius penyusun buku besar
pertama kali juga orang kita. Dia pertama kali menjelaskan luasnya bumi,
gunung-gunungnya, bangunan-bangunannya, dan yang melindungi bumi. Yang
menjelaskan kaum di tiap-tiap
tempat secara rinci. Yang
menjelaskan kandungan bumi berupa emas, perak, intan di beberapa tempat. Yang
menjelaskan sungai-sungai di bumi dan nama-namanya.
14. Ilmuan besar bernama Eudoros (ايودروس) yang berkata ‘semoga Allah tak mengumpulkan saya bersama Kaum' yang akan dibentak di hari
kiamat.
‘Pergilah
bersama Iblis ke neraka! Bukankah kau orang miskin? Tidak berminat membaca
kitab saya yang bersih dari kotoran duniawi? Agar rohani dan nurani bisa meniti
derajat tinggi? Pelajarilah hikmah (filsafat) sebagai tangga menuju Alim Rohani. Barang siapa
meninggalkan, maka takkan mampu mendekat pada Tuhan yang telah mencipta dia.”
In syaa Allah bersambung
0 komentar:
Posting Komentar