SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/07/22

Kisah Hidayah Islam

Kisah Hidayah Islam
Nabi Palsu Bertobat


Setelah perintah agar putranya bernama Filasthin pergi ke Qaisariyah (Caesarea), Hiraqla perintah agar seorang Bathriq agung bernama Qidamun (قيدمون), mendampingi Filasthin.
Qidamun termasuk tokoh Romawi yang firasatnya hampir selalu tepat. Ada yang bilang, “Dia paman Filasthin dari jalur ibu, veteran Perang Persia, Turki dan Jaramiqah, yang menguasai berbagai bahasa.”

Qidamun yang tingggi besar itu muncul, dengan busana dan perhiasan gemerlapan, untuk menantang berperang. 
Beberapa pasukan Muslimiin bergerak, untuk mengabulkan tantangannya. Membaca: “Laa Ilaaha illaa Allah,” bersaut-sautan. 
Beberapa pasukan yang akan mengepung Qidamun mendengar teriakan Amer, “Pahala dari Allah, jauh lebih baik daripada busana dan perhiasan yang dia kenakan. Yang akan memerangi dia, jangan hanya karena ingin rampasannya! Saya pernah mendengar Rasulallah SAW bersabda ‘Barang siapa hijrah menuju Allah dan RasulNya maka akan sampai pada Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrah karena dunia, maka akan mendapatkan dunia. Kalau bertujuan mendapatkan wanita, maka akan menikah. Orang akan sampai pada yang dituju’.” 

Seorang pemuda dari Yaman maju, untuk melayani tantangan Qidamun. Dialah lelaki yang datang ke Syam bersama ibu dan sudara perempuannya.
Saudara perempuannya berkata, “Hai putra ibu! Ayo perjalanan ini kita percepat! Agar kita segera menikmati rizqi di Syam!.”
Dia menjawab, “Saya datang kemari untuk mencari Ridho Allah azza wajalla. Saya pernah mendengar Muadz bin Jabal berkata ‘sesungguhnya kaum yang gugur sebagai syuhada, mendapat Rizqi di sisi Tuhan mereka’.”
Saudara perempuannya membantah, “Bagaimana mungkin, mayat-mayat mendapat rizqi?.”
Dia menjawab, “Muadz berkata ‘sesungguhnya Allah Taala memasukkan ruh para Syuhada, di dalam tubuh burung-burung surga. Mereka menikmati buah-buahan dan air surga. Itulah Rizqi dari Allah untuk mereka’.”

Pada ibu dan saudara perempuannya, dia berpamitan, “Saya akan menghadap Allah dengan berperang membela AgamaNya. Saya akan menunggu kalian berdua di Telaga Rasulillah SAW.”
Ibu dan saudara perempuannya menangis. Air mata mereka membasahi pipi.

Lelaki itu bergerak melangkahkan kaki, ke medan perang. 
Ibu dan sudaranya ditinggalkan dalam keadaan menangis dan berdoa. 
Air mata ibu dan saudaranya yang bercucuran semakin banyak, ketika pemuda itu telah memacu kuda dengan memegang tombaknya. 

Pemuda itulah yang menyerang dengan tombak ke arah dada Bathriq Qidamun. Dia kesulitan melepaskan tombaknya yang menancap. Dan terkejut oleh tebasan pedang Qidamun yang tahu-tahu mematahkan tombaknya, bahkan lalu bergerak cepat membelah kepalanya. 
Atas Rahmat Allah, pemuda itu gugur dengan kepala terbelah. 

Qidamun menginjak mayat
. Dan menantang berkelahi pada pasukan muslimiin. 
Ibnu Qutsam datang untuk melawan. Pedang Qidamun menebas hingga dia gugur sebagai Syuhada yang kedua. 

Qidamun membusungkan dada, semakin sombong.

Syurachbil memaki dirinya sendiri, “Kenapa kau membiarkan penjahat itu membunuh dua orang Muslimiin?.”
Lalu keluar dari barisan untuk menyerang dengan membawa panji pemberian Abu Bakr Asshiddiq RA. 
Pada Syurachbil, Amer menegur, “Hai Hamba Allah! Tancapkan panjimu di tanah! Agar tidak mengganggu dalam berperang!.”

Syurachbil menancapkan panjinya yang panjang ke celah bebatuan. Dia yakin bahwa dirinya akan mampu manaklukkan lawan, karena Pertolongan Tuhan.

Ketika kuda Syurachbil membawa lari mendekati Qidamun yang berkuda; pasukan Muslimiin berdoa agar Syurachbil menang. 
Qidamun laknat berperawakan tinggi besar, mentertawakan Syurachbil yang kecil dan kerempeng, karena rajin berpuasa dan shalat malam. 

Pedang dan perisai mereka berdua bergerak-gerak dan berdenting, karena berkali-kali berbenturan.
Pedang Syurachbil berkali-kali memukul, tetapi tak mampu melukai kulit yang dilindungi dengan baju perang. Dan tak mampu membelah helm perang Qidamun. Bahkan terkejut oleh sambaran pedang Qidamun yang menggores kulit, meskipun telah menghindar. 

Di atas kuda, mereka berdua berkelahi semakin seru. 
Hujan deras mengguyur bumi. Tempat berperang makin becek, hingga mereka berdua turun dari kuda dan bergulat di lumpur. 

Syurachbil dipukul hingga terhuyung masuk ke dalam lumpur, dan diangkat untuk dilemparkan. Lalu dadanya diduduki. 
Tangan Qidamun telah bergerak, mengambil belati untuk menyembelih Syurachbil. 
Syurachbil terkejut dan berdoa, “Ya Penolong kaum yang memohon pertolongan!.” 
Sebelum doa yang dia baca selesai; lelaki berkuda dari pasukan Romawi  muncul. Busananya gemerlapan oleh emas, dan kuda yang dikendarai sangat bagus. 
Qidamun terkejut senang dan menyangka lelaki berkuda itu akan menyerahkan kuda dan akan menolong. Dia tak sadar bahwa Syurachbil di bawahnya tahu-tahu lolos dan bangkit. Lelaki berkuda yang matanya tampak cari celah helm perangnya, menghunus dan mengayunkan pedang sekuat tenaga, hingga leher Qidamun putus dan darahnya tumpah. 
Pada Syurachbil, lelaki perintah “Ya Abdallah! Rampaslah yang dia miliki!.”
Syurachbil bertanya, “Demi Allah menurutku tak ada yang lebih menakjubkan dari pada ini. Kenapa kau muncul dari pasukan Romawi?.”
Syurachbil terperangah oleh jawabannya, “Saya orang keparat yang dibenci oleh kaum Muslimiin. Nama saya Thalchah bin Khuwailid (طلحة بن خويلد) yang pernah mengaku sebagai nabi setelah Rasulallah SAW. Yang pernah berdusta mengatas namakan Allah. Yang pernah mengaku mendapatkan Wahuyu dari langit.”
Syurachbil berkata, “Saudara! Sungguh Rahmat Allah dekat pada kaum Muhsin. Sungguh RahmatNya memuat segala sesuatu. Barang siapa bertobat, pasti Allah menerima tobat dan mengampuni padanya. Nabi juga bersabda ‘tobat melebur dosa sebelumnya’. Tak tahukah kau bahwa ketika Allah menurunkan Firman ‘RahmatKu telah memuat segala sesuatu’. [1] Segala sesuatu hingga Iblis pun, berharap mendapatkan Rahmat. 
Ketika Allah menurunkan Firman ‘Maka Rahmat itu akan Aku pastikan untuk kaum yang bertaqwa dan menunaikan zakat’. [2] Kaum Yahudi berkata ‘kami bertaqwa dan menunaikan zakat’. 
Ketika Allah menurunkan Firman ‘Dan kaum yang beriman pada Ayat-Ayat Kami’. [3] Kaum Yahudi berkata ‘kami beriman pada yang Allah turunkan di dalam Shuchuf dan Taurat’. 
Allah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Firman itu ialah, umat Muhammad SAW secara khusus:
‘Yaitu kaum yang mengikti Rasul Nabi Ummi yang mereka jumpai tertulis di sisi mereka, di dalam Taurat dan Injil. Yang perintah agar mereka melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Menghalalkan kebaikan-kebaikan, dan mengharamkan kejelekan-kejelekan, pada mereka. Dan membebaskan dosa dan beberapa belenggu yang telah membelenggu mereka. Kaum yang telah beriman padanya dan mengikuti Nur yang diturunkan bersamanya, Kaum Beruntung.” [4]

Air mata Thalchah berderai karena terharu oleh penjelasan Surachbil. Lalu berkata, “Tidak! Saya sudah malu jika memasuki agama Islam lagi!.” 
Kakinya diayunkan untuk berlari.
Tetapi Suhrachbil menahan dia dan berkata, “Thalchah! Saya takkan membiarkan kau! Kau harus bergabung dengan pasukanku!.”
Thalchah berkata, “Terus terang saya takut dimarahi dan dibunuh oleh Khalid bin Al-Walid yang pendek itu.”
Syurachbil menghibur, “Sudahlah! Beliau tidak ada di dalam pasukan kami. Yang memimpin pasukan ini adalah Amer bin Al-Ash.” 

Thalchah mengikuti Syurachbil untuk bergabung pada pasukan Muslimiiin. 


Kedatangan Syurachbil disambut dengan bahagia oleh pasukan Muslimiin. 
Mereka bertanya, “Hai Syurachbil! Siapa yang telah menolong kau ini?.” 
Thalchah sengaja menutupi wajah dengan sebagian kain surbannya. 
Syurachbil menjawab, “Inilah Thalchah bin Khuwailid yang pernah mengaku sebagai nabi.” 
Mereka berkata, “Apa dia telah bertobat pada Allah?.”
Thalchah berkata, “Saya telah bertobat pada Allah.” 

Syurachbil membawa Thalchah menuju Amer bin Al-Ash. 
Thalchah mengucapkan, “Assalamu alaikum, selamat beremu lagi,” pada Amer.
Dan kembali Islam lagi.

Semoga Cerita Islami berikutnya dipastikan “Paling Bermanfaat” oleh Allah. Allaahumma aamiiiin.


[1] {وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ} [الأعراف: 156].
[2] {فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ} [الأعراف: 156].
[3] {وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ} [الأعراف: 156].
[4] { الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [الأعراف: 157]. 




Ponpes Mulya Abadi Mulungan

0 komentar:

Posting Komentar